Menuju konten utama

Nojorono, 90 Tahun Mempertahankan Kualitas Rokok Kretek

Perusahaan ini terinspirasi oleh Narayana—sebutan bagi Krishna muda—dewa paling populer & pahlawan paling bersinar dalam mitologi India.

Nojorono, 90 Tahun Mempertahankan Kualitas Rokok Kretek
90 tahun Nojorono Kudus. (FOTO/Istimewa)

tirto.id - Masa kanak Krishna (atau Kresna) tak banyak dikisahkan dalam cerita pewayangan, kecuali soal kesaktian dan keberaniannya.

Beranjak dewasa, sifat Narayana—sebutan bagi Krishna muda—tak banyak berubah. Ia tumbuh menjadi sosok yang gemar mengalahkan kejahatan, mengutamakan kepentingan orang lain, dan membantu saudara yang kesusahan. Ia bahkan dikenal sebagai diplomat ulung dan ahli strategi yang mumpuni. Krishna juga punya tugas untuk menyeimbangkan alam semesta demi kemakmuran dan kedamaian.

Saat menjadi Raja Dwarawati, Krishna mengamalkan ajaran Hastha Brata—wahyu kepemimpinan yang mengambil contoh sifat delapan dewa dan delapan unsur alam. Ia mencerminkan kehebatan atau kelebihan para pemimpin, terutama sifat jujur dan adil.

Dalam mitologi India, Kresna menjadi dewa paling populer dan pahlawan paling bersinar. Ia adalah penjelmaan atau titisan Dewa Wisnu yang namanya banyak disebut dalam legenda, fabel, hingga epos.

Refleksi Krishna Muda

Krishna berhasil berjuang di dunia dan mewariskan banyak kebaikan. Kepribadiannya itu menginspirasi salah satu perusahaan pelopor rokok kretek di Indonesia.

Bermula dari inisiasi sang mertua, Tjoa Kang Hay, untuk membangun bisnis, Ko Djee Siong dan Tan Djing Thay menggagas sebuah perusahaan rokok di bekas gudang kapuk di Desa Godi, Pati Utara.

Perusahaan itu adalah PT Nojorono Tobacco International atau kerap disebut Nojorono Kudus (dibaca: no-yo-ro-no). Namanya, tak lain, merupakan refleksi dari sosok Narayana. Tak hanya nama, kepribadian Narayana pun direpresentasikan ke dalam empat kata oleh perusahaan: ono (cipta), karyo (karsa), roso (rasa), dan noer (cahaya). Gabungan keempatnya membentuk sebuah arti mendalam, bahwa Nojorono didirikan oleh para pendiri sebagai tempat untuk berkarya dengan segenap jiwa agar bisa terus bersinar dan menjadi berkat bagi sesama.

Pada 14 Oktober 1932, Nojorono dikukuhkan di “kota kretek” Kudus, Jawa Tengah, dan menetap di sana sampai saat ini. Kota kretek menjadi saksi sejarah 90-an tahun Nojorono mewarnai industri sigaret Tanah Air. Kudus juga menjadi saksi lahirnya jenama Minak Djinggo sebagai pelopor inovasi sigaret kretek tangan (SKT) yang menggunakan parafin dalam menjaga ketahanan kualitas produknya.

Dalam perjalanan panjangnya, Nojorono telah melalui 4 tahapan bisnis transformasi. Mula-mula adalah inovasi. Seiring perkembangan zaman, perusahaan dituntut untuk terus melakukan pembaruan. Salah satunya, dengan mulai berinvestasi pada teknologi mesin.

Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang pertama kali dibuat oleh Nojorono adalah Minak Djinggo Special. Minak Djinggo adalah salah satu merek sigaret yang diproduksi pada masa awal dan terus dikenal sampai sekarang.

Merek yang tak kalah pamornya adalah Clas Mild. Diluncurkan tahun 2003, merek yang masuk kategori Sigaret Kretek Mesin Mild (SKMM) dengan Low Tar Low Nicotine ini menjadi produk dengan penjualan kedua terbaik dalam waktu dua setengah tahun.

Tahap kedua adalah profesionalisme. Berangkat dari perusahaan keluarga yang bertahan hingga generasi keempat, kini perlahan mulai melibatkan profesional ke dalam manajemen perusahaan.

Yang ketiga, implementasi best managed company. Kehadiran rekan-rekan profesional dalam jajaran top management Nojorono Kudus diharapkan memberi dinamika baru di internal maupun eksternal perusahaan.

Pada tahap ini pula Nojorono mulai membidik pasar Asia Tenggara melalui ekspor produk Clas Mild (2021). “Kami melayani konsumen Indonesia yang ada di luar negeri,” kata Arief Goenadibrata, Managing Director Nojorono Tobacco International.

Keempat, tahap sustainability. Perusahaan berupaya untuk terus bertahan dalam IHT (Industri Hasil Tembakau), membangun desain transformasi perusahaan keluarga yang sarat nilai warisan leluhur tetapi berjalan selaras dengan visi bisnis.

Nojorono bahkan mulai mempertimbangkan diversifikasi bisnis di luar bisnis utama sebagai langkah lanjutan untuk melebarkan sayap.

“Ke depannya, kami akan mengarah kepada bisnis selain rokok, tetapi masih merancang industri yang tepat. Nah, industri yang bisa dikembangkan saat ini adalah bisnis distribusi. Karena distribusinya ada dan kami sudah punya 60 cabang di Indonesia, kami mencoba melihat bagaimana memanfaatkan aset itu. Ada ribuan truk di sini, ada ribuan orang, tenaga sales, dan lain sebagainya yang bisa dimanfaatkan untuk bisnis distribusi,” tambah Arief.

Infografik Advertorial Nojorono

Infografik Advertorial Perjalanan 9 Dekade Pelopor Kretek Indonesia. tirto.id/Mojo

Berkarya dengan Rasa

Bila sebuah perusahaan mampu bertahan di industri selama sembilan dekade, bahkan masuk lima besar industri sigaret terbesar di Indonesia, pasti tak lepas dari iklim kerja yang membuat orang-orang di dalamnya mampu berkarya dengan rasa sekaligus tetap profesional.

Di Nojorono, warisan prinsip luhur yang ditanamkan oleh pendiri secara konsisten dipegang dan dipraktikkan turun temurun oleh seluruh elemen perusahaan. Prinsip itu adalah “bersatu, berdoa, dan berkarya” (3B). Bersatu diartikan sebagai kebersamaan yang menjadi dasar kokoh untuk melandasi kekuatan perusahaan. Berdoa agar Sang Pencipta mendampingi, melindungi, dan meridhoi setiap langkah yang ditempuh Nojorono. Berkarya dengan kesungguhan akan memberikan hasil baik, bernilai, dan berdaya guna.

Dari warisan prinsip leluhur tersebut, lahirlah 5 nilai utama atau core values yang menjadi “bahan bakar” perusahaan, yaitu F-A-I-T-H: fraternity, semangat kekeluargaan menjaga keharmonisan untuk saling bersinergi; accountability, bertanggung jawab sepenuh hati dan dengan integritas; innovation, mendorong adanya inovasi dan kreativitas; trustworthy, bisa dipercaya; dan high performance, kinerja tinggi demi pertumbuhan dan profitabilitas berkelanjutan perusahaan.

Lestari Empat Generasi

Seperti yang sudah disampaikan, untuk tetap bertahan atau lestari di industri sigaret tentu bukan perkara gampang, apalagi diikuti pula dengan sejumlah prestasi. Lantas, apa yang membuat bisnis Nojorono berkelanjutan?

Kuncinya adalah never give up. Kata Arief, “Kalau mau sukses, apa pun pekerjaanmu sekarang, apa pun yang kamu lakukan, kalau kamu mudah sekali menyerah, ya peluang mungkin tidak akan datang. Dengan semangat never give up itu pula Nojorono bertahan selama 90 tahun, karena ‘pandemi’ tak cuma 2 tahun kemarin itu.”

“Bayangkan, pada 1942–1945, pabrik harus dijaga oleh pemilik supaya tidak dibakar oleh tentara Jepang. Jalan terputus sehingga kemudian distribusi rokok terganggu. Kemudian 1965, Gerakan 30 September. Kebetulan Nojorono berasal dari keluarga non-pribumi sehingga ketakutan-ketakutan itu ada. Tahun 1998, pada saat dolar kemudian naik dari 2 ribu menjadi 16 ribu rupiah, di mana sebagian bahan baku juga masih impor, ini juga menjadi challenge.”

“Namun dengan semangat yang sama, kembali lagi, never give up. Kalau menyerah, tutup saja, ya sudah tidak akan ada Nojorono yang sekarang.”

Belum lama ini, Nojorono juga berhasil melewati masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19. Bukannya menyerah pada keadaan, Nojorono justru meluncurkan produk inovatif.

“Produk Nojorono sudah cukup lama ada di market, puluhan tahun, sementara rokok itu setiap tahun harus naik harganya. Kalau Menteri Keuangan menaikkan cukai, ya kami harus menaikkan harga. Jadi kalau dibandingkan dengan rokok yang baru lahir, ya pasti beda harga. Celakanya, rokok tidak boleh turun harga. Akibatnya, pada saat pandemi datang dua tahun lalu, kami menyadari bahwa rokok-rokok kami masuk kategori rokok papan atas,” kata Arief.

“Otomatis, rokok kami menjadi rokok mahal bagi sebagian konsumen,” lanjutnya. “Nah, strategi kami pada saat pandemi mengeluarkan rokok-rokok yang bisa terjangkau oleh konsumen, lagi-lagi dengan konsep bahwa ini harus relevan.”

“Ketika mereka tidak bisa membeli yang terlalu mahal, kami yang harus menjangkaunya. Kami mengeluarkan produk yang tetap bertanggung jawab, maksudnya bukan asal-asalan, tetapi kami bersedia untuk jalan dengan margin yang sangat tipis sehingga pada saat pandemi, rokok-rokok ini menjadi terjangkau.”

Dalam menghadapi perubahan pola konsumen selama pandemi, Nojorono pun meluncurkan produk inovasi dalam kategori SKT: Minak Djinggo Rempah. Ini bukan sekadar produk sigaret kretek biasa, melainkan sigaret dengan racikan tembakau, cengkeh, dan rempah-rempah Indonesia dalam tiap batangnya. Produk ini pun punya misi khusus, yaitu menjamin bergeraknya roda ekonomi masyarakat dengan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja.

Urip kudu iso nguripi, hidup itu harus saling menghidupi satu sama lain, saling berbagi berkat dengan sesama. Selaras dengan apa yang kami cita-citakan untuk diwariskan sampai generasi mendatang,” ungkap Arief.

Komitmen Menjaga Kualitas

Tiga tahun terakhir, Nojorono tengah mengembangkan corporate branding dan berusaha menciptakan suasana kerja yang netral. Menariknya, tidak ada keharusan bagi siapa pun yang bergabung dengan Nojorono untuk merokok. Itu membuktikan bahwa rokok adalah pilihan.

“Prinsip bahwa saya bukan perokok membuat saya sadar bahwa merokok adalah sebuah pilihan orang dewasa. Orang dewasa memilih untuk merokok, ya monggo dinikmati,” kata Arief. “Rokok dibuat sebagai penunjang kehidupan.” Bagi Arief, mengonsumsi rokok yang benar adalah sebagai gaya hidup, bukan sebagai sesuatu yang adiktif.

Sebagai bagian dari gaya hidup, Arief optimis dalam ke depan masih banyak yang bisa dikembangkan dari industri rokok. Tahun 2022 saja, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, pengeluaran kedua tertinggi masyarakat kelas menengah ke bawah setelah beras adalah rokok.

“Dalam 10 tahun ke depan, saya ingin melihat dan cukup optimis bahwa industri rokok ini masih bisa dikembangkanlah dengan, misalnya, mengedukasi masyarakat untuk lebih bijaksana memilih rokok. Tidak bisa dimungkiri bahwa hanya beberapa pabrik rokok yang bertanggung jawab terhadap produknya,” kata Arief.

“Ini lho, bikin rokok yang proper tuh yang begini. Ini rokok yang benar-benar mengandung material yang bisa dipertanggungjawabkan, prosesnya juga proper, kemudian pengemasan, pengiriman sampai ke tangan konsumen juga bisa dipertanggungjawabkan. Untuk menjamin itu semua, rokok tidak bisa murah.

"Masyarakat harus belajar untuk menentukan pilihan, kalau cuma asal murah, apa tidak concern soal apa yang dikonsumsi oleh tubuh?”

Nojorono sendiri memilih untuk bertanggung jawab terhadap produk yang diproduksi dengan tidak menurunkan kualitas hanya demi menurunkan harga atau demi menarik minat konsumen.

“Kualitas, itulah yang tetap dipertahankan oleh Nojorono,” tutup Arief.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis