Menuju konten utama

Naik Kereta Api: Kita Bernostalgia, Anak Bahagia

Membawa anak-anak bepergian dengan kereta adalah momen tepat untuk membawa imajinasi si kecil ke dalam petualangan yang sesungguhnya.

Naik Kereta Api: Kita Bernostalgia, Anak Bahagia
Perjalanan Dengan Kereta Api . FOTO/PT Kereta Api Indonesia

tirto.id - Apa yang terlintas di benak kita saat bicara soal kereta?

Jawabannya bisa merentang dari perjalanan yang seru dan menyenangkan; cerita-cerita tentang pertemuan dan perpisahan; lanskap demi lanskap yang bersalin rupa amat cepat di luar jendela; langkah pertama dalam menggapai angan dan cita-cita; hingga kartun anak Thomas and Friends; dan lain sebagainya.

“Hampir malam di Yogya/Ketika keretaku tiba/Remang-remang cuaca/Termenung aku tiba-tiba,” tulis Ismail Marzuki dalam “Sepasang Mata Bola”.

Potongan lagu di atas menunjukkan: selain menimbulkan nostalgia—hal yang sanggup membuat kenangan buruk memudar dari ingatan—perjalanan menggunakan sepur juga kerap menjadi sumber inspirasi buat berkarya. Naskah Stasiun yang ditulis Putu Wijaya, misalnya, membuat sastrawan tersebut keluar sebagai pemenang kedua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 1975.

Selain itu, siapa sih yang tak bergoyang begitu mendengar alunan “Kereta Malam" yang dipopulerkan Elvy Sukaesih hingga Juwita Bahar?

Saat ini, seiring meningkatnya ragam pilihan moda transportasi publik, kereta api tak pernah kehilangan peminat. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut secara kumulatif jumlah penumpang kereta api selama Januari sampai Mei 2019 mencapai 173,7 juta orang atau naik 0,32 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.

"Kenaikan penumpang terjadi di semua wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera, yaitu naik 10,14 persen dan 9,49 persen,” katanya.

Perjalanan menggunakan kereta memang senantiasa meninggalkan kesan di benak penumpang. Guru Besar UIN Malang Prof. DR. H. Imam Suprayogo menyebutnya sebagai pengalaman yang berharga.

“Naik kereta api tidak sama dengan naik bus atau kendaraan darat lainnya. Jalan kereta api selalu melewati bagian belakang rumah-rumah penduduk, sawah, pekarangan, kebun, dan lain-lain. …Oleh karena itu, siapa saja yang naik kereta api, akan melihat pemandangan yang lebih asli, yaitu berupa persawahan, pekarangan, hutan, kebun, dan juga rumah-rumah penduduk pada bagian bekalangnya.” tulis Imam.

Jika kita senang bepergian dengan kereta, apakah hal demikian akan kita tularkan kepada keluarga dan sahabat? Rasa-rasanya, dengan fasilitas dan pelayanan yang terus ditingkatkan, tak ada alasan untuk menolak kereta api sebagai moda transportasi publik yang ideal—tak terkecuali bagi si buah hati.

Infografik merawat memori

Infografik merawat memori. tirto.id/Mojo
Menanam Memori Menyenangkan

Mengajak anak berkereta boleh jadi merupakan sebuah pembelajaran. Sebuah cara untuk mengenalkan pentingnya konsep berproses dan bersosialisasi. Perjalanan dengan kereta api memang cenderung memakan waktu lebih panjang ketimbang naik pesawat, namun, percayalah, hal demikian tidak akan sia-sia.

Di dalamnya ada momen duduk bersama orang-orang tersayang. Ada waktu lebih untuk berkenalan dan bertukar semangat dengan orang-orang baru. Ada pemandangan indah di kiri-kanan jendela yang bisa dinikmati cuma-cuma.

Dan, jika suatu hari berkereta menjadi pengalaman pertama sang buah hati, jangan lupa melakukan persiapan matang agar perjalanan berjalan lebih menyenangkan. Bawalah mainan, bekal kesukaan, serta baju hangatnya yang nyaman; pilih tempat duduk yang tak jauh dari toilet; serta siapkan cerita menarik seputar kereta api yang memancing rasa ingin tahu, misalnya dengan meminjam kisah-kisah dalam serial kartun Thomas and Friends.

Kedekatan anak-anak dengan film populer tersebut sudah semestinya dijadikan pemantik agar mereka lebih akrab dengan kereta. Disertai lantunan lagu-lagu penuh semangat, film animasi tersebut berhasil menyelipkan pelajaran soal persahabatan, kerja sama, kepercayaan diri, kejujuran, dan keberanian dalam setiap petualangan.

Pendeknya, membawa anak-anak bepergian dengan kereta adalah momen tepat untuk membawa imajinasi si kecil ke dalam realitas. Petualangan yang sesungguhnya.

Petualangan tidak selamanya mencemaskan. Sejak bertahun-tahun lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus meningkatkan fasilitas dan layanan mereka untuk menunjang kepuasan pelanggan, tak terkecuali untuk anak-anak. Sebagai contoh, selain menerapkan tiket bertarif nol rupiah untuk anak berumur 0–3 tahun, perusahaan plat merah tersebut juga menyediakan fasilitas ruang menyusui dan area bermain.

“Kini, terdapat 116 ruang menyusui dan 18 fasilitas bermain anak yang tersebar di stasiun Pulau Jawa dan Sumatera,” ujar Direktur Utama KAI Edi Sukmoro.

Fasilitas ruang menyusui bagi ibu penting disediakan di ruang publik demi mendukung pemberian ASI eksklusif—sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013. Dan sebagaimana tema Hari Anak Nasional tahun ini—“Kita Anak Indonesia, Kita Gembira”—KAI juga berupaya memberikan kenyamanan lebih bagi para penumpang kecilnya. Di ruang bermain yang disediakan, anak-anak bisa menghilangkan kejenuhan menunggu keberangkatan dengan bergerak lebih aktif dan belajar berinteraksi.

Adapun stasiun yang sudah dilengkapi dengan ruang menyusui dan fasilitas bermain anak adalah Stasiun Gambir, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya Gubeng, Madiun, Jember, dan Kertapati. Layanan serupa diharapkan dapat hadir di stasiun lainnya.

“Secara bertahap, KAI akan terus berupaya menghadirkan layanan yang menjawab kebutuhan penumpang, termasuk penumpang anak-anak. Kami tentu berharap kereta api menjadi transportasi massal yang melekat di hati anak-anak, dicintai hingga mereka bertumbuh dewasa dan memiliki kenangan perjalanan yang menyenangkan,” pungkas Edi.

Rencanakan perjalanan matang-matang. Nostalgia dan memori yang indah kelak muncul dari perjalanan nyaman yang tak mencemaskan.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis