Menuju konten utama

Mitos-Mitos Microwave, dari Penyebab Kanker hingga Mengurangi Gizi

Memasak dengan microwave sungguh cepat dan mudah. Meski demikian, sejumlah mitos buruk terus menyertai penggunaan microwave.

Mitos-Mitos Microwave, dari Penyebab Kanker hingga Mengurangi Gizi
Aktivitas murid di sekolah memasak I-Cook Culinary Center, Jakarta. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Mudah, cepat, dan praktis. Itulah alasan sebagian besar orang menggunakan oven microwave untuk keperluan memasak dan menghangatkan makanan.

Bagaimana tidak? Cukup masukkan bahan makan atau makanan yang ingin dihangatkan kembali ke dalam oven microwave, tekan beberapa tombol, lalu tunggu beberapa menit saja maka voila! Makanan anda siap disantap.

Ingin memasak nasi? Masukkan secangkir beras bersama takaran air yang sesuai ke dalam microwave, kemudian tunggu 15 hingga 18 menit. Nasi pulen pun siap santap. Proses ini sedikit lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan penanak nasi elektrik, misalnya, yang dapat memakan waktu hingga 20 menit untuk mengolah beras menjadi nasi.

Ingin memasak pasta? Tak perlu khawatir hasil pasta Anda bakal lembek seperti bubur bayi. Cukup tambahkan 3-4 menit dari instruksi memasak yang tertera di bungkus pasta pada menu pengaturan waktu di microwave. Begitu tanda peringatan waktu selesai masak di microwave berbunyi, Anda akan dihadapkan pada pasta al dente yang gurih.

Sejak pertengahan abad ke-20, oven microwave jadi simbol modernitas dan kemajuan. Di Britania Raya, misalnya, menurut catatan Statista dari tahun 2015 hingga 2017, kepemilikan microwave di rumah-rumah telah mencapai persentase di atas 90 persen. Masih menurut Statista, per bulan Mei 2017, sekitar 92 persen rumah tangga di Amerika Serikat pun memiliki oven microwave.

Di Indonesia, Euromonitor Internasional mengklaim bahwa pertumbuhan penjualan microwave terus bertumbuh secara positif meski tingkat penetrasinya di rumah tangga masih rendah. Ke depan, mereka memperkirakan urbanisasi dan kehidupan masyarakat yang semakin sibuk akan menyokong pertumbuhan penjualan microwave di Indonesia.

Meski demikian, Euromonitor tidak menampik bahwa harga serta kebutuhan listrik yang besar dari perangkat oven microwave menjadi faktor utama yang menghalangi pertumbuhan penjualan perangkat ini. Sebagai catatan, sebagian besar produk oven microwave memiliki daya konsumsi listrik berkisar antara 600 hingga 1.200 watt.

Kontroversi Oven Microwave

Seiring maraknya penggunaan oven microwave di masyarakat, mitos-mitos tak sedap pun bermunculan. Salah satunya terkait nutrisi pada makanan.

Banyak orang meragukan kemampuan memasak oven microwave. Mereka mengira microwave menyerap nutrisi, sehingga makanan pun kurang sehat. Benarkah demikian?

Menurut Professor Anthony L. Komaroff dari Harvard Medical School, mitos tersebut tidaklah akurat.

Dilansir dari Harvard Health Publishing, Komaroff mengatakan, rumor itu muncul saking mudah dan cepatnya memasak dengan oven microwave. Walhasil, orang merasa bahwa keajaiban microwave terlalu muluk-muluk.

Mitos lainnya adalah gelombang mikro yang konon bisa melukai tubuh kita. Menurut Komaroff, hingga saat ini tidak ada bukti yang menyatakan demikian. Sementara untuk rumor nutrisi, Komaroff mengatakan bahwa rusaknya kandungan gizi karena proses memasak adalah hal yang lumrah.

"Proses memasak dapat merusak struktur kimia dari nutrisi, sampai taraf tertentu. Namun, masih banyak nutrisi yang tersisa [setelah melalui proses memasak]," jelasnya.

Nilai tambah lain dari proses memasak, sebut Komaroff, adalah proses itu dapat membunuh banyak mikroba yang mengontaminasi makanan dan yang mungkin dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Seperti dilaporkan oleh Harvard Health Publishing, metode memasak cepat masih menjadi cara terbaik yang bisa mencegah hilangnya banyak nutrisi. Misalnya dengan memanaskan makanan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan menggunakan sesedikit mungkin cairan. Memasak dengan menggunakan microwave memenuhi semua prasyarat ini.

"Memasak daging panggang dalam oven biasa lebih mungkin menghilangkan nutrisi daripada memasak daging panggang dalam oven microwave," jelas Komaroff.

Merebus sayuran di air yang mendidih, tambahnya, lebih mungkin menyebabkan hilangnya nutrisi pada sayuran. “Ini karena sejumlah nutrisi merembes keluar dari makanan ke dalam air,” kata Komaroff.

Salah satu contohnya adalah brokoli. Brokoli yang direbus akan kehilangan glucosinolate, sebuah senyawa yang mengandung sulfur yang berguna untuk melawan kanker.

Mitos lain yang juga sering terdengar adalah bahwa oven microwave dapat menyebabkan kanker. Seperti dilansir dari BBC, para peneliti dari University College London dan University of Leeds, misalnya, mengatakan bahwa 19 persen responden penelitian mereka percaya bahwa oven microwave menyebabkan kanker.

American Cancer Society membantah mitos ini. Mereka mengatakan, oven microwave menggunakan frekuensi tertentu dari radiasi frekuensi radio (RF radiation), yang tak lain adalah sebuah tipe dari radiasi non-pengion. Alat ini tidak menggunakan sinar x-ray dan gamma, sehingga tidak memberikan dampak radioaktif pada makanan. Walhasil, oven microwave tidak dapat mengubah struktur kimia atau molekul makanan.

Infografik Masak menggunakan microwave

Yang Perlu Diperhatikan

Meski aman untuk memasak atau menghangatkan makanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan microwave, terutama terkait wadah yang digunakan.

Dalam "Food Contamination during Food Process" (2016), Cristina Nerin dkk mengatakan bahwa sejumlah komponen bahan seperti plastik dan kertas karton dapat berpindah ke makanan saat dimasak dalam microwave sehingga dapat mengurangi kualitas dan tingkat keamanan makanan.

Oleh karena itu, seperti dilansir dari Harvard Health Publising, penggunaan wadah yang memiliki label atau ikon aman untuk microwave sangat disarankan. Jika Anda mengkhawatirkan bungkus plastik atau wadah dalam microwave, pindahkan makanan ke gelas atau wadah keramik yang memiliki label atau ikon tersebut.

Bungkus plastik juga tak seharusnya menyentuh makanan selama diproses di dalam microwave karena dapat meleleh akibat kontak dengan makanan.

Perlu diketahui pula bahwa kebanyakan wadah pengemasan, botol air, dan wadah plastik atau toples yang dibuat untuk menampung margarin, yogurt dan makanan seperti krim keju, mayones, dan mustard tidak aman untuk microwave.

Hindari penggunaan wadah yang berumur tua, tergores, atau retak, atau yang telah digunakan dalam microwave berkali-kali. Komponen material dari wadah dengan kondisi seperti itu akan lebih mudah berpindah ke makanan.

Penggunaan kantong plastik kresek dari toko kelontong atau supermarket juga tak disarankan. Terakhir, sebelum memasak makanan dengan microwave, pastikan untuk membuka sedikit tutup wadah atau angkat sedikit ujung penutupnya.

Baca juga artikel terkait MEMASAK atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Windu Jusuf