Menuju konten utama

Moody's: Perbankan Indonesia Mudah Terpengaruh Gagal Bayar

Moody's mendapati adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan naiknya tensi perdagangan dan geopolitik.

Moody's: Perbankan Indonesia Mudah Terpengaruh Gagal Bayar
[Ilustrasi] Petugas Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Tasikmalaya menyiapkan uang pecahan untuk layanan penukaran uang baru di Jalan Sutisna Senjaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat,Jumat (17/5/2019). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.

tirto.id - Lembaga riset dan pemeringkat utang Moody's menyatakan perusahaan di Indonesia dan negara Asia Pasifik lainnya memiliki risiko gagal bayar yang tinggi. Di samping Indonesia, India juga masuk golongan sebagai dua negara dengan risiko tertinggi karena mengalami tekanan cukup besar.

Kekhawatiran ini muncul usai Moody's mendapati adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan naiknya tensi perdagangan dan geopolitik. Faktor-faktor ini meningkatkan risiko yang dialami bank di tiap negara karena memperlemah kemampuan membayar utang.

“Tes tekanan kami dengan asumsi penurunan 25 persen pada laba sebelum bunga dan pajak (EBITDA) menunjukkan bank di India dan Indonesia paling mudah terpengaruh akibat penurunan kemampuan bayar korporasi. Diikuti dengan bank di Singapura, Malaysia dan Cina,” ucap asisten wakil presiden dan analis Moody's, Rebaca Tan seperti dikutip dari moodys.com Senin

Rasio gagal bayar oleh korporasi di Asia Pasifik, sejauh ini menurut Moody's cukup rendah. Keadaan ini terbantu dengan rendahnya suku bunga dan kondisi pendanaan yang mendukung. Namun, kondisi perekonomian global yang belakangan ini memburuk akibat tensi perang dagang AS-Cina dan kondisi geopolitik di Timur Tengah membuat keadaan ini agak berat.

“Tapi tensi dagang dan geopolitik memberatkan ekonomi dan rantai pasok global padahal pertumbuhannya sudah melambat,” ucap Tan.

Saat ini Moody's mencatat total utang korporasi pada 13 negara tumbuh 1 persen secara year on year dalam hitungan dolar per akhir 2018. Pertumbuhan ini adalah yang terlambat sejak krisis keuangan global.

Untuk utang yang belum dilunasi (outstanding debt) baik dari pokok dan bunganya, kebanyakan terkonsentrasi di antara korporasi yang memiliki kredit 4 kali lipat dari EBITDA. Hal ini meningkatkan risiko gagal bayar saat operasionalnya terus melemah.

Meskipun demikian, analisa Moody's menunjukkan perbankan di Asia Pasifik memiliki daya tahan yang cukup kuat. Baik dalam bentuk jaminan kredit maupun modal (capital) untuk bertahan dari penurunanan kualitas aset.

Rasio kapital bank-bank ini menurut Moody's akan turun 1-4 persen, tetapi mereka masih memiliki cadangan yang cukup.

“Dari 13 bank hanya bank India yang paling rentan,” ucap laporan itu.

Baca juga artikel terkait PERBANKAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti