Menuju konten utama
28 Juli 1750

Musik J.S. Bach Bukan untuk Zamannya, tapi bagi Masa Depan

Sentuhan organ.
Nada-nada gubahan
lompati zaman.

Musik J.S. Bach Bukan untuk Zamannya, tapi bagi Masa Depan
Johann Sebastian Bach (31 Maret 1685-28 Juli 1750). tirto.id/Sabit

tirto.id - Tak begitu banyak musisi klasik legendaris yang jalan hidupnya lurus dan tertib. Johann Sebastian Bach adalah salah satu dari yang tidak terlalu banyak itu.

Ludwig van Beethoven, misalnya, hampir dirundung kemurungan sepanjang hidup dan dikenal sebagai musisi temperamen. Sementara Wolfgang Amadeus Mozart gemar mabuk-mabukan, selalu kekurangan duit akibat gaya hidupnya, dan slebor bukan main.

J.S. Bach jauh dari atribut macam itu. Ia disiplin terhadap dirinya sendiri dan menjalani hidup sebagaimana lazimnya orang kebanyakan. Pendeknya, J.S. Bach adalah orang yang teratur.

Orang ini lahir di Eisenach, Jerman, pada 21 Maret 1685. Ia tumbuh besar dalam keluarga yang hampir seluruh anggotanya mencintai musik dan dikaruniai bakat yang cemerlang dalam bermusik. Ayahnya, Johann Ambrosius Bach, adalah direktur musik di kota tersebut. Ibunya, Maria Elisabeth Lämmerhirt, memang bukan musisi terkenal, tapi ia cukup andal memainkan beberapa instrumen. Semua paman J.S. Bach dari garis ayah adalah musisi profesional. Sementara beberapa sepupunya juga menjadi pemain musik terkenal.

Pasangan J.A. Bach dan Lämmerhirt punya delapan anak. J.S. Bach adalah adalah anak bungsu mereka. Sebagaimana diungkap Peter Williams dalam J.S. Bach: A Life in Music (2007: 12-14), ketika J.S. Bach berumur 9, ibunya meninggal. Delapan bulan kemudian, ia menjadi yatim piatu.

Si anak bontot ini lalu diasuh abangnya yang pertama, Johann Christoph Bach, seorang pemain organ gereja. Dari sang kakak lah J.S. Bach mulai belajar dasar-dasar menggubah komposisi. Ia juga diajari alat musik clavichord (piano zaman Renaissance).

Dalam masa pengasuhan sang kakak, dan pada usia yang sangat belia, ia serius mendalami karya-karya komponis besar Jerman, Perancis, dan, tentu saja, Italia. Di periode inilah ketajaman dalam mengenali warna musikal para komponis pendahulunya terasah.

Kesempatan menggeluti musik secara serius datang ketika J.S. Bach mendapat beasiswa untuk belajar di sekolah bergengsi bernama St. Michel di kota Lüneburg. Beasiswa ini diberikan bukan lantaran kepiawaiannya dalam bermusik, tapi justru karena suara soprano J.S. Bach yang merdu.

Di sekolah itu, ia mulai menemukan jalan bagi kariernya di masa datang: menggubah musik.

Menggubah Musik untuk Tuhan dan Masa Depan

Jika Mozart dan Beethoven sudah teramat populer dan bergaya sebagai selebritas di masa mereka hidup, J.S. Bach boleh dibilang obskur dibanding dua maestro itu. Karier musik profesionalnya bermula pada 1703 ketika ia diterima sebagai pemain biola di sebuah orkestra kamar yang tidak begitu terkenal di Weimar. Ia sebenarnya berharap menjadi pemain organ, tapi kesempatan itu tak kunjung datang.

Setelah itu, selama dua puluh tahun berikutnya, Bach berganti-ganti orkes dan berubah-ubah posisi. Ia memang tetap konsisten menggubah lagu di tengah kesibukan bermain musik. Tapi, musik yang ia ciptakan tidak mendapat sambutan baik. Toh, J.S. Bach tak pernah kecewa dengan penerimaan khalayak yang biasa-biasa saja. Ia terus menggubah lagu. Seorang jenius kadang-kadang memang perlu waktu untuk membuktikan diri.

Betapa “tersembunyi”-nya kejeniusan J.S. Bach, sampai-sampai ia pernah ditawari untuk menduduki jabatan direktur musik di Leipzig secara ogah-ogahan. Penguasa Leipzig mencari musisi nomor wahid dan dua orang nama teratas menolak tawarannya. Apa boleh buat, ketimbang terlalu lama kursi direktur lowong, ia terpaksa menunjuk J.S. Bach.