Menuju konten utama

MUI Desak Pertemuan Kuala Lumpur Summit Bersikap Tegas Soal Uighur

Sekjen MUI Anwar Abbas mendesak pertemuan Kuala Lumpur Summit agar mengeluarkan sikap tegas dan keras terhadap Cina soal etnis Uighur di Provinsi Xinjiang.

MUI Desak Pertemuan Kuala Lumpur Summit Bersikap Tegas Soal Uighur
Massa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Muslim melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/12/18). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/hp.

tirto.id - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mendesak pertemuan Kuala Lumpur Summit agar dapat mengeluarkan sikap tegas dan keras terhadap Cina sehingga persoalan etnis Uighur di Provinsi Xinjiang menemui jalan keluar yang baik.

“MUI mengimbau para peserta pertemuan puncak negara-negara Islam di Kuala Lumpur atau KL Summit untuk bersikap tegas dan keras kepada pemerintah Cina," kata Anwar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (20/12/2019).

Dia mengatakan umat Islam dunia benar-benar tidak bisa menerima perlakuan “jahat” yang dilakukan pemerintah Cina terhadap etnis Uighur.

Hak asasi mereka sebagai manusia, kata Anwar, ditindas pemerintah Cina sebagaimana etnis Uighur tidak dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan mereka.

“Kami menyadari bahwa Cina sebagai sebuah negara memang berhak untuk mengatur negaranya sendiri, tetapi jangan sampai menginjak-injak hak asasi rakyatnya terutama hak-hak dasar dari umat Islam yang ada di sana," kata dia.

Anwar mendesak negara yang bersangkutan segera menghentikan segala bentuk kekerasan yang dilakukannya terhadap Muslim Uighur.

Etnis minoritas di Cina itu agar diberikan kesempatan mendapatkan hak-haknya beragama dan melaksanakan ajaran agamanya dengan baik.

Menurut Anwar, kalau tidak diberikan haknya, maka dunia akan terseret ke dalam ketegangan baru di skala lokal dan global.

"Karena rakyat di setiap negara terutama umat Islam tentu akan meminta dan menuntut pemerintahnya untuk bersikap tegas terhadap pemerintah China termasuk Indonesia. Sehingga hal demikian akan sangat mengganggu bagi berjalannya pembangunan yang sedang mereka laksanakan," katanya.

Baca juga artikel terkait CINA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Abdul Aziz