Menuju konten utama

Nisan Tanpa Nama di Jakarta

Dalam film dokumenter yang dibuat oleh Ucu Agustin berjudul “Kematian” di Jakarta, terungkap ada 110 kematian setiap hari. Hampir 10 persen di antaranya adalah mayat temuan yang tak dikenal. Mayat-mayat tanpa identitas ini biasa disebut dengan tunawan. Seringkali mereka berakhir di pemakaman seadanya dan dikubur dengan nisan tanpa nama.

Nisan Tanpa Nama di Jakarta
Makam Tunawan di TPU Tegal Alur, Jakarta. [TIRTO/Andrey Gromico]

tirto.id - Perempuan itu bertanya, kenapa kamu selalu menyukai hal yang dekat dengan kematian. Si lelaki menjawab, karena tak pernah ada yang benar-benar paham tentang kematian. Si perempuan menambahkan bahwa rahasia terbesar hidup adalah mati. Dialog ini adalah rekaan dari sepasang orang yang mungkin saling menyukai tapi tidak bisa bersama. Fiksi yang ditulis dalam cerita picisan atau sinema televisi yang berdurasi singkat dengan terlalu banyak narasi tak masuk akal. Tapi kadang kehidupan nyata jauh lebih tidak masuk akal daripada fiksi.

Misalnya, pernahkah kamu membayangkan berapa banyak orang yang mati setiap hari di Jakarta? Dari sekian banyak itu, berapa orang yang mati karena patah hati lalu bunuh diri? Mereka yang lupa atau bahkan tak pernah punya kartu tanda pengenal, hingga kemudian meregang nyawa dan tidak punya nama? Siapa yang mengurus orang-orang tak dikenal ini? Siapa yang akan memakamkan mereka? Bagaimana nasib mereka usai ditemukan tak bernyawa?

Dalam film-film noir atau perang, adegan mayat tanpa identitas adalah sebuah setting, awal mula cerita atau bahkan titik mulainya sebuah teka-teki membosankan yang bisa ditebak di awal separuh cerita. Tapi dalam film dokumenter “Kematian di Jakarta”, Ucu Agustin, kematian sama sekali bukan guyonan, ia getir dan muram. Barangkali lebih muram daripada nasib puisi-puisi cinta pasca kemunculan “Ada Apa Dengan Cinta” jilid Dua.

Mayat-mayat tanpa identitas disebut sebagai Tunawan. Nama yang tidak aduhai tentu saja, tapi ia praktis dan seperti segala yang praktis. Tunawan kerap berujung sebagai statistik belaka. Misalnya, jika kamu meninggal karena sial tertabrak mobil di pinggir jalan tanpa membawa kartu identitas, jasad akan dibawa ke beberapa titik pengepulan mayat, seperti RSCM. Di RSCM, jasad akan dibersihkan, dimandikan, lantas dikafani. Jika tidak ada kabar selama beberapa waktu, maka jasad tanpa nyawa itu akan dibawa ke beberapa titik di Jakarta untuk dimakamkan tanpa nama.

Jika kau beruntung dan sangat-sangat beruntung, mayatmu akan didoakan, disalati, dan diazankan. Jika tidak, maka seperti gedebnog pisang yang tak berguna. Tubuhmu akan dikubur di sebuah liang sedalam setengah meter untuk kemudian habis ditutupi ilalang. Untuk segala kemewahan ini, kalian mesti berterima kasih dengan pemerintah daerah Jakarta melalui Dinas Pertamanan dan Pemakaman (DPP). Mereka turut ambil bagian membantu dalam hal penjemputan jenazah, penyediaan lahan kubur dan ongkos pemakaman yang ditanggung pemerintah daerah.

Kondisi makam para tunawan yang telah dikuburkan bertahun lampau, seperti kehidupan seorang perjaka yang merindu kekasih orang. Kumuh, berantakan, penuh ilalang dan sama sekali tidak menarik. Beberapa nisan hilang ditelan alang-alang, pasak nisan lapuk dimakan cuaca, hingga makam yang kemudian rata dengan tanah tanpa tanda.

Asal mula para mayat tadi pun beragam. Ada yang berasal dari kepolisian, temuan warga masyarakat, sampai dengan jenazah korban kecelakaan.

Lebih Layak Dikasihani

Tidak semua mayat tanpa identitas berujung di pemakaman. Beberapa jika beruntung dapat berguna bagi ilmu pengetahuan. Mayat ini digunakan sebagai alat praktik bagi mahasiswa kedokteran. Mayat-mayat ini, meski tidak dikuburkan, diperlakukan dengan sebaik-baiknya atas nama kemanusian peradaban. Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta misalnya, setidaknya ada enam mayat yang digunakan untuk praktikum. Beberapa di antaranya merupakan mayat lama yang diawetkan untuk digunakan selama berulang-ulang.

Mayat-mayat tanpa identitas yang dikuburkan tanpa nama ini lebih layak dikasihani daripada ditakuti. Jangan bayangakan film-film horor tahun 80-an yang dengan sebuah paku kau bisa menghidupkan mayat menjadi manusia. Orang-orang tanpa identitas ini, seperti nasib puisi-puisi di meja editor koran sastra minggu, nyaris tanpa guna dan sedikit sekali yang peduli.

Blok khusus tunawan ada dua wilayah, TPU Srengseng Jakarta Selatan dan TPU Tegal Alur Jakarta Barat. Tahun depan, akan ditambah dua tempat lagi, yakni TPU Sunter Jakarta Utara dan TPU Pondok Rangon Jakarta Timur. Para tunawan ini dirawat dan ditanggung oleh Pemda DKI. Mereka akan dijemput kantong jenazah. Saat dibawa ke TPU, akan digunakan peti jenazah. Untuk biaya gali tutup makam, Pemda DKI melalui DPP menganggarkan Rp300.000. Dari penjemputan jenazah hingga antar RSCM, dianggarkan 10 liter solar atau Rp55.000.

Selama ini, apabila ada penemuan mayat tanpa identitas, warga akan melaporkan kepada kepolisian. Pihak kepolisian, setelah dikonfirmasi kebenarannya di lokasi, mereka akan menghubungi DPP Jakarta. Mayat tersebut dijemput dan dibawa ke RSCM untuk kemudian di otopsi. Jika jenazah yang ditemukan dalam rentang waktu lima hari sejak ditemukan tidak ada yang mencari, maka pihak kepolisian dan RSCM akan menghubungi DPP Jakarta untuk proses penguburan.

Setiap harinya, rata-rata ada 4-5 orang tunawan yang dijemput oleh pihak DPP DKI Jakarta. Sementara jika tunawan itu mati akibat laka lantas, pihak kepolisian yang langsung menghubungi RSCM untuk membawa mayat tersebut. Sepanjang 2012 kemarin, ada 859 mayat yang diurus oleh pihak DPP. Dengan komposisi 714 di antaranya adalah jenazah laki-laki dan 145 di antaranya merupakan jenazah perempuan. Sebagian besar mayat merupakan korban kecelakaan lalu lintas, lalu disusul oleh kasus pembunuhan, sakit dan overdosis. Ada pula yang tidak jelas. Biasanya mayat gelandangan yang ditemukan oleh masyarakat.

Para penjemput tunawan ini telah banyak menemui berbagai kasus kematian yang bisa dibayangkan film horor slasher. Mayat hasil aborsi, mayat korban mutlisasi, mayat korban kebakaran, hingga korban tabrakan yang hancur berantakan.

Semua mayat punya nasib sama di hadapan DPP DKI Jakarta. Hanya saja, beberapa petugas akan memberikan penghormatan lebih bagi mayat bayi tanpa identitas. Sebagian besar bayi merupakan temuan warga. Sedikit di antaranya merupakan bayi yang ditinggal begitu saja di jalan.

Baca juga artikel terkait MAKAM atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Arman Dhani
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho