Menuju konten utama

Nasib Kebun Binatang Saat Pandemi Corona: Satwa Terancam Kelaparan

Pandemi COVID-19 dan sepi pengunjung tidak hanya berdampak pada satwa, tapi juga para pekerja yang mencari nafkah di kebun binatang.

Nasib Kebun Binatang Saat Pandemi Corona: Satwa Terancam Kelaparan
Seekor macan tutul jawa (Panthera pardus melas) beristirahat di dalam kandang di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.

tirto.id - Medan Zoo megap-megap menghidupi para satwa selama masa pandemi COVID0-19. Mereka sudah tidak menerima kunjungan sejak 23 Maret 2020, sesuai dengan aturan jaga jarak yang diberlakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Kepala Urusan Promosi dan Publikasi Medan Zoo, Aini Chan mengatakan ketiadaan pemasukan itu sangat mengganggu operasional.

"Memenuhi pakan satwa itu sudah cukup susah. Karena beratnya memberi makan harimau. Mereka makan daging merah atau putih, tidak bisa yang lain,” kata Aini saat dihubungi reporter Tirto, Senin (4/5/2020).

Medan Zoo memiliki 7 ekor harimau Sumatera, 7 harimau benggala, 2 kucing mas, 1 kucing akar, 8 buaya, 15 elang, 2 ular, dan 2 biawak yang semuanya pemakan daging.

Sementara menurut dia simpanan finansial hanya cukup untuk bertahan dalam hitungan minggu. Ia tidak tahu persis nominal angkanya. Ia hanya bersyukur, Medan Zoo masih bernapas panjang berkat bantuan dari para sukarelawan.

Medan Zoo, menurut Aini, juga menggalang donasi atas inisiatif internal. Tujuannya untuk mengakomodir kepentingan pakan para satwa selama masa pandemi.

"Antusias pecinta satwa luar biasa. Sampai saat ini [pakan] masih terpenuhi untuk satwa sampai Mei," ujar dia.

COVID-19 dan sepi pengunjung tidak hanya berdampak pada satwa. Menurut Aini situasi sulit ini membuat tempatnya bekerja mengambil keputusan berat, dengan merumahkan beberapa pegawai dan memangkas gaji mereka.

"Gaji kami hanya dibagikan 20 persen dari yang kami terima," kata dia mengeluhkan.

Medan Zoo masih berharap bantuan dari pemerintah hingga kini. Meskipun sampai dengan saat ini kondisi satwa masih cukup baik.

"Kami masih memohon bantuan ke Pemkot [Medan] dan menunggu regulasinya. Kami BUMD, jadi tidak bisa masuk ke anggaran mereka," ujarnya.

Nasib yang sama juga merundung Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden (Bazoga). Mereka bahkan berencana memotong rusa untuk pakan macan tutul.

Humas Bazoga, Sulhan Syafi'i mengatakan rencana tersebut karena tempatnya bekerja kehilangan pengunjung dan berakibat pada anggaran pakan hewan menipis.

"Kami terpaksa akan memotong rusa untuk pakan macan tutul jika dalam beberapa bulan ke depan virus Corona masih berlangsung," ujar Sulhan seperti dikutip Antara.

Setelah dihitung, menurut Sulhan, Bazoga hanya mampu bertahan selama empat bulan ke depan. Jika lebih dari itu, maka hewan herbivora akan dikorbankan sebagai pakan hewan karnivora.

"Skenario terburuk itu tadi bisa terjadi, apabila tidak ada campur tangan atau bantuan dari pemerintah terhadap Kebun Binatang Bandung," ujar dia.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Tony Sumampau mengatakan ada tiga tahapan yang bisa dilakukan kebun binatang atau lembaga konservasi agar bertahan hidup dalam masa pandemi COVID-19.

Pertama, melalui perhimpunan diadakan sistem silang. Kebun binatang yang mampu secara finansial membantu kebun binatang yang tidak mampu.

Kedua, kata Tony, PKBSI dengan cadangan dana yang ada dan sumbangan para pengurus ikut juga memberikan bantuan kepada kebun binatang yang membutuhkan. Dan tahap ketiga, adalah bantuan dari pemerintah berupa keringanan pajak.

"Kebun Binatang itu bayar pajak hiburan, pajak parkir, PBB ke daerah. Ke Pusat bayar pajak penghasilan. Mohon agar pemerintah meringankan itu," ujar Tony saat dihubungi reporter Tirto, Senin (4/5/2020).

Ia juga sudah mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk meminta Kementerian Kemenko Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri untuk merealisasikan keringanan pajak tersebut.

"KLHK sedang mengupayakan agar dana APBN bisa bantu kebun binatang. Seperti di luar negeri, negara hadir. Di Indonesia masih proses, katanya begitu, semoga tidak lama," ujar Tony.

Sebab, kata Tony, seluruh pemasukan anggota PKBSI sudah mencapai taraf 0 persen. Artinya, mereka hidup berdasarkan bantuan dari para donatur dan pemerintah.

Terlebih lagi banyak satwa endemik di kebun binatang saat ini. Sehingga pemerintah harus bertanggung jawab mengurus hidup satwa tersebut dan bukan wewenang kebun binatang.

"Menurut UU 9/1990 semua satwa endemik adalah milik negara, bukan milik kebun binatang. Kebun binatang hanya dititipkan untuk mengelola dan memanfaatkan. Kecuali hewan eksotik," ujarnya.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Exploitasia mengatakan pihaknya masih mengkaji bentuk bantuan berupa dana. Sementara untuk bantuan pakan sedang tahap merevisi anggaran.

Untuk keringanan pajak sebagaimana yang diminta PKBSI, ia mengklaim KLHK sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait.

"Sudah ada tiga surat dari Ibu Menteri LHK untuk Menko Perekonomian, Kemenkeu, dan Kemendagri," ujarnya kepada reporter Tirto.

Keringanan pajak itu berupa pajak hiburan, pajak hotel dan restoran, pajak parkir, dan pajak reklame yang disetor ke Pemda. Sementara yang disetor ke Pusat yakni pajak penghasilan (PPh) 25, 23, 22, dan PPH pasal 4 ayat (2).

"Sudah ada langkah-langkah dari KLHK untuk bantu LK. Saat ini kita akan prioritaskan LK yang butuh bantuan," ujarnya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz