Menuju konten utama

MU Melibas Arsenal 3-1, Racikan Manjur Taktik Solskjaer

Ole Gunnar Solskjaer berhasil membawa Manchester United (MU) menang dalam delapan pertandingan secara berturut-turut tentu bukan karena ia hanya mengandalkan keberuntungan.

MU Melibas Arsenal 3-1, Racikan Manjur Taktik Solskjaer
Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer bertepuk tangan saat merayakan kemenangannya melawan Cardiff City setelah pertandingan Liga Premier Inggris antara Cardiff City dan Manchester United di Stadion Cardiff City di Cardiff, Wales, Sabtu 22 Desember 2018. AP PHOTO / Jon Super

tirto.id - Arsenal dan Manchester United adalah wakil dari kebesaran Piala FA. Sejauh ini, dalam gelaran paling tua di jagat sepakbola itu, tidak ada tim Inggris lainnya yang mampu mengimbangi pencapaian kedua tim tersebut. Total, kedua tim sudah menjadi juara sebanyak 25 gelar Piala FA. Sementara Arsenal menjadi yang terbaik dengan mengumpulkan 13 gelar, mengumpulkan 12 gelar.

Yang menarik, 15 kali saling baku hantam di FA, kedua tim juga saling mengalahkan. Arsenal menang sebanyak 7 kali, sedangkan United menang 8 kali. Dan kemenangan terakhir United atas Arsenal terjadi pada babak kelima Piala FA 2019 Sabtu (26/1/19) dini hari tadi: bertanding di Stadion Emirates, markas Arsenal, anak asuh Ole Gunnar Solskjaer tersebut mengubur Meriam London dengan skor 1-3.

United menang berkat gol yang dicetak oleh Alexis Sanchez, Jesse Lingard, dan Anthony Martial. Sementara itu, satu-satunya gol balasan Arsenal dicetak oleh Pierre-Emeirck Aubameyang.

Pembuktian Solksjaer

Kemenangan United atas Arsenal tersebut merupakan kemenangan kedelapan Setan Merah secara berturut-turut di bawah asuhan Ole Gunnar Solkjaer, sekaligus mampu membuktikan bahwa Solskjaer bukanlah pelatih sembarangan.

Sebelumnya, banyak pundit sepakbola Inggris yang berpendapat bahwa Solskjaer sering menang karena United memiliki pemain-pemain kelas satu. Namun, dalam laga menghadapi Arsenal itu, Solskjaer jelas memberi bukti bahwa para pengamat itu salah dalam menilainya.

Menurut catatan Whoscored, Solskjaer setidaknya melakukan tiga kali perbuahan formasi dalam pertandingan itu. Ia memainkan formasi 4-4-2 berlian sejak awal laga hingga menit ke-70. Setelah sempat memainkan formasi 4-3-3 selama sekitar 18 menit, ia kemudian memainkan formasi 4-5-1 hingga bubar.

Perbuahan formasi yang dilakukan Solskjaer tentu mempunyai tujuan. Saat ia memainkan formasi 4-4-2 berlian, ia ingin memperkuat lini tengah lantas melakukan serangan balik secepat mungkin. Hasilnya mujarab: United mampu mencetak dua gol dengan formasi itu.

Formasi 4-3-3 lalu diterapkan untuk menghentikan dominasi Arsenal di sisi lapangan. Sanchez dan Lukaku, dua penyerang United, ditarik keluar, digantikan oleh Marcush Rasford serta Anthony Martial. Jesse Lingar kemudian digeser ke kanan, Rashford menjadi penyerang tengah, dan Martial menjadi penyerang kiri.

Dari situ, kemampuan bertahan Lingard kemudian mempermudah Ashley Young, full-back kanan United, dalam bertahan. Setelah pergeseran formasi itu, serangan Arsenal mentok dan United mencetak satu gol tambahan.

Bagaimana dengan formasi 4-5-1 yang diterapkan Solskjaer menjelang akhir pertandingan? Sederhana. Solksjaer sudah yakin bahwa United akan menang, maka ia ingin membunuh pertandingan secepat mungkin dengan memasukkan Phil Jones, seorang pemain belakang.

“Itu adalah penampilan brilian dari Manchester United. Aku rasa apa yang telah kita lihat dari Ole [Solskjaer] lebih dari sekadar kebahagiaan untuk orang-orang, melainkan juga tentang kesadaran secara taktikal,” tutur Ian Wright, mantan penyerang Arsenal, dilansir dari BBC.

Wright tentu tidak sendirian dalam memuji kemampuan Solskjaer itu. Gary Lineker, mantan penyerang Inggris, juga tak bisa menutupi kekagumannya terhadap kemampuan Solskjaer dalam meracik taktik Setan Merah.

“Apa yang Solkjaer lakukan adalah sesuatu yang luar biasa,” kata Lineker. “Dalam hal apa pun, Ini barangkali adalah percobaan paling hebat yang pernah terjadi sejarah sepakbola Inggris.”

Peran Lingard

Yang menarik, tanpa peran Jesse Lingard, Solskjaer barangkali tidak akan mampu menjalankan rencananya dengan lancar. Hampir setiap kali Solkjaer melakukan perubahan formasi, Lingard selalu menjadi pemain kuncinya. Dan dari setiap peran yang dijalani oleh Lingard, perannya sebagai false nine barangkali akan menjadi dari evolusi sebuah peran unik yang sudah mulai ditinggalkan itu.

Sebelumnya, seorang false nine biasa dimainkan oleh sebuah tim yang ingin mendominasi penguasaan bola. Dari sana, Matthias Sindelar, Nandor Hidegkuti, Cesc Fabregas, hingga Lienol Messi lantas mempunyai fungsi seragam: turun ke tengah lapangan, membuat bek-bek lawan bingung, serta ikut mengkreasi serangan timnya.

Namun, Lingard ternyata sedikit berbeda. Ia bermain di posisi itu karena United ingin bermain bertahan dengan mengandalkan serangan balik cepat. Ia tidak banyak meminta bola karena hanya membutuhkan ruang untuk meledak dari lini kedua.

“Ia mungkin bukan false nine ortodoks, jika itu memang dapat dikatakan secara demikian. Dia tidak mundur terlalu dalam untuk menyeret bek-bek tengah keluar dari posisinya. Alih-alih, ia bermain di ujung formasi berlian di lini tengah dan dua orang penyerang tengah akan melebar untuk menciptakan ruang kosong baginya, sehingga ia bisa melakukan berakselerasi,” tulis Jonathan Wilson, pengamat sepakbola Inggris, mengenai peran unik Lingard sebagai false nine.

Gol Lingard ke gawang Arsenal dini hari tadi lantas bisa menjadi bukti pernyataan Jonathan Wilson tersebut. Kala itu United melakukan serangan cepat. Alexis Sanchez dan Lukaku, dua penyerang United, langsung bermain melebar di sisi kiri dan sisi kanan.

Sadar bahwa Lingard melakukan pergerakan dari lini kedua, Lukaku kemudian memberikan umpan mendatar ke arah Lingard. Dengan tenang, pemain andalan timnas Inggris itu pun berhasil mengelabui Peter Cech, kiper Arsenal, untuk mengubah kedudukan.

Baca juga artikel terkait PIALA FA atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Suhendra