Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Misi Kemanusiaan Penjahit Demi Keselamatan Tenaga Medis Urus Corona

Para penjahit di Yogyakarta menjalankan misi kemanusiaan memproduksi APD untuk para tenaga medis di garda depan penanganan pandemi virus Corona atau COVID-19.

Misi Kemanusiaan Penjahit Demi Keselamatan Tenaga Medis Urus Corona
Ilustrasi Alat Pelindung Diri. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sejumlah konveksi rumahan di Yogyakarta ikut bergabung dalam sebuah gerakan Majelis Mau Jahitin. Gerakan ini merupakan komunitas yang diinisiasi untuk menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis dalam menangani virus Corona atau COVID-19.

Para penjahit di Yogyakarta menjalankan misi kemanusiaan memproduksi APD untuk para tenaga medis di garda depan penanganan pandemi ini. Melalui uang donasi mereka memproduksi APD dan membagikannya gratis.

Gerakan ini dikoordinir oleh Budi Hermanto dan Akhmad Nasir. Mereka menghubungi para pengusaha konveksi dan penjahit untuk diminta kesediannya memproduksi APD.

Mereka juga dibantu oleh sejumlah relawan untuk menggalang donasi dan membuat website https://mamajahit.id untuk melaporkan donasi, dan menerima permintaan APD untuk para tenaga medis yang membutuhkan.

"Ada belasan kelompok yang bergabung. Yang di Yogyakarta ada delapan kelompok penjahit (usahanya konveksi) tiap kelompok mereka ada 2-8 penjahit. Di Jakarta, Surabaya, Kudus, Semarang, Purwokerto masing-masing satu kelompok," kata Budi kepada reporter Tirto, Rabu (1/4/2020).

Kelompok konveksi rumahan ini diminta untuk memproduksi APD berbekal donasi yang telah terkumpul. Beberapa dari mereka ada yang mau sukarela menyumbangkan tenaganya untuk produksi, mereka hanya sediakan bahan tanpa terima imbalan.

Mereka sehari-hari mayoritas adalah para penjahit baju dan pembuat kaos. Sepinya permintaan selama pandemi Corona ini juga akhirnya membuat mereka tergerak untuk ikut dalam solidaritas ini.

Para penjahit ini, kata Budi, memang bukan khusus penjahit APD. Maka setiap penjahit mulanya diberikan modul khusus untuk dapat memproduksi APD yang sesuai dengan prosedur keamanan yang dibutuhkan. APD yang diproduksi adalah hazmat suit berbahan sponge dan parasut.

Total hingga Rabu, 1 April 2020, donasi yang terkumpul sebanyak Rp49.381.805. Dalam sepekan terakhir sudah dapat diproduksi sekitar 700 APD dan sebagian telah didistribusikan ke sejumlah rumah sakit yang ada di Yogyakarta.

"Sekarang kami proses produksi 1.000," kata dia.

Penjahit Sepi karena Corona

Salah satu pemilik konveksi di Yogyakarta yang ikut bergabung dalam Majelis Mau Jahitin ini adalah Anton Hadiyanto. Sehari-hari ia biasa menerima pesanan kaos, jaket, hingga pakaian training.

Namun selama beberapa pekan terkahir, pesanan sepi setelah pandemi Corona. Padahal ia juga memperkejakan sekitar empat penjahit. Mereka semua adalah tulang punggung keluarga yang perlu penghasilan.

"Secara bisnis margin keuntungan tidak banyak. Kami memberikan visioning ke penjahit bahwa ketika sepi kita ada jalan rejeki, tapi ini visinya untuk kemanusiaan," kata dia.

Setiap APD berbahan sponge seperti yang ia produksi, kata dia, membutuhkan biaya produksi Rp60.000. Ia tak mengambil untung banyak hanya 10%. Padahal, kata Anton, harga pasarnya jika dilihat di toko online satu APD bisa dihargai Rp80.000 sampai Rp100.000.

Selain misi kemanusiaan untuk menyediakan alat pelindung diri para tenaga medis, ia juga berharap ekonomi usaha kecil tetap berputar.

"Jadi mereka [penjahit] menggantungkan hidupnya dari ongkos jahit. Tapi di sisi lain juga berkontribusi untuk memberikan dukungan bagi tenaga medis," kata dia menambahkan.

Hanya Bisa Bantu Jahit

Selain kelompok usaha konveksi, salah satu tempat kursus menjahit di Yogyakarta juga ikut serta dalam Majelis Mau Jahitin ini. Selama pandemi Corona kursus mereka liburkan.

Namun karena kebutuhan APD mendesak bagi para tenaga medis, para peserta kursus, alumni kursus dan tutor diberdayakan untuk memproduksi APD di tempat kursus tersebut. Mereka ada yang bekerja suka rela, tak ada yang dibayar.

Retno Istika Dewi tutor di tempat kursus menjahit tersebut menjadi salah satu yang menyumbangkan tenaganya secara cuma-cuma untuk memproduksi APD.

"Ada teman-teman yang mau dibayar ada yang suka rela dan ada juga yang ikut donasi. Kalau yang enggak mau dibayar, bayarannya akan dibelikan untuk membeli bahan baku lagi," kata Retno kepada reporter Tirto, Rabu (1/4/2020).

Retno rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk memproduksi APD dengan harapan para tenaga medis mampu menangani Covid-19, sehingga pandemi segera berakhir.

Semakin lama pandemi, kata dia, juga makin mengancam penghasilan para penjahit yang biasa menggantungkan pesanan baju Lebaran atau pernikahan. Sementara jika pandemi terus berlanjut, maka Lebaran dan pernikahan menjadi terganggu.

"Sekarang semua hajatan enggak ada, Lebaran belum tentu ada nanti. Daripada kami jahit baju lebaran, sekarang kami jahit APD buat teman-teman medis agar kita bisa Lebaran. Kami cuma bisa bantu jahit," kata dia.

Untuk kelompok kursus jahit ini, kata Retno, khusus memproduksi APD berbahan parasut. Mereka memproduksi setengah jadi kemudian dilakukan finishing.

Dalam sehari total ada 10 APD yang bisa dibuat. Mereka terdiri dari 8 orang yang bekerja secara bergantian.

"Sekarang yang setengah jadi sudah ada 50. Yang sudah jadi ada 20. Beberapa yang sudah jadi kemarin sudah kami distribusikan ke RSUD Sleman," kata dia.

=====

Informasi seputar COVID-19 bisa Anda baca pada tautan berikut:

1. Ciri-Ciri Corona & Gejala COVID-19, Apa Beda dari Flu & Pneumonia?

2. Gejala Coronavirus Selain Demam dan Batuk: Tak Mampu Mencium Bau

3. Pentingnya Jaga Jarak di Tengah Pandemi COVID-19

4. 8 Cara Mencegah Penularan Virus Corona pada Lansia

5. Cara Deteksi Dini Risiko Covid-19 Secara Online

6. Update Corona Indonesia: Daftar Laboratorium Pemeriksaan COVID-19

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz