Menuju konten utama

Neraca Dagang Indonesia Diprediksi Surplus Rp936 T Tahun Ini

Airlangga Hartarto memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus 60 miliar dolar AS atau sekitar Rp936 triliun tahun ini.

Neraca Dagang Indonesia Diprediksi Surplus Rp936 T Tahun Ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, di Jakarta, Senin (3/5/2021). ANTARA/Tangkapan lyar Youtube Sekretariat Presiden/pri.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus 60 miliar dolar AS atau sekitar Rp936 triliun (asumsi kurs Rp15.607 per dolar AS) tahun ini. Selama Januari hingga September 2022 neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 39,87 miliar dolar AS.

"Angka itu lebih besar dari surplus neraca perdagangan selama ledakan harga komoditas terakhir pada 2010 dan 2011 yang sekitar 22 miliar dolar AS dan 26 miliar dolar AS," ujar Menko Airlangga dalam acara Indonesia's Economic Priorities di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Menurut Airlangga, kinerja sektor eksternal yang kuat tersebut pun berhasil menopang konsumsi dan investasi secara konsisten. Dengan demikian pemerintah memproyeksikan ekonomi akan tumbuh sekitar 5,2 persen secara tahunan pada akhir tahun ini.

Hingga triwulan II-2022 ekonomi Indonesia berjalan dengan sangat baik dan berhasil berbalik arah dari pandemi COVID-19 sehingga mampu tumbuh 5,44 persen secara tahunan.

Selain itu, Airlangga menuturkan berbagai lembaga internasional pun memiliki perkiraan yang kurang lebih sama sama, salah satunya Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang tetap optimistis Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, meski ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen.

"Kemudian untuk 2023 IMF memproyeksikan Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen dibandingkan dengan global yang hanya mampu tumbuh 2,7 persen," ucap Airlangga Hartarto.

Kendati demikian, ia mengingatkan, saat ini dunia sedang dihantui oleh pembentukan awan gelap yang sedang mengumpulkan kecepatan untuk kemungkinan terjadinya badai yang sempurna alias perfect storms. Awan tersebut berasal dari lima faktor yakni COVID-19, konflik di Ukraina, harga komoditas, biaya hidup, dan perubahan iklim.

Meski begitu Airlangga meyakini seluruh dunia, termasuk Indonesia, bisa menghadapi badai tersebut dengan keyakinan yang lebih kuat pada strategi kebijakan tentang prioritas untuk mengatasi tantangan ke depan.

Baca juga artikel terkait SURPLUS NERACA DAGANG atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang