Menuju konten utama
KTT G20

Nilai Potensi Ekonomi Metaverse Capai 1 Juta Dolar AS per Bulan

CEO Realitychain, Adam Ardisasmita memperkirakan, nilai ekonomi dari inovasi metaverse bisa mencapai 1 juta dolar AS per bulan.

Ilustrasi Metaverse. foto/IStockphoto

tirto.id - Perkembangan teknologi metaverse menjadi isu yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia. Satu teknologi lain dari pengembangan metaverse yang dibahas dalam G20 Indonesia adalah Reality Chain.

CEO Realitychain, Adam Ardisasmita memperkirakan, nilai ekonomi dari inovasi metaverse bisa mencapai 1 juta dolar AS. Potensi besar itu tak lepas dari penciptaan ruang digital yang mempertemukan pelaku-pelaku dari metaverse.

"Potensi ekonomi di Reality Chain saja bisa mencapai 1 juta dolar AS per bulannya. Jika kita berkaca kepada transaksi di NEAR yang bisa 6 juta dolar AS per bulan, angka itu masih masuk akal," ucap Adam dalam Festival Ekonomi Digital Indonesia (FEKDI) G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Sabtu (17/7/2022).

Adam mengatakan, potensi atau nilai ekonomi tersebut kemungkinan besar bisa tercipta dengan bertemunya beragam perwakilan industri di FEKDI G20 Indonesia. Seluruh industri tersebut diharapkan bisa saling mengenal, belajar, dan berkolaborasi.

Banyak pihak, sambung Adam, tertarik dalam berkolaborasi dengan inovasi metaverse yang terbilang baru tersebut. "Beberapa pejabat pemerintahan, mahasiswa IT, hingga pelaku fintech tertarik mencoba dan menjajaki kerjasama untuk pengembangan bisnisnya," ujarnya.

Kendati begitu, potensi atau nilai ekonomi dari Reality Chain tersebut tidak bisa tercapai tanpa adanya kerja sama antara pengembang atau developer metaverse. Oleh karena itu, Adam menyampaikan perlunya kolaborasi antar developer metaverse tersebut.

"Semua bisa tercapai asalkan kolaborasi dengan berbagai industri dilakukan tanpa henti," katanya.

Sebagai informasi, Reality Chain memiliki tujuan untuk tidak hanya membuat ruang digital untuk bertemu, melainkan juga menghasilkan nilai yang bisa dipertukarkan.

Chief Blockchain Officer Realitychain, Pandu Sastrowardoyo mengatakan, jika tujuannya hanya untuk membuat ruang digital biasa untuk bertemu maka siapapun bisa membuatnya.

"Ada kepemilikan tanah, bangunan, tiket, fashion, sampai avatar, yang bisa menciptakan nilai yang bisa dipertukarkan. Ini yang membedakan metaverse, terutama yang kami buat, dengan ruang meeting digital biasa," kata dia.

Baca juga artikel terkait METAVERSE atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Restu Diantina Putri