Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Nafsu PSSI Lanjutkan Kompetisi & Keraguan Klub Liga 1 Saat Corona

Keputusan PSSI untuk melanjutkan kompetisi liga di Indonesia ditolak sejumlah klub karena mereka khawatir penyebaran COVID-19 makin tak terkendali.

Nafsu PSSI Lanjutkan Kompetisi & Keraguan Klub Liga 1 Saat Corona
Calon Ketua Umum PSSI M Iriawan melambaikan tangannya saat pembukaan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta, Sabtu (2/11/2019). ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

tirto.id - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah mengeluarkan surat keputusan untuk melanjutkan kompetisi liga 1, 2, dan 3 pada Oktober 2020. Namun hal itu disambut ragu oleh sejumlah klub yang khawatir penyebaran COVID-19 makin tak terkendali.

Keraguan itu di antaranya diungkapkan oleh Marco Paulo Garcia, Direktur Utama PT PSS yang merupakan pengelola salah satu kontestan Liga 1, PSS Sleman. Ia bahkan mengusulkan agar Liga 1 2020 dihentikan.

“Saat pertemuan kami mengusulkan sebaiknya Liga 1 2020 dihentikan saja karena menurut kami situasinya sangat tidak menentu. Kita juga berhadapan dengan virus yang belum ada vaksin dan obatnya. Jadi menurut saya kita jangan masuk ke risiko yang lebih besar,” kata Marco kepada reporter Tirto, Rabu (29/7/2020).

Selain mengukur risiko keselamatan dan kesehatan pemain dan official, ia juga telah menghitung soal tanggung jawab dengan pihak ketiga dan sponsor yang harus melakukan pembicaraan ulang jika kompetisi harus dilanjutkan.

Namun demikian, kata dia, apa pun yang menjadi keputusan PSSI, dan sebagai anggota PSSI, maka PSS Sleman akan mengikuti. Tetapi tentu saja jika liga berlanjut di tengah pandemi harus ada jaminan protokol yang ketat, kata dia.

Selain itu rencana LIB yang akan menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu lokasi terpusat menunjuk Stadion Maguwoharjo dan Stadion Sultan Agung menjadi arena bagi beberapa klub bertanding juga harus diperhitungkan. Sebab banyak klub yang akan datang ke DIY juga akan meningkatkan risiko.

Di sisi lain persiapan klub juga menjadi sangat minim. Dengan kondisi yang belum pasti dan rencana kompetisi akan dimulai dua bulan lagi, kata Marco, tak mudah buatnya untuk mengumpulkan pemain dan membuat mereka siap bertanding.

Konsekuensi lain, ketika jadwalnya menjadi padat maka risiko kesehatan pemain jadi taruhannya. Fisik yang tidak fit, kata dia, akan dapat menurunkan daya tahan tubuh dan menjadikan mereka memiliki resiko tinggi terinfeksi virus.

“Kami mendukung PSSI, tapi kami juga harus memainkan peran, kami sebagai klub harus jaga diri sendiri dan kami mau memastikan protokol operasional liga itu sudah dipersiapkan secara matang dan disimulasikan. Itu harus clear dulu,” ujarnya.

Manajer Persebaya Surabaya Candra Wahyudi kepada Tirto, Rabu (29/7/2020) juga mengungkapkan keraguannya pada PSSI maupun atau PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai penyelenggara kompetisi.

Ia ragu kesehatan para pelaku sepak bola dapat terjamin di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum terkendali.

“Kalau PSSI dan LIB mau lanjut dengan konsekuensi membuat protokol kesehatan yang oke, ya mengapa tidak. Permasalahannya sampai sekarang H-60 menuju kick off itu belum mendapatkan sama sekali soal itu. Protokol kesehatan yang digembar-gemborkan ke mana-mana kami di klub belum dapat secara resmi,” kaya Candra.

Pembahasan dengan pihak klub, kata dia, baru dilakukan sekali pada 17 Juli 2020. Dari pertemuan itu PSSI dan LIB menjanjikan pemberlakuan protokol kesehatan dan akan mengadakan test polymerase chain reaction (PCR) dua pekan sekali untuk para pemain.

Namun hal itu sampai sekarang belum jelas. Protokol kesehatan yang dimaksud teknisnya seperti apa belum disampaikan. Pun dengan kejelasan soal PCR apakah itu akan ditanggung klub atau PSSI dan LIB, kata Candra.

“Itu baru sebatas secara lisan. Klub belum mendapatkan kepastian secara tertulis. […] Masih banyak pertanyaan yang menjadi ganjalan bagi kami khususnya Persebaya untuk memutuskan nyaman atau tidak melanjutkan kompetisi. Karena risikonya sangat besar,” ujarnya.

Salah satu pertanyaan mendasar, kata dia, apabila nanti ada satu saja orang yang terlibat dalam liga, misalnya pemain terkena COVID-19, apa yang akan dilakukan? Apakah klub yang bersangkutan dilarang ikut kompetisi atau kompetisi dihentikan, hal itu belum jelas.

Situasi di daerah juga harus dipertimbangkan. Meskipun rencananya kompetisi dilanjutkan secara terpusat di beberapa kota, tetapi kata dia Kota Surabaya yang merupakan markas Persebaya saat ini menjadi kota dengan tingkat penularan COVID-19 tertinggi se-Indonesia.

Tak Perlu Meniru Liga di Eropa, Kurva Penularan Masih Tinggi

Pengamat sepak bola Anton Sanyono kepada Tirto, Kamis (30/7/2020) mengatakan keputusan PSSI untuk melanjutkan liga menurutnya terinspirasi dari liga-liga elite di Eropa yang kembali bergulir meski dalam keadaan pandemi COVID-19.

“Kalau berkaca pada Jerman dan negara Eropa terlalu jauh karena standart mereka terlalu tinggi. Ketika Jerman memulai lagi Bundesliga dan liga di bawahnya memang seluruh dunia sedang pandemic, tapi kurva kasus di Jerman sudah menurun,” kata dia.

Lalu diikuti negara Eropa lain seperti Italia dan Inggris, tapi sebagian seperti Belanda dan Belgia tidak meneruskan liga karena situasi pandemi di negara mereka dinilai belum terkendali.

“Persoalannya apakah kurva COVID-19 di Indonesia sudah menurun? Di Indonesia ini kurvanya belum menurun sama sekali. Mencapai puncak pun belum. Saya ragu apakah Oktober mulai menurun,” ujarnya.

Meskipun PSSI menyatakan sudah ada protokol kesehatan yang disusun, namun ia ragu apakah itu dapat diimplementasikan. Meski misalnya ada larangan menonton di stadion, apakah itu kemudian dapat menjamin suporter tidak datang dan berkerumun di salah satu tempat? Ia ragu hal-hal seperti itu dapat diatasi oleh PSSI.

Oleh karena itu, kata dia, PSSI lebih baik menghentikan kompetisi. Konsekuensinya PSSI harus memberikan dukungan kepada klub yang mengalami kerugian secara finansial selama kompetisi dihentikan. Bantuan FIFA pada PSSI baiknya, kata dia, diberikan kepada klub-klub agar para pemainnya tetap dapat memperoleh penghasilan.

Alasan PSSI Lanjutkan Liga

PSSI mengeluarkan surat keputusan SKEP/53/VI/2020 tentang Kelanjutan Kompetisi Dalam Keadaan Luar Biasa Tahun 2020 pada 28 Juni 2020. Kemudian pada pekan lalu Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau yang kerap disapa Iwan Bule menemui Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo untuk melakukan konsultasi mengenai kegiatan liga di tengah pandemi.

Doni, kata Iwan, menyetujui dan memberi izin digelarnya kembali kompetisi sepak bola.

“Dalam konsep kami, tentunya protokol kesehatan nomor satu. Yang kedua karena ini kompetisi pada masa Covid-19 tentunya kita mengikuti beberapa liga yang ada di dunia yaitu tanpa penonton,” kata Iwan.

Kompetisi liga 1 hingga 3 yang akan dilanjutkan kembali ini menurutnyakan menggerakkan roda ekonomi seperti pemasukan hotel, transportasi, catering, dan lain-lain.

“Apalagi pemerintah menyarankan kita hidup berdampingan dengan COVID-19 dan produktif dalam kegiatan ekonomi diiringi protokol kesehatan ketat,” kata pria yang kerap disapa Iwan Bule ini.

Namun protokol kesehatan yang dimaksud PSSI sampai saat ini belum jelas. Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi tak mau memberikan keterangan detail soal protokol kesehatan yang akan diterapkan, atau pun kajian ilmiah yang digunakan sebagai pertimbangan melanjutkan liga.

Saat dihubungi reporter Tirto, pada Rabu (29/7/2020), Yunis meminta agar hal itu ditanyakan ke LIB.

Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita kepada Tirto, Kamis (30/9/2020) mengatakan saat ini pihaknya sedang menyusun protokol kesehatan yang akan dijalankan dengan menjaring usulan dari pihak klub maupun pemerintah daerah. Meskipun Satgas Penanganan COVID-19 pusat telah menyetujui liga kembali bergulir, tapi hal itu bergantung pada masing-masing daerah.

“Selanjutnya kita akan melakukan pertemuan lagi dengan klub. Masih banyak yang harus disepakati dan harus didiskusikan,” kata dia.

Adanya sejumlah klub yang khawatir dan bahkan menolak dilanjutkannya kompetisi dianggapnya wajar.

“Kekhawatiran wajar, saya juga masih khawatir karena kondisinya belum membaik betul. Tapi bahwa kita harus bergerak merencanakan kegiatan yang tidak tergesa-gesa itu mudah-mudahan kondisi semakin membaik dan klub merasa tenang,” kata Hadian.

Baca juga artikel terkait LIGA 1 2020 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz