Menuju konten utama

Museum Islam Jakarta Diproyeksikan Jadi Ikon Ibu Kota

Jika pendiriannya nanti sudah selesai, Museum Islam Jakarta diharapkan menjadi ikon baru Ibu Kota. Musee du Louvre, Perancis, yang telah mendunia turut terlibat dalam pendirian Museum ini.

Museum Islam Jakarta Diproyeksikan Jadi Ikon Ibu Kota
(Ilustrasi) Pengunjung mengamati karya lukisan koleksi Museum Affandi di Caturtunggal, Sleman, DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah.

tirto.id - Mengingat belum ada museum lain bertema sama di Indonesia, Museum Islam Jakarta diharapkan menjadi ikon baru Jakarta jika pendiriannya nanti sudah selesai, apalagi dalam pembangunannya juga bekerja sama dengan Musee du Louvre, Perancis, yang telah mendunia.

"Diharapkan ini menjadi destinasi baru. Kalau di Jakarta Utara ada Museum Bahari dan Ancol. Satunya museum ini nanti jadi ikon baru di Jakarta," ujar Kepala Sosial Budaya Jakarta Islamic Center Haerullah di Jakarta, Kamis (27/1/2017) malam, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Terlebih, museum Louvre yang diajak bekerja sama untuk mendirikan museum itu, kata dia, mempunyai pengalaman bagus dengan tata ruang dan idenya tentu menarik. Kurator Musee du Louvre, Prancis, Yannick Lintz turut membantu menyumbangkan ide dan masukan untuk pengembangan Museum Islam Jakarta ini.

"Proyek ini benar-benar media edukasi bagi warga lokal maupun turis yang ingin mengetahui tentang Islam di Indonesia," kata Yannick di Institut Prancis di Indonesia (IFI), Jakarta.

Meskipun museum tersebut belum dipastikan waktu penyelesaiannya, ia berharap nantinya akan menarik banyak pengunjung serta dapat bersinergi dengan masyarakat.

"Kerja sama dengan Louvre kan sudah dapat bekal nama, kami berharap bisa jadi pemicu bagi wisatawan asing maupun domestik untuk mau membantu realisasi museum ini," kata dia.

Proses pendirian museum itu masih panjang karena terdapat sejumlah tahapan, salah satunya perencanaan biaya serta penerimaan sumbangan dari masyarakat, misalnya manuskrip atau jubah dari periode tertentu.

Menurut Yannick, dua pekerjaan penting yang harus segera dilakukan oleh JIC sebagai pengelola museum adalah mengumpulkan benda-benda warisan sejarah dan budaya Islam di Jakarta serta menyusun sebuah narasi sejarah untuk mengaitkan hubungan satu benda dan benda lain.

Penyusunan sebuah alur cerita melalui benda sejarah yang dipamerkan dan dibantu dengan dukungan citra dari teknologi terkini seperti televisi dan gawai berlayar sentuh, akan lebih menarik minat pengunjung dan memudahkan mereka untuk memahami peristiwa sejarah Islam.

"Konsep bercerita akan memudahkan para pengunjung khususnya anak muda, untuk mempelajari konteks dari setiap benda yang dipamerkan," tutur Penanggungjawab Departemen Seni Islam Museum Louvre ini.

Sementara untuk pengumpulan koleksi sejarah dan budaya Islam, dapat dilakukan melalui kerja sama dengan museum-museum yang memiliki koleksi serupa melalui skema peminjaman jangka panjang atau membuat tiruan.

Haerullah sependapat. Untuk 2017, pihaknya fokus membuat konten, narasi dan mengumpulkan benda-benda yang akan dipajang. Ia mengatakan, beberapa sejarawan dan budayawan serta ahli pembangunan museum seperti Oman Fathurahman, JJ Rizal, dan Erwin Kusuma turut membantu dalam proses mempersiapkan konten serta narasi untuk Museum Islam Jakarta. Narasi yang akan ditampilkan tidak lepas dari Islam moderat, ramah, serta memiliki unsur budaya Betawi yang kental.

Museum ini rencananya nanti juga akan dilengkapi galeri untuk memfasilitasi koleksi dari museum lain yang bisa ditampilkan di Museum Islam Jakarta.

"Kalau dari Louvre misalnya boleh dipinjamkan benda-benda dari periode Utsmani khalifah Turki atau Malmuk periodesasi Mesir," ujar Haerullah.

Yannick mengatakan pihaknya siap bekerjasama lebih jauh dalam hal pertukaran warisan Islam bersejarah jika pihak JIC telah memiliki proposal resmi dan anggaran yang benar-benar memadai untuk pembukaan Museum Islam Jakarta. "Saya rasa prosesnya masih akan berjalan cukup lama. Untuk saat ini saya belum membayangkan untuk bekerjasama lebih jauh, namun hanya membantu dalam hal teknis dan gagasan," kata peneliti sejarah seni Islam ini.

Bangunan untuk museum ada di lahan Jakarta Islamic Center (JIC) yang luasnya 11,3 hektare dan berada di zona sosial budaya. Museum direncanakan berada di lantai dua dan tiga, berada di atas perpustakaan.

Baca juga artikel terkait MUSEE DU LOUVRE atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara