Menuju konten utama

Mungkinkah Menciptakan Robot-robot Raksasa ala Pacific Rim?

Robot-robot raksasa muncul dalam film, anime, dan manga. Mungkinkah manusia membuat yang sesungguhnya?

Mungkinkah Menciptakan Robot-robot Raksasa ala Pacific Rim?
Monumen Gigantor Robot di Kobe, Jepang. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Gipsy Danger, robot raksasa berukuran 80 meter.

"Itu salah satu dari empat anime yang belum pernah saya lihat. Saya akan mengakui secara terbuka pengaruh Patlabor, dengan senang hati. Saya akan sepenuhnya mengakui sebagian besar film Gaiden memengaruhi (saya)."

Kalimat tersebut diungkapkan Guillermo del Toro saat ditanya jurnalis Exclaim, Scott A. Gray, mengenai keterkaitan Pacific Rim yang dia sutradarai dengan serial anime Neon Genesis Evangelion (NGE). Tidak lama setelah Pacific Rim rilis pada Juli 2013, banyak yang bertanya-tanya soal film yang menjadi sumber inspirasi del Toro. NGE disebut-sebut sebagai salah satunya.

Secara ringkas, Pacific Rim mengisahkan pertarungan manusia melawan kaiju, alien berukuran monster yang masuk ke bumi lewat sebuah celah di lautan Pasifik. Untuk melawan monster tersebut, manusia pun menciptakan monsternya sendiri, sejumlah robot raksasa yang dinamakan jaeger. Film yang kemudian berlanjut dalam sekuel Pacific Rim: Uprising (2018) itu bukan yang pertama kali mengisahkan pertarungan robot raksasa dengan monster.

Evolusi Robot-robot Raksasa

Tetsujin-28 diluncurkan pada 1956. Ia merupakan manga pertama yang mengawali genre robot raksasa, yang dalam bahasa Jepang disebut juga mecha. Narasinya bercerita tentang bocah berumur 10 tahun yang memeroleh robot setinggi gedung 3 lantai yang diciptakan ayahnya guna memberantas kejahatan dan robot-robot jahat. Di Amerika Serikat (AS), serial animenya disiarkan lewat saluran televisi Sixties dengan judul Gigantor.

"Untuk setiap anak kecil penggemar Tetsujin-28, itu masuk akal: jika Anda adalah seorang anak yang merasa kecil dan tidak berdaya, teknologi membuatnya lebih baik ketika Anda memiliki robot besar yang dapat Anda gunakan dengan remot kendali untuk menghancurkan berbagai hal," ujar Rich Johnson, dalam sebuah artikel di Bleeding Cool.

Enam belas tahun kemudian, robot bernama Mazinger Z muncul dalam manga berjudul Mazinger Z. Manga tersebut diciptakan Go Nagai pada 1972.

Kemunculan Mazinger Z dinilai istimewa. Dalam Tetsujin-28, robot dikendalikan melalui remote kendali. Sedangkan dalam Mazinger Z, manusia mengendalikan robot langsung dari kokpit yang terletak di kepala robot. Meski jenis robotnya berbeda, narasi Tetsujin-28 dan Mazinger Z sama: mecha yang dikendalikan remaja guna melawan monster penghancur dunia.

"Ini (Mazinger Z) adalah anime mecha pertama yang meneriakkan nama-nama serangan. Banyak fitur anime ini membentuk genre mecha: memainkan peran deus ex machina (mesin yang tak terkalahkan) dan menggabungkan robot-robot lain untuk menciptakan kreasi yang lebih besar, lebih tak terkalahkan, dan tidak masuk akal," sebut Jemarc Axinto dalam artikel berjudul "Pacific Rim: In-depth study of the influence of Anime".

Kemudian, Mobile Suit Gundam dirilis pada 1979. Anime ini menceritakan peperangan dua faksi manusia pelayar luar angkasa menggunakan robot raksasa bernama Gundam. Mekanisme kerja Gundam seperti Mazinger Z, tetapi ia tampil lebih militeristik dengan pilot yang direkrut dan dilatih layaknya tentara.

Dengan munculnya anime ini, narasi genre mecha pun berkembang: robot raksasa yang tidak melulu bertarung melawan monster tapi juga digunakan sebagai kendaraan tempur militer. Setidaknya itu bertahan hingga Neon Genesis Evangelion (NGE) diproduksi Gainax dan Tatsunoko Production pada 1995.

Dari segi plot cerita, NGE memang mirip Mazinger Z atau Tetsujin-28 yang sama-sama mengisahkan usaha manusia melawan monster alien. Dalam NGE, kelompok alien tersebut bernama Angels, sementara robot raksasanya bernama Evangelion.

Namun, dilihat dari cara kerja robot raksasa, NGE punya narasi baru karena menghadirkan mekanisme sinkronisasi antara pilot dan robot raksasa.

Tidak berlebihan jika menyebut tiga film di atas sebagai embrionya film bergenre mecha. Mereka menginspirasi laku robot raksasa dalam film lain. Misalnya, narasi Mazinger Z diadopsi aksi robot-robot raksasa dalam Transformer (1984) dan Voltron: Defender of the Universe (1984). Sementara itu, Gundam mengilhami kemunculan Superdimension Fortress Macross (1982).

Melihat sekilas cara kerja robot, penokohan, dan plot cerita, tak sedikit yang menyatakan Pacific Rim tak lebih dari sekadar saduran NGE. Itu terlihat, misalnya, lewat cara kerja jaeger yang membutuhkan sinkronisasi pikiran dua pilot atau karakter kedua film yang sama-sama punya latar belakang traumatik terhadap serangan monster alien.

Namun, Del Toro menampik anggapan itu. Dia mengaku tidak pernah menonton NGE sebelumnya.

"Tetapi Evangelion? Saya punya, dan mereka (kru) membelinya untuk saya sebelum film (Pacific Rim) dimulai dan saya memutuskan untuk tidak menontonnya," ujar del Toro.

Infografik Robot Raksasa

Bikin Robot Raksasa

Technews Daily menghimpun ukuran berbagai robot raksasa yang ditampilkan dalam berbagai film, anime, dan manga.

Jaeger andalan Pacific Rim, Gipsy Danger, menjadi yang terbesar dengan tinggi 80 meter. Sedangkan Eva Unit 100, evangelion utama dalam NGE, punya tinggi separuhnya alias 40 meter.

Sementara itu, Optimus Prime yang menjadi tokoh sentral dalam Transformer berkukuran setinggi 7 meter. Itu menjadikannya hanya berukuran 11,66 persen dari Voltron yang setinggi 60 meter.

Apapun jenisnya, robot raksasa selalu ingin diserupakan dengan manusia: punya dua kaki, bertubuh tegak, dan memiliki dua tangan. Kemampuan mecha pun dibuat minimal setara manusia yang dapat berlari, melompat, dan bertarung

Karena ukuran dan fiturnya itu, tidak jarang yang menyangsikan, "Apakah mungkin manusia menciptakan mecha? Pun ketika robot raksasa ada, apakah kinerjanya dapat diandalkan?"

Menurut profesor robotika di Cornell University Andy Ruina, semakin besar ukuran robot memang belum tentu performanya semakin baik karena robot tersebut mesti menanggung massa yang sangat besar.

Menurut perhitungannya, untuk mecha dengan kemampuan sama seperti manusia, yakni punya dua kaki, bertubuh tegak, dan memiliki dua tangan, dan berukuran setinggi 10 kali lipat manusia, bakal memiliki massa 1000 kali lipat manusia. Jika 1 langkah kaki mecha itu dianggap setara 10 kali rata-rata langkah manusia biasa, mecha membutuhkan energi 10 ribu kali lipat dari rata-rata energi manusia.

Selain itu, semakin besar massa juga berbanding lurus terhadap tekanan yang diberikan robot kepada daratan yang dipijaknya. Luas permukaan telapak kaki robot yang kecil bisa jadi malah menekan daratan yang dipijaknya hingga amblas.

Oleh karena itu, untuk membuat robot raksasa dibutuhkan material dan sumber energi yang tepat.

Pakar robotika Daniel Wilson mengatakan kepada io9 bahwa dia tidak percaya robot seukuran jaeger dapat dibangun mengingat material yang tersedia saat ini.

"Robot raksasa dengan ukuran mengagumkan itu akan lebih layak di planet yang lebih kecil dengan gravitasi yang lebih lemah dan terbuat dari material canggih - nanomaterial atau neraka, cahaya, seperti dalam hologram," katanya.

Besi memang kuat, tetapi ia masih terlalu berat untuk dijadikan material utama penyusun mecha. Alih-alih besi, peneliti robotika di Massachusetts Institute of Technology Jekanthan Thangavelautham mengusulkan Beryllium.

"Beryllium adalah yang terbaik secara teori," ujar Thangavelautham. Sayangnya, metal tersebut bersifat korosif terhadap kulit manusia.

Untuk sumber energi, selama ini robot raksasa dibayangkan bakal menggunakan reaktor nuklir sebagai sumber energinya.

"Reaktor fisi portabel digunakan untuk menggerakkan kapal induk, tetapi mereka masih perlu dikecilkan dan dipadatkan dayanya secara signifikan agar robot-robot bisa berjalan," kata Thangavelautham.

"Kemampuan untuk terbang atau melompati jarak yang signifikan saya ragukan bisa dilakukan bahkan dengan reaktor fisi saat ini. Dan, saya harus katakan itu adalah fantasi fiksi ilmiah," tambah Thangavelautham.

Selain itu, pembangunan robot tidak bisa tanpa ada uang. SciencePortal sempat menghitung dana yang diperlukan untuk membangun sebuah Gundam. Mengingat kebutuhan, mulai dari aluminium, pemrosesan metal, komputer, mesin gas turbin, sampai motor superkonduktif, peneliti sains dan teknologi Jepang memperkirakan pembangunan Gundan memakan biaya tidak kurang dari $725 juta.

Itu pun baru satu gundam, bayangkan ukuran jaeger yang berkali-kali lipat dari Gundam.

Baca juga artikel terkait ROBOT atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Teknologi
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti