Menuju konten utama

Migren: Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Migren merupakan gangguan nyeri kepala heterogen, dengan nyeri hebat dan berdurasi lama dibandingkan nyeri kepala lainnya.

Migren: Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Ilustrasi cuti sakit. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sakit kepala memiliki beberapa jenis dan karakteristik, salah satunya migren. Terkadang migren hanya dianggap sebagai sakit kepala biasa, padahal membutuhkan penanganan serius untuk mengatasinya.

Migren merupakan gangguan nyeri kepala heterogen, dengan nyeri hebat dan berdurasi lama dibandingkan nyeri kepala lainnya. Karakteristik migren di antaranya, berlokasi unilateral, nyeri berdenyut (pulsating) dengan intensitas sedang atau berat yang diperberat oleh aktivitas fisik rutin.

Seperti dikutip dari tulisan Isti Suharjanti dengan judul Strategi Pengobatan Akut Migren, gejala migren juga berhubungan dengan mual dan/atau fotofobia serta fonofobia.

Migren dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia. Diperkiraan prevelensinya mencapai 10%, dengan jumlah wanita lebih banyak daripada pria. Usia penderita migren kebanyakan pada rentang 25-55 tahun.

Dikutip dari tulisan Dito Anurogo dengan judul Penatalaksanaan Migren, pemicu atau penyebab migren ini meliputi faktor hormonal (menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian hormon), dan diet atau tidak makan.

Faktor psikologis juga bisa menjadi pemicu migren, yaitu lingkungan fisik seperti cahaya menyilaukan, faktor yang berkaitan dengan tidur, obat-obatan, dan faktor lainnya seperti trauma kepala, latihan fisik, dan kelelahan.

Gejala-gejala yang timbul saat terjadi migren diantaranya adalah hiperosmia, menguap, perubahan mood, cemas, food craving, sexual excitement, fatigue dan kelebihan emosi yang bisa berlangsung beberapa menit hingga berhari-hari.

Selain itu, serangan migren juga berhubungan dengan kehilangan atau berkurangnya selera makan, mual, muntah, dan sensitivitas terhadap sinar dan suara yang makin memberat, dan sering melibatkan gangguan mood, motorik, dan sensorik.

Kembali dilansir dari tulisan Dito, secara umum cara pengobatan migren dilakukan dengan metode terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi farmakologis termasuk simtomatis, abortif, dan pencegahan. Tidak perlu resep dokter jika migren sangat jarang dialami dan mudah hilang hanya dengan tidur cukup.

Untuk pasien yang mengalami migren akut, biasanya diperlukan terapi kombinasi antara simtomatis, abortif, dan profiliatik. Migren memang memiliki 4 jenis kondisi, yaitu migren dengan derajat ringan, sedang, akut, dan kronis.

Untuk migren derajat ringan atau sedang dan pasien belum minum obat, dapat diberikan aspirin 900 mg dan metoklopramid 10 mg per oral. Untuk migren sedang hingga berat, ada dua pilihan, pertama, bila sudah diberi obat dokter, biasa minum obat, atau disertai muntah, dapat diberikan metoklopramid 10 mg IM atau proklorperazin 12,5 mg IM atau sumatriptan 6 mg SC.

Pilihan kedua, untuk migren derajat sedang hingga berat (pada situasi gawat darurat), bisa digunakan klorpromazin 25 mg dalam 1.000 mL saline normal IV, diberikan dalam 30-60 menit (diulangi bila perlu), atau proklorperazin 12,5 mg IV atau sumatriptan 6 mg SC.

Untuk mencegah penderita migren akut menjadi kronis, diperlukan pula pendekatan psikosomatik yang meliputi penilaian fisik dan mental, contohnya autogenic training, terapi biofeedback, dan terapi kognitif.

Hal ini perlu dilakukan mengingat stres sosial dan psikologis serta gangguan ansietas dan depresi adalah faktor terpenting dalam perjalanan dan pemeliharaan penderita migren.

Baca juga artikel terkait MIGRAIN atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Dipna Videlia Putsanra