Menuju konten utama

Nestapa Penumpang Lion: Sudah Beli Tiket Tapi Tak Bisa Naik Pesawat

Chozin membeli tiket tujuan Jakarta-Pangkal Pinang Rp1.145.200. Namun saat check in pihak Lion mengatakan Chozin tak bisa masuk kabin karena penumpang penuh. Beranikah pemerintah bela hak konsumen?

Nestapa Penumpang Lion: Sudah Beli Tiket Tapi Tak Bisa Naik Pesawat
ratusan calon penumpang memadati terminal i bandara internasional juanda surabaya di sidoarjo, jawa timur, rabu (10/5). sebanyak 12 rute penerbangan domestik terganggu akibat dampak penundaan (delay) yang dialami oleh pesawat lion air. antara foto/umarul faruq/foc/16.

tirto.id - Muhammad Chozin Amirullah nyaris gagal berkumpul bersama keluarganya di Pangkal Pinang kalau saja tak punya uang cadangan. Ini menurutnya lantaran buruknya manajemen maskapai Lion Air. Cerita bermula saat Chozin yang sudah membeli tiket pesawat Lion Air tujuan Jakarta-Pangkal Pinang ditolak petugas untuk melakukan check-in (daftar ulang). Petugas Lion berdalih penumpang sudah penuh. Padahal menurut Chozin keterangan dalam tiket elekronik menyebutkan jadwal terbang pukul 10.05 WIB pada 2 Juni dan tiba di tujuan pukul 11.30 WIB. Sedangkan Chozin mengaku ia sudah tiba di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta jauh sebelum jadwal check in ditutup. Karena antrean cukup Panjang Chozin baru tiba di konter check in pukul 09.20. Alih-alih mendapatkan boarding pass, seorang petugas berinisial MFA malah mengatakan bahwa Chozin terlambat check in.

"Petugas bilang bahwa saya tidak bisa check in karena kursi sudah penuh," kata Chozin saat dihubungi tirto, Jakarta, Senin (3/6/2019).

Keterangan petugas Lion Air itu membuat Chozin terkejut, sebab kursi yang sedianya menjadi miliknya sudah diisi oleh penumpang lain. Bahkan, petugas Lion malah menyalahkan Chozin yang tidak melakukan check in online terlebih dahulu. Namun yang bikin Chozin heran bagaimana bisa tiket yang sudah ia beli diisi oleh orang lain, sementara ia sudah tiba di konter check-in sekitar 40 menit sebelum jadwal keberangkatan. Artinya kalau konter check in untuk penerbangan domestik ditutup 30 menit sebelum keberangkatan, maka Chozin masih punya jeda waktu sekitar 15 menit.

"Wah kok kursinya penuh? kayak naik bus antar kota aja nih. Berati kursi saya diisi dengan orang lain dong. Gimana cara orang itu mengisi kursi saya? dengan membeli? kalau dengan cara membeli berarti Lion ngejual dong. Ngejual kursi saya."

Pengalaman Chozin juga ia sampaikan di status Facebook dan menjadi percakapan warga maya. Hingga Senin 3 Juni 2019 siang tercatat status Chozin itu menuai 924 komentar dan dibagikan hingga 1.964 kali.

Cerita Chozin di media sosial seperti mewakili pengalaman beberapa orang. Tak sedikit orang yang selama ini mengeluhkan masalah yang sama mencurahkan uneg-uneg di status Chozin. Misalnya, Itho Murtadha, ia ikut mengkomentari peristiwa yang menimpa Chozin.

"Saya pernah megalami hal yang sama. Saya ngamuk-ngamuk di situ dan sejak saat itu saya tak pernah lagi mau naik Lion," kata Itho.

Pemerintah Harus Bertindak

Chozin berharap keluhan ia dan konsumen lainnya bisa ditindaklanjuti pemerintah. Dia menambahkan, pemerintah memiliki aparatur yang bisa menegakkan aturan, sementara rakyat kecil hanya bisa memberikan sanksi sosial. Jika pemerintah diam, kepada siapa lagi rakyat mengadu "Kami masyarakat, satu dua enggak bisa (melawan). Tapi ketika sudah mulai ramai mengeluhkan, pemerintah pusat harus mendengar," kata Chozin.

Chozin mengaku pasrah tiket seharga Rp1.145.200 yang ia beli hangus. Akhirnya ia membeli tiket di maskapai lain dengan konsekuensi harga melambung tinggi karena yang tersisa cuma tiket kelas bisnis seharga Rp5 juta lebih.

"Saya sendiri berada dalam pilihan yang sulit karena keluarga sudah terlanjur berangkat. Kalau saya tidak berangkat, tentu akan menyakiti keluarga saya," kata Chozin. "Tentu saya lebih beruntung, tetapi orang lain mungkin tidak ada (dana) sebanyak itu dan bisa jadi gigit jari."

Ketua YLKI Tulus Abadi mengatakan Kementerian Perhubungan harus menegur manajemen Lion Air jika terbukti menjual tiket pesawat ganda kepada penumpang. “Kemenhub harus menegur keras Lion Air. Dan kembalikan hak konsumen untuk terbang sesuai tiketnya,” kata Tulus kepada Tirto, Jakarta, Senin (3/6/2019).

Ia menyayangkan peristiwa itu terjadi lagi pada penumpang maskapai berlogo singa merah. Pasalnya, peristiwa seperti ini berulang kali terjadi dan dikeluhkan oleh konsumen. Jika merujuk pada cerita Chozin dikronologis FB, Tulus bilang masih ada waktu untuk chek in. Apalagi sudah masuk dalam antrean.

Semestinya, lanjut Tulus, dalam kondisi itu petugas dapat mendistribusikan antrean sehingga penumpang dengan jadwal penerbangan terdekat tidak merugi. Ia mengimbuhkan, Lion Air juga harus menambah konter check in untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan penumpang. Terlebih di saat-saat seperti saat ini yang memasuki musim mudik lebaran.

Lion Enggan Menanggapi

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hengki Angkasawan enggan mengomentari kasus yang menimpa Chozin dengan manajemen Lion Air. Ia menilai, pihaknya tidak ada kewenangan untuk menjawab soal sanksi.

"Kami enggak ada kapasitas untuk jawab itu," kata Hengki.

Danang Mandala Prihantoro selaku Corporate Communications Strategic Lion Air juga menolak berkomentar dengan alasan dirinya sedang rapat. Ia berjanji akan memberikan keterangan, tapi sampai berita diturunkan, ia belum memberikan keterangan.

Baca juga artikel terkait MASKAPAI PENERBANGAN atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Hukum
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Jay Akbar