Menuju konten utama

Motor Bebek yang Semakin Tak Laku

Musuh utama motor bebek atau underbone adalah skuter matik (skutik). Hanya butuh satu dekade, kejayaan motor bebek tak berkutik dengan kehadiran motor matik.

Motor Bebek yang Semakin Tak Laku
Ilustrasi motor bebek. FOTO/Istimewa

tirto.id - Alkisah di Desa Cibebek sedang berlangsung hajatan besar kontes bebek. Pria berpeci hitam dengan baju safari abu-abu sedang bercuap-cuap penuh semangat di atas panggung. Kerumunan warga begitu antusias mendengar pidato ihwal penertiban bebek oleh sosok aktor antagonis Torro Margens.

Di tengah kerumunan warga, nampak wajah Deddy Mizwar dan Didi Petet mulai terlihat was-was. Benar saja, seketika sekelebatan motor yang dikendarai komedian Komeng meluluhlantakkan panggung dan bikin compang-camping tampilan wajah para penonton tak karuan. Deddy dan Didi yang tertimpa reruntuhan panggung terbengong-bengong saling menatap.

“Tuh, bebek yang paling bandel,” kata Didi Petet sambil menunjuk

Salah satu potongan iklan berseri sepeda motor bebek pada 12 tahun silam ini ingin menggambarkan kedahsyatan sepeda motor bebek yang irit, lincah, dan bisa diandalkan. Iklan ini diluncurkan oleh salah satu produsen motor yang mengusung slogan “Terdepan”. Pamor motor bebek juga sempat terpatri kuat di benak konsumen Indonesia dengan kehadiran iklan pelawak Mandra dengan motor bebeknya yang “Ngacir” di era 1990-an. Bisa dibilang sampai satu dekade lalu, motor bebek adalah raja pasar sepeda motor di Indonesia.

Kini, kondisinya berkebalikan 180 derajat. Motor bebek kini dalam posisi “Terbelakang”. Pangsa pasar mereka tergerus habis-habisan oleh motor matik.

Pasar sepeda motor bebek atau yang lebih dikenal underbone atau cub ini sudah mulai mengalami tanda-tanda kemerosotan sejak satu dekade lalu dan puncaknya di 2017.

Pada masa kejayaannya di tahun 2004, pangsa pasar motor bebek sempat menembus 90,87 persen. Kala itu, motor sport hanya bisa mengais pasar 8,73 persen, dan skutik saat itu baru menguasai 0,35 persen. Kehadiran motor skutik buatan Kymco dan Yamaha Nouvo belum mendapat tempat, dianggap indentik dengan pemakai wanita. Periode 2007-2008, ancaman mulai terasa setelah Yamaha merilis Mio. Skutik perdana Yamaha itu sukses mencuri perhatian konsumen dan langsung melejit.

Tonggak penting terjadi pada 2010, saat pangsa pasar skutik menembus 49,01 persen, hampir menjungkalkan pasar motor bebek yang sudah turun cukup dalam menjadi 50,85 persen. Pada 2017, motor bebek benar-benar sudah tak bisa berkutik oleh motor skutik. Catatan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Januari-Juni 2017, dari sekitar 2,8 juta total motor yang terdistribusi dari pabrikan, motor bebek hanya bisa mengambil kue 9,24 persen, atau tertinggal jauh dengan motor sport yang pasarnya mulai gemuk di angka 10,7 persen karena model baru yang dibarengi dengan sentuhan teknologi baru. Sang raja skutik mampu meraih pasar 80,06 persen.

Baca juga: Persaingan Pasar Motor Sport Sengit

Infografik Bebek Dicuekin

Teknologi dan sebuah produk memang ada masa akhirnya. Prinsip itu tak terkecuali berlaku untuk motor bebek. Keunggulan dengan ground clearance yang tinggi, tak cukup menjawab tuntutan konsumen yang kini menghendaki kenyamanan dan kepraktisan.

Pada masa awal kemunculannya, skutik memang sempat didera persoalan bahan bakar yang lebih boros dari motor bebek yang lebih irit. Namun, semenjak 2010 para pabrikan motor mulai menyematkan teknologi injeksi yang membuat konsumsi bahan bakar skutik jauh lebih irit. Persoalan kenyamanan berkendara memang menjadi penentu kegagalan motor bebek.

“Kalau memang konsumen terus menghendaki motor yang nyaman dan praktis, memang pasar bebek akan terus tergerus, apalagi bila tak ada teknologi baru,” kata Ketua Komite Komersial AISI Sigit Kumala kepada Tirto.

Sigit memperkirakan pangsa pasar motor bebek hanya akan bertahan di kisaran 7-8 persen di masa depan. Pasarnya memang tetap ada, terutama di luar Jawa, dengan medan yang berat seperti perkebunan. Karakter motor bebek punya ground clearance yang lebih tinggi daripada skuter—maka motor bebek lebih cocok di daerah jalan yang tak mulus atau medan berbukit karena ditopang oleh transmisi manual yang lebih responsif.

Persoalan teknologi ini memang tak bisa jadi alasan mutlak untuk nasib motor bebek ke depan. Teknologi matik yang dihadirkan oleh berbagai produsen dengan ragam nama yang berbeda memang semakin memberikan kenyamanan. Sehingga saat skutik makin berkembang, beberapa produsen mencoba mencangkok teknologi matik pada motor bebek, tapi hasilnya malah gagal total.

Contoh nyata adalah kegagalan spesies baru motor bebek yang dipadu dengan transmisi matik seperti Revo AT Techno besutan Honda yang meluncur Juli 2010 dan Lexam keluaran Yamaha yang hadir lebih belakangan di awal 2011. Kedua bebek matik ini tak mendapatkan respons positif konsumen. Konsumen di Indonesia nampaknya masih melihat motor bebek adalah bertransmisi manual dan matik adalah skuter. Di sisi lain, produk baru motor bebek juga tak terlalu direspons pasar, Yamaha sempat meluncurkan Vega Force 2015 yang penjualannya tak sukses.

Di luar persoalan itu, perkembangan model skutik yang makin pesat punya andil menyingkirkan keberadaan motor bebek. Yamaha NMAX misalnya, sukses menarik pengguna motor sport untuk beralih ke segmen skutik gembot yang dianggap modelnya lebih sporty dan nyaman.

Kenyataan ini tak terbantahkan dengan jumlah line up masing-masing produsen motor terutama Honda dan Yamaha sebagai penguasa pasar. Yamaha sampai saat ini mengeluarkan 9 model skutik yang sudah dirilis ke pasar, dan hanya lima untuk model bebek. Model motor bebek Honda saat ini hanya tiga model yang tersedia di pasar, sedangkan skutik sudah enam model.

Berakhirnya pamor motor bebek bagi produsen motor bukan sebuah masalah besar. Gagasan memunculkan teknologi baru bagi motor bebek agar bisa bangkit lagi tentu suatu yang sia-sia. Membangun teknologi maka sama saja mengeluarkan biaya. Pada intinya produsen tetap akan untung tanpa harus menjual motor bebek, karena sudah bisa ditutupi dengan penggantinya skutik. Kepunahan motor bebek tentu sebuah keniscayaan di masa depan.

Baca juga artikel terkait MOTOR atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti