Menuju konten utama

Mereka yang Merubung Gibran di Solo

Gibran dan Solo kini jadi magnet baru yang menarik perhatian para politikus. Pengamat politik menilai itu tak lain karena Gibran adalah anak Jokowi.

Mereka yang Merubung Gibran di Solo
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka saat menghadiri upacara pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo di kantor DPRD Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (26/2/2021). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.

tirto.id - Kota Solo di bawah kekuasaan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, menjadi pusat perhatian baru. Beberapa pejabat pemerintah pusat dan elite partai politik silih berganti mendatangi pria berumur 33 tahun ini.

Rabu 24 Maret lalu, Gibran kedatangan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Dalam pertemuan tersebut Muhaimin mengatakan ia menitipkan Nahdlatul Ulama (NU) dan PKB kepada Gibran. “Kedua, kami ingin Mas Gibran jadi wali kota teladan bagi seluruh pimpinan daerah di tanah air,” katanya.

Beberapa hari kemudian, Sabtu 27 Maret lalu, giliran Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah yang datang. Mantan Wakil Ketua DPR RI itu mengaku mereka membahas beberapa hal. Pertama pengelolaan kota. “Kami tadi berdiskusi tentang masa depan, tentang pengelolaan kota. Kami di Partai Gelora juga menawarkan konsep. Kami berkolaborasi dengan beliau,” katanya.

Kedua memperkenalkan Gibran ke Partai Gelora, partai yang dibuat setelah Fahri keluar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Fahri mengatakan kepada Gibran bahwa dia “titip partai”. "Kami (Partai Gelora) ingin partisipasi di sini,” katanya.

Fahri juga berharap Gibran bisa menjadi contoh pejabat yang bisa menghilangkan praktik-praktik kotor dalam berpolitik. “Solo bisa jadi contoh, dinamika politik sudah diakhiri,” kata Fahri. Fahri mengatakan “konflik masa lalu” sebaiknya “tidak diwarisi.” “Kadang friksi berasal dari ideologi yang tidak rasional. Mudah-mudahan mulai dari Solo friksi dikurangi,” katanya.

Secara politik Fahri dikenal sebagai oposisi bapaknya Gibran. Pada pemilu lalu ia mendukung Prabowo Subianto tapi kalah. Meski begitu tahun lalu Jokowi memberikan anugerah Bintang Jasa Mahaputera Nararya kepada Fahri karena dianggap berjasa telah memimpin DPR selama lima tahun.

Di akhir pertemuan, Gibran juga memperkenalkan adiknya, Kaesang Pangarep, ke Fahri. “Baru aja beli klub bola,” kata Gibran. Kaesang baru saja membeli saham klub sepak bola Persis Solo sebesar 40 persen.

Dengan nada bangga, ia bilang bahwa Kaesang sangat menganggumi Fahri sebagai salah satu pengkritik bapaknya yang menjabat presiden.

Satu hari setelahnya, giliran elite Partai Gerindra yang menyambangi Gibran. Mereka yang datang adalah Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani dan dua kader di level nasional, Sugiono dan Supratman Andi Agtas. Mereka datang usai jalan-jalan naik sepeda keliling Kota Solo.

Muzani saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI Fraksi Partai Gerindra. Sementara Supratman merupakan anggota Komisi VI DPR RI yang terkenal menangani beragam rancangan UU kontroversial karena selama dua periode ini juga menjabat sebagai Ketua Badan Legislatif (Baleg) DPR RI. Sedangkan Sugiono adalah anggota Komisi I DPR RI yang merupakan salah satu orang kepercayaan Prabowo Subianto—Prabowo menyebutnya sebagai salah satu 'ksatria jedi'.

Muzani juga mengaku kedatangannya untuk mengucapkan selamat kepada Gibran telah memenangkan pilkada. Sebagai salah satu partai pengusung saat Pilkada 2020 lalu, Partai Gerindra berharap Gibran bisa memimpin kota dengan baik.

Sama seperti Fahri Hamzah, dia mengaku Partai Gerindra siap membantu Gibran. “Kami merasa ada beberapa kebijakan yang ditempuh sudah bagus dan on the track. Jika diperlukan, kami memberi support. Tentu saja kami akan memberikan kebaikan dan kemajuan,” kata Muzani.

Atas kedatangan para elite politik itu, Gibran lebih tak banyak berkomentar. Ia bilang “hanya ngopi-ngopi saja” saat bertemu dengan Fahri Hamzah, “cuma makan soto saja” saat bersama Muzani, dan “cuma ngobrol ringan saja” dengan Muhaimin.

Di tiga pertemuan itu, para wartawan sama-sama bertanya mengenai kemungkinan para partai mendukung Gibran jika ingin maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Gibran, lagi-lagi, merespons sekenanya. Saat pertemuan dengan Fahri, dia mengatakan: “Enggak, saya di Solo aja. PR masih banyak.” Pun ketika bertemu Muhaimin. “Saya menyelesaikan yang Solo dulu, urusan DKI nanti saja,” katanya.

Sebenarnya tak hanya elite partai yang sowan ke Gibran. Beberapa pejabat negara tingkat pusat juga demikian. Di hari ketika Fahri bertemu dengan Gibran, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadi Moeljono juga datang ke Solo. Ia datang untuk meninjau Taman Balekambang yang bakal direvitalisasi. Gibran turut mendampingi kunjungan sang menteri.

“Perintah Pak Presiden ingin membuat suatu pusat kebudayaan Jawa. Saya ingin menerjemahkan perintah itu, ini cari rohnya apa,” kata dia.

Begitu juga dengan Kapolri Listyo Sigit yang datang ke Solo untuk inspeksi mendadak (sidak) pertandingan sepak bola Piala Menpora pada 25 Maret lalu. Solo memang menjadi salah satu tuan rumah. Ia didampingi Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali, Ketua PSSI Muchamad Iriawan, dan tentu saja, Gibran.

Jalur Khusus ke Istana

Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai tujuan para pejabat negara dan elite partai berbondong-bondong ke Solo dan bertemu Gibran tak lain karena alasan politis. Kata dia, agak sulit menerima alasan jika mereka menggunakan alasan pragmatis: mengembangkan pariwisata, membantu persoalan infrastruktur, hingga mendorong ekonomi. Pasalnya, kata dia, Solo relatif kota yang tak punya masalah besar di sektor-sektor tersebut.

“Semisal ingin kembangkan pariwisata, banyak wilayah lain yang pariwisatanya lebih bagus atau butuh dikembangkan. Ingin selesaikan persoalan infrastruktur, daerah lain banyak yang enggak selesai, hancur, dan butuh diperhatikan. Jika ingin mendorong ekonomi agar lebih meningkat, daerah lain banyak yang lebih buruk dan butuh perhatian,” kata dia saat dihubungi wartawan Tirto, Senin (29/3/2021).

“Mau tingkatkan kesejahteraan, ekonomi, infrastruktur, daerah lain jauh lebih perlu diperhatikan. Daerah lain itu bahkan butuh pertolongan lebih riil, jalan jelek, listrik enggak ada, ekonominya morat-marit. Solo secara umum sudah maju. Kalau alasan pemimpin muda juga enggak masuk akal. Banyak daerah yang pemimpinnya muda. Tapi [perhatian] terpusatnya ke Solo,” tambahnya.

Alasan politis yang dimaksud Adi adalah karena posisi Gibran yang tak hanya Wali Kota Solo tapi juga anak kandung Presiden. Mereka—para pejabat negara dan elite politik—akan berusaha sekeras mungkin untuk mencari perhatian anak seorang Presiden untuk kemudian dilirik Presiden.

“Pesan yang paling penting adalah mendapat tren positif di mata Presiden. Bukan hanya sebatas silahturahmi. Mereka mau ketemu Gibran agar dapat insentif tambahan apa? Ya dapat respons positif dari Istana. Kalau bukan anak Presiden ya enggak menarik. Itu poin utamanya,” kata dia.

Adi mengibaratkan bahwa Solo kini telah menjadi “jalur khusus” menuju Istana Negara.

“Jalur khusus dalam arti punya hubungan yang langsung. Kalau Gibran jadi Wali Kota Madura, berarti Madura itu jalur khusus. Jadi daerahnya enggak penting, yang penting ada anak penguasa di situ. Itu tidak bisa dinafikan,” kata Adi.

Baca juga artikel terkait GIBRAN RAKABUMING atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino