Menuju konten utama

Nostalgia "Cinta di Kereta Biru Malam" dalam Kereta Sleeper Bima

Pada 1967, kereta tidur KA Express Malam Bima mulai beroperasi, tapi operasionalnya dihentikan pada 1990.

Nostalgia
Pemudik beraktivitas dengan fasilitas yang terdapat di dalam gerbong kereta mewah jenis 'sleeper' di Jakarta, Selasa (12/6). ANTARA FOTO/Galih Pradipta.

tirto.id - Lagu "Cinta di Kereta Biru Malam" karya musikus legendaris Indonesia Ebiet G. Ade ini sangat dikenal anak muda era 80-an. Lirik lagu itu menyiratkan sebuah drama percintaan di Kereta Biru Malam atau dikenal Kereta Bima. Kereta berwarna biru malam ini berasal dari gerbong yang berwarna biru dan beroperasi pada malam hari.

Kereta Bima merupakan kereta sleeper pertama milik Perusahaan Jawatan Kereta Api (kini PT Kereta Api Indonesia) yang dioperasikan pada 1 Juni 1967. Kereta buatan Gorlitz Waggenbau, Jerman Timur terdiri dari dua rangkaian yaitu Bima I dan Bima II.

Bagus, dalam tulisannya “Kereta Api Express Malam Bima”, menyebutkan pada masanya Kereta Bima menjadi icon perkeretaapian dan sangat revolusioner. Salah satu kereta memiliki pendingin ruangan pertama. Rangkaian Kereta Bima terdiri dari gerbong tidur kelas satu, gerbong tidur kelas dua, gerbong pembangkit, gerbong makan dan bagasi.

Kereta Bima memang dirancang berbeda dengan kereta pada umumnya. Para penumpang diberi kenyamanan, layaknya kamar pribadi. Jika melihat gerbong kereta tidur kelas dua, tampak sebuah gang yang menghubungkan antar-gerbong. Di sisi kanan gang terdapat jendela dan tirai gorden. Di sisi kiri terdapat pintu geser untuk masuk ke kamar penumpang.

"Kereta Bima itu konsepnya kompartemen, antar penumpang diberi sekat," kata Vice Presiden Public Relations PT KAI, Agus Komarudin saat dihubungi Tirto, Jakarta, Rabu (13/6/2018).

Posisi tempat tidur kelas dua dibuat secara melintang dari arah perjalanan kereta. Semuanya dibuat kompartemen di mana setiap kamar terdiri dari tiga tempat tidur dengan konsep bertingkat dan bersebelahan. Biasanya, pada awal perjalanan tempat tidur ini dilipat. Sementara penumpang duduk di kursi memanjang seperti kereta ekonomi saat ini. Bedanya, duduk di kabin masing-masing dan kedap suara.

Tempat tidur kelas satu diperuntukkan untuk dua penumpang, kamar-kamarnya terletak di sisi kanan dan kiri gerbong. Di dalam kabin itu terdapat berbagai fasilitas seperti tempat tidur dua tingkat, wastafel cuci tangan yang bisa dilipat, tempat menyimpan botol air minuman mineral, gelas dan lemari penyimpan pakaian.

Dengan berbagai fasilitas yang nyaman dan mewah pada saat itu, ada kebanggaan tersendiri bagi seseorang yang menggunakan Kereta Api Bima. Apalagi pada masa itu transportasi lain seperti bus dan pesawat terbang tak bisa menyamai kenyamanan yang ditawarkan kereta buatan Jerman itu. Penumpang bisa menikmati pelayanan bak hotel berbintang berjalan.

Sayangnya, penumpang kereta api tak bisa lama menikmati pelayanan seperti itu walaupun secara okupansi dan keuntungan operasional memuaskan. Kereta Sleeper Bima akhirnya dihapus karena alasan sosial daripada teknis maupun finansial. Pada tahun 1984, kejayaan kereta Bima mulai meredup, kereta yang diperuntukkan untuk tidur dimodifikasi menjadi kereta duduk kelas satu. Pada akhirnya, gerbong kereta Bima berhenti beroperasi total sekitar 1990.

Infografik tunggal Mudik dengan kereta sleeper

Kereta Sleper Baru KAI

Setelah 30 tahun menghilang dari daftar kereta PT KAI, akhirnya pada 12 Juni 2018 kereta sleeper Indonesia mulai dioperasikan kembali oleh perusahaan plat merah negara. Empat gerbong kereta kelas jenis sleeper ini akan dirangkaikan di KA Argo Bromo Anggrek dengan rute Jakarta (Gambir)-Surabaya (Pasar Turi) melintasi kota-kota besar di wilayah jalur KA Utara.

"Ini merupakan salah satu bentuk inovasi dari PT KAI untuk meningkatkan layanan. Dengan adanya layanan luxury class ini, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan kelas perjalanan sesuai dengan tarif dan pelayanannya," kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro dalam keterangan resmi yang diterima tirto.id

Dalam pengoperasian perdana, kereta sleeper ini langsung disambut baik oleh pemudik. Terbukti meski harganya Rp900 ribu per orang, tiket kereta sleeper tersebut ludes terjual sampai hari lebaran. Dengan harga promo itu, berbagai fasilitas didapatkan seperti kursi yang dapat direbahkan 170 derajat secara elektrik, sandaran kaki elektrik, private entertainment berupa TV 12 inci dengan headset, sumber listrik USB, baki makan lipat, bantal dan selimut, tempat sampah, kaca, penahan cangkir, kompartemen untuk menyimpan alas kaki, majalah, dan gantungan mantel yang semuanya tersedia privat per penumpang per kursi

Dalam satu kereta sleeper, hanya akan terdiri dari 18 orang penumpang sehingga lebih nyaman. Selain itu, pengguna jasa layanan kelas mewah jenis sleeper ini juga akan mendapat layanan makan, minum, snack secara gratis. Memang, konsep KA Sleeper Argo Bromo Anggrek berbeda dari kakak tuanya KA Sleeper Bima. Jika KA sleeper Bima menawarkan konsep kompartemen layaknya kamar pribadi, kereta sleeper baru buatan anak bangsa itu menggunakan konsep terbuka seperti kelas satu dalam layanan penerbangan.

"Mungkin sekarang konsepnya sudah berubah. Kalau dulu kereta tidurnya tertutup seperti tempat tidur beneran, ada gorden dan pintu. Sekarang dibuatnya lebih terbuka, bisa tidur, bisa bekerja dan fasilitas entertainment lainnya. Ini konsepnya terbuka seperti pesawat tapi masih memiliki privasi," kata Djoko Setijowarno Pengamat Transportasi Kereta Api kepada tirto, Jakarta, Senin (11/6/2018).

Selain itu, masalah harga menurut Djoko itu relatif. PT KAI telah memberikan beberapa pilihan kepada pengguna jasa kereta api yang ingin menggunakan kereta sleeper. Ada yang bilang mahal, tapi tiketnya ludes juga untuk mudik lebaran.

Tak hanya itu, ia pun menyarankan PT KAI tak hanya menyasar masyarakat Indonesia yang senang menggunakan kereta api. Tetapi kereta sleeper ini juga dipromosikan kepada para turis asing. Apalagi Indonesia memiliki sejumlah pemandangan bagus di jalur kereta yang dilewati

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Bisnis
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Maulida Sri Handayani