Menuju konten utama

Mereka yang Paling Bahagia di Jakarta pada Malam Tahun Baru

Ada 633 orang paling bahagia pada malam tahun baru. Mereka dinikahkan massal oleh Pemprov DKI Jakarta.

Mereka yang Paling Bahagia di Jakarta pada Malam Tahun Baru
Pasangan pengantin berswafoto seusai mengikuti acara nikah massal di Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (31/12/2018). ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan

tirto.id - Jika ada beberapa momen paling bahagia dalam hidup seseorang, dapat dipastikan salah satunya adalah menikah dengan yang paling disayang. Dan, jelang tahun baru kemarin (31/12/2019), ada 633 orang yang paling berbahagia di Jakarta.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyelenggarakan program nikah massal dan itsbat nikah--pencatatan nikah dalam administrasi negara. Ada 143 orang yang menikah massal. Sisanya, 490, itsbat.

Acara itu diselenggarakan di halaman Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, pukul 18.30 WIB.

"Akad nikah dan ijab kabul akan disaksikan langsung oleh Pak Gubernur (Anies Baswedan). Gubernur akan menjadi saksi mereka," kata Kepala Biro Pendidikan Mental dan Spiritual (Dikmental) Hendra Hidayat.

Pemprov DKI telah menyelenggarakan nikah massal tiga kali berturut-turut, dan pesertanya selalu bertambah setiap tahun. Pada tahun 2017, ada 433 pasangan yang terlibat. Tahun berikutnya ada 557 pasangan.

Mereka yang boleh mengikuti nikah massal harus termasuk fakir, miskin, riqab (hamba sahaya atau budak), gharim (orang yang memiliki banyak hutang), mualaf (orang yang baru masuk Islam), fisabilillah (pejuang di jalan Allah), ibnu sabil (musafir dan para pelajar perantauan), dan amil zakat (penerima dan pengelola zakat).

Syarat lain adalah surat keterangan dari pemerintah setempat dan dilanjutkan ke Kantor Urusan Agama (KUA). Terdapat persyaratan tambahan bagi peserta itsbat nikah, yakni mengikutsertakan saksi pada saat mereka nikah siri.

Seluruh peserta nikah massal gratis biaya nikah. Mereka bahkan dibiayai uang mahar senilai satu juta rupiah, dan mendapat bingkisan pernikahan.

"Ini dari dukungan Baznas Bazis Provinsi DKI Jakarta dan juga Pemprov DKI Jakarta," ucapnya.

Bahagia Meski Hujan Deras

Halaman Balai Kota DKI terus diguyur hujan sejak pukul 17.00 WIB. Namun cuaca yang kurang mendukung sama sekali tak meredakan kebahagiaan Santoni (50) dan janda beranak satu, Sudarti (46), pasangan istbat nikah yang sudah menikah siri pada 2017.

Santoni mengaku tak masalah meskipun lokasi itsbat diguyur hujan. Itu membuat cuaca Jakarta lebih sejuk.

"Apalagi tahun baru, dibawa happy saja. Bisa lebih intim juga. Tapi kalau soal itu, jangan diceritain, malu," kata dia kepada saya, sambil tertawa.

Warga Pisangan Jakarta Timur itu tampil paling nyentrik dengan busana pengantin warna merah adat Betawi. Tak hanya itu, mereka juga begitu percaya dirinya berdansa-dansi sambil diiringi musik di depan panggung.

"Kalau sekarang, kan, jadi resmi. Karena nikah sirih tidak berlaku, jadi saya kesusahan," kata Santoni.

Kesulitan yang dimaksud salah satunya tak bisa mengurus kartu keluarga (KK) dan akta kelahiran untuk anak.

Dia bercerita kepada saya betapa awanya ia tak percaya diri untuk menikah karena hanya bekerja sebagai pengepul barang bekas dan tak lulus sekolah dasar (SD) pula. Namun dua tahun lalu, ia merasa cocok dengan Sudarti dan keduanya memutuskan menikah siri.

"Tapi nikah sirih tidak enak, makanya saya nikah massal biar enak, resmi, surat-suratnya dapat," katanya.

Kebahagiaan juga dirasakan pengantin itsbat nikah yang paling sepuh, Adjid Efgendi (77) dan Rimih berusia (55). Pengantin yang telah menikah siri sejak 2014 itu mengaku baru mengikuti program tersebut karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Adjid bekerja sebagai satpam, sementara Rimih mencari uang sebagai buruh pabrik garmen.

"Dikasih tahu sama Pak RT, makanya kami ikutan," kata Rimih.

Rimih mengatakan kisah cinta mereka terjalin karena bekerja dalam satu perusahaan dan sering bertemu. Warga Pekayon Jakarta Timur itu pun akhirnya memutuskan menikah setelah merasa cocok.

"Saya sebelumnya sudah nikah, punya tiga anak. Kalau bapak ada lima anak," katanya.

Memilih Menikah Dini

Berbeda dengan pengantin sebelumnya, Saputra (19) dan Kurniawati (20) memilih menikah pada usia yang relatif muda. Mereka sudah pacaran selama empat tahun. Keduanya pertama kali bertemu di Kemayoran.

"Daripada lama-lama pacaran, mendingan nikah," kata Saputra.

Mereka mengetahui informasi terkait nikah massal dari Kelurahan Kemayoran. Pasangan pengantin ini mengaku tak merasa kesulitan saat mengurus perizinan. Hanya memakan waktu seminggu saja.

Saat ini Saputra belum bekerja. Sementara sang istri telah bekerja di sebuah toko. Dia berencana lebih serius mencari kerja dengan statusnya saat ini sebagai 'suami orang'. Sementara itu, katanya, "tinggal di rumah orangtua dulu."

Saputra juga mengaku tak masalah meskipun saat acara Jakarta terus diguyur hujan cukup deras.

"Santai saja, sih, kami mah. Kan sudah ada tenda," katanya sembari tersenyum.

Baca juga artikel terkait NIKAH MASSAL atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino