Menuju konten utama

Museum Vagina Pertama di Dunia, Perangi Mitos & Stigma Soal Vagina

Museum vagina ini didedikasikan untuk pendidikan anatomi, ginekologi serta memerangi stigma dan mitos soal vagina.

Museum Vagina Pertama di Dunia, Perangi Mitos & Stigma Soal Vagina
Museum Vagina. Antara/instagram/vagina_museum

tirto.id - Museum Vagina yang baru dibuka di Camden Stables Market, Chalk Farm Road, London, Inggris pekan ini menjadi museum pertama di dunia yang didedikasikan untuk pendidikan anatomi, ginekologi serta memerangi stigma dan mitos soal vagina.

Melansir laman Antara, proyek pembuatan museum ini dimulai pada Maret 2017, Museum ini sebagai pop-up setelah direktur Florence Schechter menemukan ada beberapa museum penis, seperti di Islandia, tetapi tidak ada museum serupa tentang vagina.

Walaupun sudah ada koleksi digital, termasuk proyek Museum Vagina virtual dari seniman Austria Kerstin Rajnar, tetapi Museum Vagina ini merupakan bentuk bangunan museum pertama yang didedikasikan untuk vagina dan vulva.

"Museum Vagina sangat penting karena itu adalah area tubuh yang jadi stigma dan menimbulkan konsekuensi serius seperti terlalu malu untuk menjalani cervical smear," kata Schechter.

"Prioritas pertama kami adalah melawan tabu tentang tubuh kita dan menyediakan tempat di mana kita bisa berdiskusi secara terbuka dan jujur," tambahnya.

Museum ini berdiri berkat penggalangan dana oleh lebih dari 1000 orang yang mengumpulkan hampir 50.000 poundsterling atau sekitar Rp900 juta.

Pameran pertama berjudul “Muff Busters: Vagina Myths and How To Fight Them” dibuka di Museum Vagina pada 16 November.

Pameran ini bertujuan menggarisbawahi mitos seputar anatomi ginekologi, termasuk kebersihan, penampilan, menstruasi, seks dan kontrasepsi.

Selain pameran, yang juga bisa dilihat online, ada juga acara-acara dan pertunjukan yang akan hadir di tempat itu, termasuk komedi, pentas teater dan diskusi.

Museum itu juga menyediakan brosur dan informasi mengenai kesehatan vagina dan program untuk mendukung seks sehat.

Serta terlibat dengan para profesional medis untuk memberikan layanan yang lebih baik bagi komunitas trans dan interseks.

Museum ini juga memiliki toko yang menjual segala sesuatu mulai dari kartu pos vulva, anting-anting hingga cangkir museum vagina.

Baca juga artikel terkait MUSEUM VAGINA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH