Menuju konten utama

Mereka yang Mengklaim Bebas Gender

Dunia ini rupanya tak sesempit konsep maskulin dan feminin. Mereka adalah buktinya.

Mereka yang Mengklaim Bebas Gender
lima personel perempuan boyband asal Cina FFC-Acrush. FOTO/Billboard.com

tirto.id - Setelah K-Pop dari Korea Selatan, dan J-Pop dari Jepang yang populer dalam lebih dari satu dekade terakhir, kini muncul istilah C-Pop dari Cina, yang tampaknya akan jadi komoditas baru dari negeri pengekspor terbesar itu.

Salah satu yang tengah sibuk dipersiapkan adalah FFC-Acrush, sebuah boyband beranggotakan lima orang gender bender. Belum apa-apa, misalnya mengeluarkan lagu apalagi album, grup musik ini nyatanya sudah mengumpulkan hampir sejuta penggemar dan jadi berita internasional. Semua karena konsep gender bender yang mereka jual.

Memangnya apa gender bender itu?

FFC-Acrush adalah sebuah grup musik yang ingin disebut boyband. Sebagaimana umumnya, tentu anggota sebuah boyband beranggotakan pria. Namun, manajemen FFC-Acrush Zhejiang Huati Culture Communication lebih memilih lima orang perempuan (yang berpenampilan seperti pria) sebagai anggotanya. Di antaranya: Lu Ke Ran, Peng Xi Chen, Lin Fan, An Jun Xi, dan Min Jun Qian.

Hebatnya lagi, semua anggota tak ingin dipanggil dengan kata ganti laki-laki atau perempuan, melainkan “meishaonian”, yang berarti bebas gender dalam bahasa slang di Cina. Para penggemar bahkan memanggil mereka “suami”. Huruf "A" dalam nama FFC-Acrush sendiri adalah singkatan dari "Adonis", dewa pria yang cantik dari mitologi Yunani. Dalam foto-foto di Instagram-nya, kita bisa melihat betapa maskulinnya para member FFC-Acrush.

Dalam sejarah, para member FFC-Acrush adalah contoh gender bender—sebutan untuk orang-orang yang menolak konsep gender biner (binary gender) dengan penampilannya sehari-hari.

Gender biner sendiri adalah gagasan yang mengklaim kalau gender di dunia ini hanya terdiri dari dua macam: maskulin dan feminin. Sebuah gagasan yang kelak bekerja sama dengan konsep patriarki untuk mengoleksi kesenjangan gender. Dalam praktiknya, gender maskulin selalu dilekatkan pada pria, sementara feminin pada perempuan. Padahal, pengertian gender dan jenis kelamin sendiri berbeda.

Jenis kelamin adalah sesuatu yang hadir secara lahiriah dan alami. Misalnya bayi berpenis disebut laki-laki, dan bayi bervagina disebut perempuan. Tentu penis dan vagina memiliki fungsi yang berbeda secara biologis, membuat laki-laki tidak akan bisa menstruasi ataupun melahirkan seperti perempuan.

Sementara gender adalah perbedaan peran, hak, kewajiban, kuasa, dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Jika kelamin bersifat alami (nature), gender bersifat kultural, hasil bentukan sosial dan budaya, bisa sangat bersifat lokal dan berbeda-beda sesuai letak geografisnya, serta mempunyai sifat “menyesuaikan” dengan waktu, sebab gender seseorang berbeda-beda di daerah tertentu, di waktu tertentu pula.

Contoh yang paling umum adalah perempuan itu bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan anak dan suami sedangkan laki-laki bekerja di luar sebagai kepala rumah tangga. Di banyak kebudayaan, situasi itu bisa berlainan. Bahkan dalam kebudayaan yang sama sekali pun, zaman bisa membuat peran itu berubah. Kini, misalnya, jamak saja perempuan yang bekerja di luar dan laki-laki yang berada di rumah. Inilah gender.

Dalam praktiknya, patriarki mencampuradukan antara jenis kelamin dan gender, sehingga pelekatan istilah maskulin pada pria dan feminin pada perempuan sering kali mengundang kontroversi.

Deborah Prentice dan Erica Carranza dari Universitas Princeton punya studi yang membuktikan kalau pelekatan stereotip itu betul-betul lengket. Maskulin yang erat dengan laki-laki diidentikan sebagai: pemimpin, agresif, ambisius, analitis, tegas, atletik, kompetitif, keras pendirian, dominan, kuat, bersifat kepemimpinan, mandiri, individualis, mudah membuat keputusan, mandiri, punya sikap, kuat, dan berani ambil risiko.

Sementara feminin yang lekat pada perempuan berstereotip: pengasih, ceria, kekanak-kanakan, mudah tersentuh, tidak bermulut kasar, senang menenangkan perasaan sakit hati, gampang tersanjung, mudah ditipu, mencintai anak-anak, setia, peka terhadap kebutuhan orang lain, pemalu, lembut, berempati, mudah memahami, hangat, dan penurut.

Padahal berapa banyak dari kita yang punya adik perempuan yang susah diatur—tidak penurut sama sekali? Siapa saja yang punya ibu mandiri dan pemberani? Kamu, yang laki-laki, apa betul keputusanmu selalu mujur? Dan yang perempuan, apa tidak marah dianggap mudah ditipu, padahal yang membayar semua mekap-mu perempuan itu sendiri? Memangnya hanya perempuan yang cengeng dan tidak ada satu pun laki-laki yang tidak pernah mewek?

Sebagian orang sangat mudah meyakini kalau sifat-sifat yang sebenarnya dimiliki laki-laki dan perempuan itu adalah kodrati, alami, sesuatu yang dibawa lahir. Dan tak sadar kalau terjebak konsep maskulin dan feminin seumur hidupnya. Banyak negara bahkan memiliki kosakata bermuatan gender di dalamnya. Yang pernah belajar bahasa Jerman pasti tahu kalau kapal dan tas bersifat betina, sementara gunung dan Selasa bersifat jantan.

Perbedaan antara jenis kelamin dan gender pertama kali dikemukan oleh John William Money pada 1955. Pakar seksologi dan psikologi ini juga yang mengenalkan istilah orientasi seksual—terminologi yang digunakan untuk menjelaskan arah kencenderungan seksual seseorang. Contoh-contoh orientasi seksual adalah heteroseksual (tertarik pada lawan jenis), homoseksual (tertarik pada sesama jenis), aseksual (tidak tertarik pada jenis apa pun), serta biseksual (tertarik pada lawan dan sesama jenis).

Sementara, terminologi yang digunakan Money untuk menjelaskan orang yang memiliki orientasi seksual adalah identitas seksual, misalnya: lesbian (seorang perempuan yang melakukan seks dengan perempuan), gay (seorang pria yang melakukan seks dengan pria), transgender (orang yang mengidentifikasi jenis kelaminnya bukan seperti yang diidentifikasikan waktu lahir), dan cisgender (orang yang identifikasi jenis kelaminnya sesuai dengan identifikasi waktu lahir).

Dalam konsep Money, seseorang berjenis kelamin lelaki belum tentu bergender maskulin. Sebagaimana seorang transgender perempuan alias waria pasti hanya akan tertarik melakukan seks dengan pria.

Konsep Money ini membantu menjelaskan sebagian orang yang terlahir diidentifikasi sebagai laki-laki kemudian bertransformasi jadi perempuan tapi tetap tertarik melakukan seks dengan perempuan pula. Contohnya, bintang Youtube Gigi Gorgeous.

Bahkan dalam ilmu gender hari ini, yang sudah lebih berkembang, dikenal pula identitas seksual bernama panseksual—terminologi yang menggambarkan ketertarikan pada seluruh gender dan orientasi seksual. Artinya, seorang panseksual benar-benar tidak melihat ekspresi identitas seksual seseorang. Ia bisa tertarik pada cisgender, lesbian, gay, ataupun transeksual. Misalnya Miley Cyrus.

Teori Money pula yang menjelaskan mengapa pria berpakaian perempuan dan perempuan berpakaian pria di komik Jepang bisa saling jatuh cinta, dan sesekali diberi adegan ciuman atau senggama. Alasannya, karena pakaian tak ada kaitannya dengan kemudi selangkangan.

infografik gender bender ffc acrush

Konsep gender inilah yang menjelaskan mengapa transgender tidak termasuk ke dalam gender bender, sebab mereka yang transgender meyakini dirinya memang lahir di tubuh yang salah. Sementara seorang gender bender berpenampilan menyeberangi gendernya untuk meleburkan batas-batas antara maskulin dan feminin.

Kenapa sekat maskulin dan feminin harus ditebas?

Berdasarkan penelitian Official Journal of American Academy of Pediatrics, konsep gender biner yang menjunjung tinggi maskulin dan feminin sebagai peran gender utama di kehidupan sehari-hari, nyatanya malah mendiskriminasi gender lain. Menurut penelitian ini, gender biner membuat sistem kehidupan sekarang menjadi kejam pada gender di luar maskulin dan feminin, sehingga tindak kekerasan fisik dan psikologi marak dijatuhkan kepada mereka.

Tak hanya pada orang-orang yang memercayai keberagaman gender, konsep tersebut juga berdampak buruk bagi para penganut gender biner sendiri. Mereka yang meyamakan konsepsi gender dan jenis kelamin kebanyakan terjebak dalam konsep patriarki di dunia ini. Sehingga tak jarang menciptakan para misoginis: orang-orang yang membenci perempuan, baik secara sadar atau tidak.

Dalam konsep patriarki, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki dan perempuan juga lekat pada stereotipe maskulin dan feminin, sehingga dalam dunia patriarki perempuan adalah warga kelas dua yang lemah dan harus dilindungi. Sementara pria harus selalu jadi sosok yang kuat dan pantang merajuk apalagi menangis.

Keyakinan pada konsep ini yang kemudian menciptakan kesenjangan gaji antara pria dan perempuan, kekerasan seksual pada perempuan yang tinggi, angka kematian ibu dan anak yang tinggi, perempuan jadi lambang pemuas seks, laki-laki yang tak bekerja menjadi pecundang, dan semacamnya, dan sebagainya. Patriarki memang lebih banyak mengorbankan perempuan daripada laki-laki sendiri.

Dan di sanalah biasanya gender bender hadir. Untuk menunjukkan betapa beragamnya gender, dan menerobos batas antara maskulin dan feminin.

Tokoh-tokoh gender bender bukan cuma FFC-Acrush, dan jelas, munculnya tidak baru-baru ini saja. Istilah gender bender sendiri sudah ada sejak tahun 1960-an sampai 1970-an, masa-masa ketika pergerakan politik identitas marak di Amerika Serikat. Belakangan, milenial lebih mengenal istilah gender bender dari anime-anime atau manga-manga Jepang yang memang mengeksplorasi konsep gender cukup dalam.

Sebagian dari kita bahkan mungkin mengidolakan mereka, tanpa tahu ada kampanye kesetaraan dalam tiap penampilannya. Misalnya Prince, Madonna, David Bowie, Annie Lennox, Marilyn Manson, Andrea Pejic, atau mungkin calon superstar dari Cina: FFC-Acrush?

Baca juga artikel terkait GENDER atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Zen RS