Menuju konten utama

MS-13: Geng El Salvador yang Membuat AS Kewalahan

MS-13 adalah geng yang mayoritas anggotanya merupakan imigran dari Amerika Tengah

MS-13: Geng El Salvador yang Membuat AS Kewalahan
Ilustrasi orang bersenjata api. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Beberapa waktu lalu, kepolisian Long Island, New York, Amerika Serikat menemukan salah seorang mayat korban pembunuhan geng MS-13 yang telah dimakamkan sejak tahun lalu. Berdasarkan keterangan polisi setempat, mayat tersebut merupakan satu dari 11 korban yang dibunuh oleh anggota geng MS-13 pada 2016.

Mari dimulai dengan: siapakah geng MS-13?

Geng ini dibentuk di sebuah barrios (distrik yang isinya mayoritas orang Hispanik) di Los Angeles pada 1980-an. Para pendirinya adalah warga yang menyelamatkan diri dari perang sipil El Salvador. Data yang dilansir Migration Policy Institute menyebutkan, sepanjang periode 1980-1990, gelombang imigran Salvadorian ke AS mencapai angka 94 ribu-465 ribu. Angka ini terus bertambah hingga 2008 terdapat 1,1 juta orang dan menjadikan mereka kelompok imigran terbesar keenam setelah Meksiko, Filipina, India, Cina, dan Vietnam.

MS-13 adalah singkatan dari Mara Salvatrucha. Nama tersebut merupakan kombinasi kalimat dari kata ‘Mara’ yang berarti geng; ‘Salva’ dari Salvador; dan ‘Trucha’ yang kira-kira bisa diartikan menjadi terlatih di jalanan’. Sementara angka 13 mewakili posisi M di urutan abjad. Ketika berdiri, MS-13 tidak ada apa-apanya dibanding geng-geng latin (terutama Meksiko) yang telah jauh lebih terorganisir. Hal ini membuat mereka justru menjadi salah satu target buruan .

Yang membedakan MS-13 dengan geng lain adalah mereka tidak homogen. Mereka terpecah menjadi banyak geng Salvadorian lain. Karena itu pula, MS-13 merupakan identitas transnasional yang mempersatukan mereka. Salah satu geng tertua di bawah panji MS-13 adalah La Fulton yang berdiri pada 1991 di San Fernando Valley, sebuah kawasan urban di Los Angeles. Geng ini dipimpin oleh seseorang yang dikenal dengan nama Satan.

Laporan FBI 2018 menyebutkan, MS-13 memiliki anggota sekitar 50 ribu orang. Mayoritas dari mereka berada di Amerika Tengah dan tersebar pula ke-42 negara bagian AS. Di AS, MS-13 juga bertikai dengan geng lain seperti 18th Street Gang, Bloods, Crips, dan juga Latin Kings. Namun, mereka juga menjalin kerja sama dengan beberapa kartel kelas kakap lain macam Sinaloa Cartel, Gulf Cartel, Los Zetas, bahkan hingga Yakuza di Jepang.

Kejahatan MS-13 meliputi banyak hal. Mulai dari penyelundupan dan penjualan narkoba, penjualan senjata gelap, perdagangan manusia, pencurian mobil, pemerasan, perlawanan pada petugas hukum, pembunuhan, dan prostitusi. Laporan dari koran koran El Faro tahun 2017 menyebutkan, pemasukan MS-13 mencapai sekitar US$31,2 juta atau lebih dari Rp400 miliar, sebagian besar berasal dari bisnis narkoba dan pemerasan.

MS-13 juga dikenal sebagai geng dengan reputasi brutal. Dan semua itu telah ditanamkan sejak dari tahap perekrutan anggota. Mereka yang baru bergabung dengan MS-13 harus melewati inisiasi: dikeroyok anggota lain selama 13 detik, hingga wajib melakukan berbagai macam kejahatan serius seperti merampok, memerkosa, atau membunuh polisi. Setelahnya, mereka akan dibuatkan tato besar di tubuh sebagai penanda kontrak seumur hidup dengan MS-13.

Satanisme dan Berbagai Kebiadaban MS-13

Untuk memahami betapa biadabnya MS-13, dapat dilihat dari semboyan mereka: “Mata, Viola, Controla!”. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti: “Bunuh, Perkosa, Kontrol!”. Tiga pesan itu seperti menggambarkan teror yang mereka sebar.

MS-13 membunuh Brenda Paz (17) pada 13 Juli 2003 karena dianggap telah menjadi informan pihak kepolisian terkait kegiatan MS-13 selama ini. Kasus itu terjadi hanya beberapa minggu usai Brenda mengikuti program perlindungan saksi.

Empat orang anggota MS-13 kemudian ditetapkan menjadi tersangka kasus ini, namun setelah diselidiki lebih lanjut, dua orang lain dibebaskan dari semua tuduhan. Ismael Juarez Cisneros (26) dan Oscar Antonio Grande (22), dua orang yang menjadi dalang pembunuhan tersebut, kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Satu hal yang perlu diingat betul-betul: Brenda dibunuh ketika tengah hamil.

Kegilaan MS-13 selanjutnya terjadi jelang malam Natal, 23 Desember 2004, di San Pedro Sula, sebuah kota industri yang berjarak sekitar 160 kilometer dari ibukota Honduras, Tegucigalpa. Kala itu, enam orang anggota MS-13 yang tengah mengendarai van menghadang sebuah bus antarkota lalu menembakinya dari luar dengan senjata otomatis. Ketika penumpang menjerit ketakutan, seorang anggota MS-13 justru naik ke dalam bus dan menembaki semuanya.

28 orang tewas akibat tragedi ini, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Aksi gila tersebut dilakukan MS-13 sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Honduras yang berencana menetapkan hukuman mati kepada para anggota geng. Dalam persidangan yang digelar pada Februari 2007, pengadilan menetapkan empat orang sebagai terdakwa tragedi ini. Mereka adalah Juan Carlos Miranda Bueso, Darwin Alexis Ramirez, Ebert Anibal Rivera, dan Juan Bautista Jimenez.

Nama terakhir merupakan dalang semuanya. Menurut kesaksian polisi, Jimenez dibunuh dengan cara digantung oleh sesama anggota geng MS-13 di dalam penjara.

Selain terkenal biadab, MS-13 juga identik dengan segala hal tentang Satanisme. Salah satunya tampak dari simbol tangan menyerupai tanduk setan atau “La Garra”, istilah dalam bahasa Spanyol untuk “Cakar Setan”, yang menjadi ciri khas mereka selama ini. Tak sedikit pula anggota MS-13 mengaku melakukan kejahatan karena perintah setan.

“Mahluk buas (ia memakai istilah “La Bestia” atau “The Beast”) itu menginginkan jiwa…” Demikian keterangan Miguel Alvarez-Flores dalam persidangan. Selama ini, Flores juga dikenal dengan nama samaran Diabolical yang kurang lebih berarti: seseorang yang amat jahat dan memiliki karakter iblis.

Infografik MS 13

Infografik MS 13. tirto.id/Quita

Upaya Pemerintah AS Menindak MS-13

Sejak 2005 lalu, otoritas imigrasi AS dan lembaga penegak hukum federal telah menggelar operasi khusus yang dinamakan ‘Operation Ragging Bull’ untuk menangkap dan mendeportasi para anggota geng transnasional.

Sepanjang waktu itu pula, ICE telah melakukan lebih dari 61.000 penangkapan, dan sekitar 8.100 dari mereka merupakan anggota atau terafiliasi dengan MS-13. Pada November 2017, seiring dengan maraknya kasus kriminal yang dilakukan MS-13 di bulan tersebut, sebanyak 267 anggota geng berhasil ditangkap. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil.

Donald Trump selaku Presiden AS bersama Jaksa Agung, Jeff Sessions, menuding mantan presiden Barack Obama berkontribusi besar dalam penyebaran MS-13 akibat kebijakan imigrasi pintu terbuka yang ia jalankan dulu.

Namun, pernyataan tersebut disanggah oleh Fulton T. Armstrong, peneliti di Center for Latin American and Latino Studies, dalam laporan Politifact. Analisisnya menyebutkan, MS-13 terbentuk dan besar di AS jauh sebelum Obama menjabat. Sejak 1990-an, geng ini telah dianggap sebagai ancaman penting, hingga FBI pun membentuk tim khusus untuk memberantasnya.

"Pertumbuhan terbesar terjadi pada era Bush-Cheney ketika dorongan imigrasi di Amerika Tengah tumbuh, ketika berbagai penggerebekan atas bermacam kejahatan membuat penjara penuh sampai tak muat lagi, dan saat pendanaan terkait program rehabilitasi menurun,” ujar Armstrong.

Sementara itu Hannah Dreier, jurnalis yang fokus di masalah keimigrasian di AS, telah melakukan penelitian tentang MS-13 kurang lebih selama satu tahun dan memiliki hipotesis yang menarik.

Poin utama dari laporan Dreier adalah MS-13 bukanlah sindikat yang begitu terorganisir dibanding kartel-kartel di Meksiko, misalnya. Selain tidak punya pemimpin utama, MS-13 juga nyaris tidak memiliki peran dalam perdagangan narkoba internasional. Mayoritas anggota geng tersebut adalah anak-anak muda berusia 20 tahun. Pertikaian yang dilakukan pun “hanya” terjadi antar sesama geng kecil di lokasi-lokasi tertentu.

Selain itu, adalah salah jika menyebut MS-13 terus bertumbuh besar, sebagaimana klaim pemerintah AS dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah anggota mereka di AS sepanjang 10 tahun terakhir relatif sama, yakni berkisar di angka 10,000 orang, dan itu pun sekadar berada di lokasi yang spesifik, bukan di seantero AS. Berdasarkan data tersebut, maka MS-13 lebih tepat diklaim sebagai geng AS terkuat di kalangan imigran Amerika Tengah.

Poin selanjutnya, kebijakan deportasi terhadap anggota MS-13 tidak menyelesaikan persoalan, karena proses perekrutan yang mereka lakukan tetap berjalan. Sebab pada dasarnya, faktor utama para imigran tersebut adalah mencari sumber ekonomi yang lebih baik, maka mereka akan terus berdatangan sekalipun harus bergabung dengan MS-13 atau cara-cara ilegal lain.

Lantas, berkaca dari laporan Dreire, apakah kebijakan Trump untuk membangun tembok perbatasan dapat efektif memecahkan persoalan MS-13?

Baca juga artikel terkait KARTEL atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nuran Wibisono