Menuju konten utama

Mitos dan Serba-Serbi Soal Quick Charging pada Baterai Ponsel

Kehadiran teknologi quick charging di smartphone menimbulkan pertanyaan, apakah ini aman untuk daya tahan dan usia pemakaian dari baterai?

Mitos dan Serba-Serbi Soal Quick Charging pada Baterai Ponsel
Ilustrasi Baterai Ponsel. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Daya tahan baterai kerap kali menjadi perhatian utama bagi pemilik ponsel. Karena sebagian besar orang menggunakan ponsel dalam jangka waktu yang lebih lama.

Masa pakai baterai yang bisa awet seharian menjadi satu aspek yang paling dicari orang, apalagi jika mampu bertahan hanya dengan satu kali pengisian daya.

Sekarang telah hadir teknologi pengisian daya cepat atau quick charging yang disematkan pada sejumlah smartphone flaghsip besutan produsen ternama, seperti Samsung, Huawei, Google, OnePlus hingga Apple.

Dilansir dari CNET, teknologi quick charging ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung aksesbilitas penggunanya di saat membutuhkan ponsel dengan daya baterai 100 persen dalam waktu yang singkat.

Jika output pengisi daya konvensional adalah 5 hingga 10 watt, maka dengan pengisi daya quick charging dapat meningkatkannya hingga delapan kali lipat.

Misalnya, iPhone 11 Pro dan Pro Max dengan pengisi daya 18 watt, Galaxy Note 10 yang dilengkapi dengan pengisi daya 25 watt, ditambah dengan pengisi daya 45 watt yang dijual secara terpisah.

Akan tetapi, kehadiran teknologi ini seringkali menimbulkan pertanyaan, apakah ini aman untuk daya tahan dan usia pemakaian dari baterai? Jawabannya, ya.

Pada dasarnya, teknologi ini telah disesuaikan pada kemampuan atau kapasitas dari masing-masing baterai ponsel tersebut. Semakin besar kapasitasnya, semakin tinggi pula arus tegangan yang dapat diterima.

Sebab, baterai dengan pengisian cepat ini bekerja dalam dua fase. Fase pertama menyalurkan arus tegangan tinggi ke baterai yang dapat mengisi daya mulai dari 50 hingga 70 persen dalam waktu 10, 15 atau 30 menit pertama.

Pada fase ini baterai dapat menyerap muatan dengan cepat tanpa efek negatif, sehingga bisa berjalan dengan normal untuk melanjutkan pada fase kedua atau pengisian daya hingga penuh.

Selain itu, sejumlah orang juga masih banyak yang percaya akan mitos tentang pelarangan mengisi daya semalaman. Padahal, smartphone saat ini telah dibekali fitur yang mumpuni.

Terlepas dari apa pun jenis pengisi dayanya, baik itu quick charge atau konvensional, smartphone keluaran terbaru biasanya sudah disematkan fitur yang dapat memutus arus tegangan ketika baterai telah terisi 100 persen.

Hal ini tentunya juga tergantung dari keaslian baterai dan perangkat pengisi daya yang digunakan. Sebab, seringkali ditemukan perangkat palsu yang dapat membahayakan keselamatan penggunanya.

Ketakuan lain yang kerap kali didengar banyak orang adalah teknologi quick charging ini dapat menimbulkan panas yang berlebih sehingga dapat menguras baterai lebih cepat.

Faktanya, ponsel akan mengalami overheat jika terkena paparan panas eksternal, penggunaan yang terlalu berat ketika pengisian daya dan baterai atau pengisi daya yang tidak orisinil.

Panas yang berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan jangka panjang pada ponsel. Perlu diingat bahwa usia baterai pada ponsel tidak akan berubah dengan cepat jika dipakai sebagaimana mestinya.

Sebab, ponsel jaman sekarang telah dibekali dengan fitur-fitur yang dapat menjaga usia dan daya tahan baterai yang lebih baik, demikian ditulis Life Hacker.

Baca juga artikel terkait SMARTPHONE atau tulisan lainnya dari Adrian Samudro

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Adrian Samudro
Penulis: Adrian Samudro
Editor: Ibnu Azis