Menuju konten utama

Nurhadi-Aldo dan Meme sebagai Saluran Kritik & Frustrasi Kreator

Sementara itu, penonton melihat meme sebagai hiburan.

Nurhadi-Aldo dan Meme sebagai Saluran Kritik & Frustrasi Kreator
Ilustrasi digital imaging pasangan capres-cawapres lawak yang viral di platform media sosial pasangan Nurhadi-Aldo, Koalisi Tronjal Tronjol. tirto.id/fiz

tirto.id - Dua paslon resmi Pilpres 2019 adalah Jokowi-Ma’aruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno. Namun, belakangan muncul Nurhadi-Aldo yang mengklaim diri sebagai calon alternatif Pilpres 2019. Mereka mengusung beberapa program, salah satunya adalah pembinaan lingkungan wibu serta perencanaan reklamasi. Wibu adalah penggemar berat segala hal berbau Jepang yang tinggal di luar negara matahari terbit tersebut.

Nurhadi-Aldo aktif berkampanye lewat akun Instagram, Twitter, dan Facebook. Meme keduanya terus dibagikan dan berseliweran di lini masa media sosial. Sampai Selasa (08/01), akun Instagram Nurhadi-Aldo diikuti 272 ribu akun sedangkan lebih dari 144 ribu orang mengikuti laman Facebook pasangan ini. Di jagat Twitter, cuitan Nurhadi-Aldo dinikmati oleh 56 ribu lebih pengguna Twitter.

Seperti yang dilaporkan BBC Indonesia, Nurhadi-Aldo adalah calon presiden dan wakil presiden fiktif ciptaan sekelompok anak muda berusia 17 hingga 23 tahun yang merasa gerah dengan kampanye hitam di panggung politik Indonesia. Pasangan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik itu sengaja dimunculkan untuk meredam konflik antarkubu yang membikin masyarakat menjadi terkotak-kotak.

Kampanye yang disampaikan lewat meme oleh karenanya tidak hanya bertujuan menghibur tapi juga mengkritik. Salah satu anggota Tim Sukses Nurhadi-Aldo mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa warga semestinya tak gampang terpengaruh oleh politisi yang ingin membuat mereka terpecah belah.

“Ketika Nurhadi keluar dalam bentuk banyolan, di dalamnya ada pesan untuk masyarakat. Ada banyak yang bisa kita kritik, ada pemerintah, politisi, daripada berantem sesama rakyat,” katanya.

Asal-Usul Meme

Lewat buku berjudul The Selfish Gene, ahli etologi dan biologi evolusioner Richard Dawkins memperkenalkan istilah meme pada 1976.

Ia menjelaskan bahwa kata meme berasal dari bahasa Yunani “mimema” yang berarti meniru. Meme, dalam hal ini, adalah unit transmisi budaya atau imitasi yang bersifat serupa dengan gen: sama-sama bertahan meski evolusi budaya dan seleksi alam berlangsung. Dawkins menjelaskan meme bisa berbentuk ciri arsitektur, barang serta tren mode, lagu anak-anak, dan unit budaya lain yang tersebar atau diulang dalam periode waktu tertentu.

Kini, meme dikenal identik dengan internet. Menurut dosen Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL) and Applied Linguistics di University of Reading, Erhan Aslan, meme internet merupakan unit budaya populer yang disirkulasi, ditiru, dan diubah oleh pengguna jaringan komunikasi elektronik tersebut. Alih-alih berupa gambar atau ide tunggal yang disebar di media sosial, meme merujuk pada sekelompok hal yang dibuat dengan kesadaran bersama.

Erhan lantas menjelaskan bahwa meme pertama di internet berwujud gambar “tersenyum” ke samping atau :-) buatan ilmuwan komputer Amerika bernama Scott E. Fahlman pada tahun 1982. Ketika praktik menggunakan tanda untuk menunjukkan emosi tersebut banyak digunakan, muncul gambar lain seperti :-( dan ;-) sebagai simbol ekspresi seseorang.

Pada tahun 1998, meme Hampster Dance yang menampilkan barisan hamster menari dalam bentuk Graphic Interchange Format (GIF) viral di internet. Meme tersebut pertama kali muncul di situsweb buatan mahasiswa seni asal Kanada bernama Deidre Lacarte dan telah dikunjungi 17 juta kali pada Juni tahun 1999.

Generasi baru meme lalu muncul di paruh kedua dekade 2000-an bersamaan dengan menjamurnya foto hewan peliharaan yang dibagikan di internet. Erhan mengatakan salah satu meme yang terkenal adalah Grumpy Cat, seekor kucing berwajah galak, bermata biru, dan berbulu putih-hitam. Pada 2010, meme mulai mengutamakan visual orang biasa dan selebriti.

Menurut Lisa Silvestri dalam “Mortars and Memes: Participating in Pop Culture from a War Zone” (2015), dibutuhkan literasi media sosial yang memadai agar seseorang bisa berpartisipasi dalam budaya meme. Apresiasi terhadap meme membutuhkan pengalaman soal wacana budaya populer, kemahiran menggunakan teknologi, dan pemahaman tentang audiens.

Lebih lanjut, peneliti dari Gonzaga University itu mengatakan bahwa literasi media sosial bersandar pada dua hal lain, yakni literasi ideologis dan teknologi. Ideologi yang dimaksud adalah meliputi ide yang mencerminkan sikap, nilai, dan aspirasi individu, kelompok, kelas, serta budaya. Sementara itu, literasi teknologi mengacu pada kesadaran akan medium komunikasi.

Manifestasi Frustasi dan Kritik

Nurhadi-Aldo menjadikan meme sebagai alat untuk mengkritik pemerintah dan politisi sekaligus menyatukan masyarakat yang terpecah belah menjelang pemilihan presiden. Pada salah satu unggahan meme di akun Instagram, relawan dan Tim Sukses Nurhadi-Aldo menggambarkan tingginya survei popularitas pasangan calon presiden dan wakil presiden lewat cuplikan adegan serial kartun SpongeBob SquarePants.

Gambar pertama dan kedua pada meme tersebut memperlihatkan betapa sedikitnya penduduk Bikini Bottom yang berkumpul ketika disandingkan dengan foto Jokowi-Ma’aruf dan Prabowo-Sandiaga. Sebaliknya, warga tempat tinggal SpongeBob itu memenuhi bingkai gambar ketiga saat ditampilkan sejajar dengan citra Nurhadi-Aldo.

Tahun lalu, meme satirik Setya Novanto juga ramai berseliweran di lini masa media sosial. Foto yang menunjukkan dirinya terbaring di rumah sakit usai menabrak tiang listrik ditiru, diubah, dan disirkulasikan oleh pengguna internet. Kala itu, politikus yang diusung oleh Partai Golkar tersebut terjerat kasus korupsi pengadaan KTP berbasis elektronik.

Setya Novanto melakukan berbagai macam cara untuk menghindar dari jeratan hukum sejak penyidikan hingga vonis ditetapkan. Salah satunya adalah drama kecelakaan yang terjadi di wilayah Permata Hijau, Jakarta Selatan. Gara-gara hal ini, meme mantan Ketua DPR itu pun menyebar dan hal tersebut dipandang sebagai ekspresi marah atau kritik masyarakat.

Meme politik, di sisi lain, turut muncul di media sosial sewaktu Prabowo dan Jokowi berpelukan usai atlet pencak silat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah sukses menyabet emas di ajang Asian Games 2018. Salah satu meme mengutip lirik di lagu Iwan Fals yang bertajuk “Kemesraan”, keduanya diharapkan terus akrab dan mengurangi perselisihan meski sama-sama mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia di Pilpres 2019.

Menurut Vasiliki Plevriti dalam “Satirical User-Generated Memes as an Effective Source of Political Criticism, Extending Debate, and Enhancing Civic Engagement” (2014; PDF), meme dimaknai secara berbeda oleh pembuat (creator), pembagi (sharer), dan penonton (viewers).

Infografik Meme Dildo

Infografik Meme Dildo

Bagi pembuat meme, membikin meme tak hanya sebatas cara untuk melucu, tapi juga sebagai ajang ekspresi dan aktualisasi diri. Selain itu, mereka turut berupaya mengumpulkan tanggapan orang lain dan memancing partisipasi.

Ekspresi terhadap sesuatu yang dianggap tak bermoral, memalukan, dan tidak baik juga menjadi alasan mengapa seseorang membuat meme. Dalam konteks meme politik, para pembikin meme berusaha membuka topeng politisi atau membangkitkan kesadaran tentang situasi yang semestinya diubah.

Meme, di sisi lain, dianggap sebagai pembentuk komunitas dan bahan dalam interaksi sosial bagi pembagi (sharer). Dengan demikian, motivasi mereka saat membagikan meme politik adalah untuk memperbesar ikatan sosial dan agar terlihat memiliki pengetahuan luas.

Sementara itu, para penonton (viewer) memandang meme semata-mata sebagai informasi dan hiburan belaka. Meme politik pun dipercaya dapat meningkatkan keterikatan politik tapi hal itu tidak selalu terjadi sebab tujuan mengonsumsi meme adalah agar bisa rileks dan tertawa.

Apa yang dikatakan Vasiliki Plevriti pun berlaku di konteks lain, misalnya resesi ekonomi. Meme dalam hal ini bisa menjadi media komunikasi yang membantu orang (creator dan sharer) melampiaskan frustrasi.

Pengalaman ini dirasakan oleh Robert Allam. Laki-laki berusia 32 tahun tersebut kini berprofesi sebagai manajer konten situsweb Bored Panda dan kepala bagian pemasaran perusahaan digital Supload. Namun, Allam sempat kesulitan mendapatkan pekerjaan pada 2013, ketika efek resesi ekonomi di AS masih sangat terasa.

Seperti yang dilaporkan BBC, Allam mulai mengunggah gambar di situs web Reddit dengan nama akun “Gallowboob” usai lulus pendidikan S2 di University of East London. Reddit saat itu menjadi tempat menyuarakan pendapat kaum milenial yang merasa frustrasi dengan kehidupan sehari-hari. Tak disangka, unggahan Allam itu disukai orang sehingga kerap viral. Lima tahun berikutnya, akun Reddit buatannya pun mencetak kesuksesan.

Menurut asisten profesor Teknologi Informasi dari University of Copenhagen Michele Coscia, situasi penuh tekanan seperti dalam masa ekonomi lesu terjadi adalah “tanah basah” yang membikin orang mempunyai opini ekstrem. “Pendapat ekstrem lebih orisinil dibanding opini moderat. Jika Anda termasuk di dalamnya maka akan mudah bagi Anda untuk mendapatkan perhatian,” katanya kepada BCC.

Pendapat tersebut jika disandingkan dengan gambar maka menjadi meme yang berfungsi sebagai medium komunikasi untuk menyampaikan rasa frustasi dan berpotensi viral. Coscia menjelaskan bahwa jenis meme ini tak muncul sebelum tahun 2007, ketika krisis ekonomi belum terjadi. “Setelah tahun itu, banyak diskursus yang terjadi secara online. Sebelumnya, gambar yang ada hanyalah beberapa ekor kucing,” katanya.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Nindias Nur Khalika

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nindias Nur Khalika
Editor: Maulida Sri Handayani & Windu Jusuf