Menuju konten utama

Mutasi Virus Corona di Jogja & Bedanya Dengan yang Ada di Inggris

Mutasi virus yang ditemukan di Jogja pada September lalu berbeda dengan mutasi virus yang ditemukan di Inggris.

Mutasi Virus Corona di Jogja & Bedanya Dengan yang Ada di Inggris
Ilustrasi corona virus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mutasi virus Corona jenis baru terjadi di Inggris, hal ini mengakibatkan adanya peningkatan jumlah kasus Covid-19 yang naik signifikan di negara tersebut pada Desember 2020.

Hasil analisis genomik virus Corona menunjukkan adanya sekelompok mutasi varian baru pada lebih dari separuh kasus Covid-19 di Inggris.

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM Gunadi, mengatakan varian ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S. Varian baru juga ditemukan secara signifikan pada kasus Covid-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S.

Saat dihubungi melalui sambungan telepon, Gunadi mengatakan, hingga hari ini Rabu (30/12/2020) varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1.2 persen virus pada database GISAID, 99 persen varian tersebut dideteksi di Inggris.

Selain di Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia ditemukan ada 15 kasus yaitu 6 kasus di Jepang, 1 Hongkong, 1 Singapura, 3 Korea Selatan dan 4 Israel.

Dari 9 mutasi tersebut pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S.

“RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan receptor untuk menginfeksi sel manusia,” kata Gunadi dilansir dari laman resmi UGM.

Menurutnya, mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70 persen. Namun begitu, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya atau ganas.

“Demikian juga, mutasi ini belum terbukti memengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada,” katanya.

Menurut Gunadi, varian mutasi virus ini bisa mempengaruhi hasil tes swab PCR apabila tes PCR menggunakan gen S. Sebab, varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis Covid-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S karena bisa memberikan hasil negatif palsu.

Oleh karena itu, peran surveilans genomik (whole genome sequencing) virus Corona menjadi sangat penting dalam rangka identifikasi mutasi baru, pelacakan (tracing) asal virus tersebut dan dilakukan isolasi terhadap pasien dengan mutasi tersebut sehingga penyebaran virus Corona bisa dicegah lebih lanjut.

Ia mengimbau masyarakat lebih waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. “Masyarakat tetap harus menerapkan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan,” pungkasnya.

Apa beda mutasi virus Corona yang ditemukan di Inggris dan di Jogja?

Pada September 2020 lalu Gunadi bersama tim peneliti menemukan adanya mutasi virus Corona D614G di Jogja, Jawa Barat hingga Jakarta.

Saat dihubungi melalui sambungan telepon Gunadi mengatakan bahwa mutasi D614G memiliki daya infeksius hingga 10 kali lebih tinggi.

Namun Gunadi menegaskan bahwa daya infeksius yang tinggi ini ditemukan dalam sel bukan pada manusia atau komunitas.

"Tingkat infeksius penelitian ini pada tingkat sel bukan pada manusia atau komunitas," ujar Gunadi.

Pada September lalu Gunadi mengatakan bahwa mutasi virus tersebut telah ditemukan di seluruh dunia dengan persentase 77,5 persen dari total 92.090 isolat yang mengandung mutasi D614G.

Sedangkan untuk di Indonesia, menurut Gunadi varian virus ini sudah ditemukan di Surabaya sejak Mei 2020 lalu.

"Di Surabaya itu pada Mei Juni sudah terdeteksi ada 2 kasus tapi belum ramai karena kan baru dipublikasikan Juli," kata Gunadi.

Namun, Gunadi menegaskan bahwa mutasi virus yang ditemukan di Jogja pada September lalu berbeda dengan mutasi virus yang ditemukan di Inggris.

"Beda sekali dengan yang di Inggris terdiri dari banyak mutasi, ada 23 mutasi, 9 mutasi ada di protein S. Daya infeksius juga beda yang di Inggris sampai 70 persen kalau mutasi D614G (yang ditemukan di Jogja September lalu) 20 persen," tegasnya.

Cara mencegah penularan mutasi virus Corona

Ada beberapa cara utama yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya penularan virus Corona, di antaranya,

- Membatasi mobilitas, jika tidak terlalu penting hindari keluar rumah

- Hindari keramaian atau kerumuman

- Gunakan masker saat terpaksa harus keluar rumah

- Lebih rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan ikuti langkah mencuci tangan dengan benar.

- Jika terpaksa harus keluar rumah maka pastikan untuk selalu menjaga jarak.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH