Menuju konten utama

Meski Kecam Rasisme, DPR Asal Papua Tetap Minta Masyarakat Tenang

Meski tak terima, anggota DPR asal Papua tetap mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tak terpengaruh adanya provokasi seperti banyak yang beredar di media sosial.

Meski Kecam Rasisme, DPR Asal Papua Tetap Minta Masyarakat Tenang
Anggota DPR RI asal Papua, Willem Wandik menyampaikan pendapatnya soal insiden di Papua dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (20/8/2019). tirto.id/Bayu Septianto

tirto.id - Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra asal Papua, Steven Abraham menyayangkan pernyataan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko yang menyebut akan memulangkan mahasiswa Papua yang terlibat kericuhan di Malang, Jawa Timur.

"Mau pulang kemana kita? Ini tanah kita. Semua hak sama," ujar Steven di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019).

Menurut Steven, pernyataan Sofyan tersebut justru bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itulah, ia meminta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menegur sikap Wakil Wali Kota Malang tersebut.

"Papua dari dulu tidak pernah ada pengusiran orang pendatang," ujarnya.

Sementara itu, Anggota DPR RI asal Papua lainnya, Willem Wandik memaklumi kemarahan yang dirasakan oleh masyarakat Papua. Sebab, isu rasial yang menyerang warga Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang sangat melukai perasaan masyarakat Papua.

"Peristiwa ini sangat menyedihkan kita semua dan sangat menyinggung perasaan orang asli Papua, karena narasi verbal yang sangat menyakitkan dan hinaan yang sangat tidak dapat diterima, karena sangat rasialis," kata Willem Wandik.

Meski tak terima, Politikus Partai Demokrat itu tetap mengimbau masyarakat Papua untuk tetap tenang dan tak terpengaruh adanya provokasi seperti banyak yang beredar di media sosial.

"Karena ini menyangkut kepentingan kita bersama. Jangan sampai ini mengarah pada konflik horizontal dan memengaruhi kondisi nasional," ucapnya.

Kemarin masyarakat dari Sorong, Manokwari dan Jayapura turun ke jalan, mereka memprotes segala bentuk intimidasi dan diskriminasi terhadap mahasiswa di Surabaya dan Malang, pekan lalu.

Massa marah karena merasa tindakan rasial begitu kental diperlihatkan ketika peristiwa pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan pernyataan Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko yang membuka opsi pengusiran terhadap mahasiswa Papua di wilayahnya.

Kekecewaan warga, menyebabkan massa yang kecewa mengekspresikannya dengan membakar gedung DPRD Provinsi Papua Barat, Kantor Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Barat, dan beberapa kantor dinas.

Serta merusak kantor KPUD dan Bawaslu. Tidak hanya berhenti di sana, kerusuhan juga merembet ke Kota Sorong, Papua Barat. Bahkan kerusuhan juga menjalar keluar daerah, seperti di Makassar, Sulawesi Selatan.

Polri, hari ini Selasa (20/8/2019) mengklaim situasi di Papua dan Papua Barat mulai berangsur kondusif hari ini usai aksi warga menolak diskriminasi terhadap mahasiswa Papua. Aktivitas masyarakat setempat mulai normal.

"Jayapura misalnya, masyarakat sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Untuk Manokwari juga sudah mulai berangsur membaik pada hari ini," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Selasa (20/8/2019).

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Alexander Haryanto