Menuju konten utama
Lebaran 2021

Naskah Khutbah Jumat Lebaran: Memaknai Silaturahmi di Musim Pandemi

Naskah khotbah Jumat Lebaran di masa Pandemi tentang makna silaturahmi tanpa bertemu langsung.

Naskah Khutbah Jumat Lebaran: Memaknai Silaturahmi di Musim Pandemi
Ilustrasi silaturahmi Lebaran lewat Video Call. foto/IStockphoto

tirto.id - Bulan suci Ramadhan 1442 telah berakhir, di mana setelahnya umat Islam merayakan hari kemenangan atau Hari Raya Idulfitri yang jatuh pada Kamis kemarin, 13 Mei 2021.

Hari ini, Jumat (14/5/2021) adalah hari kedua Lebaran di tahun ini, dan kita masih merayakannya dalam situasi Pandemi COVID-19.

Bulan Syawal masih akan kita lalui setidaknya 28 hari lagi. Biasanya bulan Syawal menjadi bulan silaturahmi dan sudah tradisi pada bulan ini saat perayaan Idulfitri kita berkunjung atau dikunjungi sanak saudara yang sudah lama tak berjumpa.

Hanya saja kondisi sekarang tentu berbeda, karena kita merayakan lebaran di tengah pandemi Corona dan ini menjadi tantangan tersendiri.

Saat ini setidaknya kita harus banyak menahan diri. Seperti menahan diri untuk tidak mudik, hingga menahan keinginan ke luar rumah yang tujuannya silaturahmi demi menghindari keramaian.

Karenanya bertepatan dengan momen Idulfitri dalam suasana Pandemi Covid-19, seperti dilansir laman NU Online, khotbah Jumat kali ini akan membahas tentang "Makna Silaturahmi di Musim Pandemi."

Naskah Khotbah Jumat Idul Fitri

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Banyak sekali hikmah, pelajaran dan makna yang dapat kita petik dari mewabahnya Covid-19. Di antaranya, kita diingatkan untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun.

Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia.

Jika kita tidak menghiasi diri kita dengan sifat sabar dan syukur dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan.

Sebaliknya, jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati kita, maka kita akan meraih rida Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat.

Mewabahnya virus ini juga mengingatkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Hanya dengan makhluk yang sangat kecil itu, banyak orang menjadi tak berdaya. Banyak orang jatuh sakit. Bahkan banyak orang meninggal dunia.

Hal ini seakan mengikis habis kesombongan pada diri manusia. Manusia itu makhluk lemah yang memiliki banyak keterbatasan. Tidak selayaknya ia menyombongkan dan membanggakan dirinya.

Menyebarnya virus ini juga mengingatkan kita akan kematian. Manusia pasti akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di dunia ini. Semuanya pasti akan berakhir dengan kematian.

Tidak seorang pun dapat memajukan kematian atau memundurkannya barang sesaat pun. Kematian adalah pintu yang akan dimasuki oleh setiap insan.

Maut akan menjemput seseorang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ajal tidak akan meminta izin kepada orang muda yang sehat. Maut juga tidak akan permisi kepada orang tua yang sakit-sakitan.

Virus Corona merupakan satu di antara sekian penyebab kematian manusia. Menjalarnya virus ini juga mengingatkan kepada kita akan arti penting dari ilmu agama.

Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menggali hikmah dari suatu kejadian. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan dapat bersabar dan bersyukur sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menyikapi musibah sesuai tuntunan syariat Islam.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Setelah menuntaskan ibadah puasa dan berbagai ibadah lainnya selama bulan Ramadan, Hari Raya adalah salah satu momen yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat hubungan persaudaraan sesama muslim dan sesama anak bangsa.

Musim pandemi janganlah menghalangi kita untuk bersilaturahim. Karena silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika tidak memungkinkan dengan bertemu fisik, maka bisa diganti dengan pertemuan secara daring.

Silaturahim juga dapat dilakukan dengan saling bertegur sapa dan menanyakan kabar melalui sambungan telepon.

Di musim pandemi covid-19 ini, kita memang dianjurkan untuk menjaga jarak fisik. Akan tetapi jarak sosial tidak boleh renggang. Jarak persaudaraan harus tetap dekat.

Jembatan penghubung antarkerabat harus tetap dibentangkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَطْعِمِ الطَّعَامَ وَأَفْشِ السَّلامَ وَصِلِ الأَرْحَامَ وقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلِ الْـجَنَّةَ بِسَلاَمٍ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ)

Maknanya:

“Berikanlah makanan, sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim dan lakukan shalat malam ketika orang-orang tidur, maka engkau akan masuk surga dengan selamat,” (HR. Ibnu Hibban).

Oleh karena itu, meskipun saat ini sedang musim pandemi, janganlah sampai membuat kita memutus tali silaturahim. Jangan sampai keluarga dan kerabat kita, merasa kita tinggalkan dan kita abaikan.

Walaupun di masa pandemi, kita tetap jaga hubungan baik dengan mereka. Kita jaga hubungan baik itu dengan cara membantu mereka di kala mereka butuh bantuan.

Kita beri utang mereka jika butuh utangan. Kita kunjungi mereka jika memungkinkan. Jangan tunggu mereka berbuat baik kepada kita lalu kita balas kebaikan mereka. Jangan tunggu mereka mengunjungi kita lalu kita balas kunjungan mereka.

Jangan tunggu mereka menyapa duluan lewat sambungan telepon baru kemudian kita balas menyapa. Kita dahului mereka dengan itu semua. Karena ini adalah kebaikan yang pahalanya besar.

Jadilah orang yang pertama kali melakukannya. Kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Menyambung silaturahim adalah salah satu kewajiban dan memutus silaturahim termasuk salah satu dosa besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang bermakna:

“Tidak akan masuk surga (bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga) orang yang memutus silaturahim," (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Janganlah kita menganggap silaturahmi sebagai beban. Jangan pula berpikir bahwa silaturahim hanya akan menambah kesusahan yang sedang kita rasakan.

Bahkan sebaliknya, dengan bersilaturahmi, Allah akan angkat kesusahan dari kita dan melapangkan rezeki kita.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa menginginkan dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan diselamatkan dari kematian yang buruk oleh Allah, maka hendaklah ia sambung tali silaturahim dengan kerabatnya,” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Alangkah baiknya bila kita jadikan hari raya sebagai momentum untuk mempererat hubungan kita dengan tetangga, teman, kolega, dan seluruh lapisan masyarakat.

Saling bermaaf-maafan harus tetap menghiasi hari raya kita. Yang lalu biarlah berlalu. Kita maafkan kesalahan orang lain kepada kita.

Di akhirat kelak, janganlah kita termasuk mereka yang membawa pahala shalat, puasa, dan berbagai ibadah yang lain, sekaligus juga membawa dosa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia.

Yaitu mereka yang berbuat zalim kepada orang lain dan belum sempat meminta maaf atau kerelaan darinya sampai ajal tiba.

Merekalah orang yang bangkrut sebangkrut-bangkrutnya di akhirat kelak. Pahala mereka akan diambil dan diberikan kepada orang-orang yang mereka zalimi.

Jika tidak cukup, maka dosa-dosa orang yang mereka zhalimi akan diambil dan ditimpakan kepada mereka lalu mereka dilemparkan ke api neraka. Na’udzu billahi min dzalik.

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Demikianlah khotbah Jumat pada hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin yaa robbal 'alaamin.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT LEBARAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Fitra Firdaus