Menuju konten utama

Mereka yang Mengidap Hiperpoliglot

Anda pernah bertemu seseorang yang menguasai banyak bahasa ? Atau mereka yang fasih berbicara Inggris, kemudian dalam waktu yang sama menuturkan dialek Jerman, Perancis, Arab, Pakistan, India, Indonesia, dan seterusnya ? Berarti Anda bertemu seorang Poliglot.

Mereka yang Mengidap Hiperpoliglot
Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Soekarno tercatat menguasai 9 bahasa.

tirto.id - Sampai saat ini, belum ada kesepakatan terkait dengan berapa bahasa yang harus dikuasai agar seseorang tersebut bisa disebut poliglot. Ada yang menetapkan empat, bahkan lebih. Sementara pakar linguistik di University College London, Richard Hudson lebih senang menggunakan kata hiperpoliglot untuk menyebut orang yang fasih berbicara dalam enam bahasa atau lebih.

Salah seorang hiperpoliglot terkemuka di dunia adalah Kardinal Giuseppe Mezzofanti. Ia lahir di Bologna pada tahun 1774 dan merupakan seorang profesor Bahasa Arab di Bologna University. Kemampuan tak biasa ini terdeteksi ketika ia mendengar seorang imam tua memberikan mata pelajaran bahasa Yunani dan Latin. Tanpa pernah membaca kedua buku tersebut, Mezzofanti muda mampu mengingat kedua bahasa tersebut dalam kata-kata yang sempurna.

Ia menguasai kurang lebih 70 bahasa. Pada suatu kesempatan, Paus Gregorius XVI pernah mengatur pertemuan antara Mezzofanti dengan sekelompok mahasiswa internasional. Para mahasiswa itu diberi kesempatan untuk berbicara dalam bahasa mereka masing-masing. Beberapa mahasiwa mengujinya. Ia terperangah saat mendapati sang Kardinal menjawab dengan bahasa negaranya masing-masing.

Tidak sekali Mezzofanti membuat bingung banyak orang. Pada kesempatan berbeda, Mezzofanti mendengar seorang cendekiawan Rusia, AV Starchevsky berbicara bahasa Ukraina. Saat itu, ia belum menguasai bahasa tersebut. Namun, dua minggu kemudian, Starchevsky terkesima mendapati Mezzofanti sudah fasih berbicara bahasa Ukraina, bahkan hampir setara dengan penutur aslinya. Sejak saat itu, hiperpoliglot menjadi pembicaraan banyak kalangan.

Mezzofanti bukan satu-satunya. Hiperpoliglot lainnya adalah Emils Krebs, seorang warga negara Jerman yang menguasai kurang lebih 68 bahasa. Kemampuan tersebut sudah dimulai sejak berusia 7 tahun, saat Krebs menemukan sebuah koran tua dalam bahasa asing. Ia bertanya kepada gurunya, bahasa apa yang terdapat di dalam koran itu? Gurunya menyebut koran Perancis lalu memberikan Krebs sebuah kamus berbahasa Perancis-Jerman. Beberapa bulan kemudian, Krebs sudah bisa menguasai bahasa tersebut dengan sangat fasih.

Adakah seorang Poliglot dari Indonesia ?

Seorang yang disebut-sebut sebagai poliglot pertama di Indonesia adalah Raden Mas Panji Sosrokartono. Kakak dari Raden Ajeng Kartini ini setidaknya menguasai kurang lebih 17 bahasa asing, antara lain, Belanda, Belgia, Austria, Perancis, Inggris, India, Mandarin, Jepang, Arab, Sansekerta, Rusia, Yunani dan Latin.

Sementara tokoh Indonesia lain yang menyandang predikat poliglot adalah Soekarno. Presiden pertama Indonesia itu setidaknya menguasai bahasa Jawa, Sunda, Bali, Arab, Belanda, Jerman, Prancis, Inggris dan Jepang. Selain itu, nama lain adalah Agus Salim, Menteri Luar Negeri Indonesia ke-3 ini setidaknya kurang lebih menguasai sembilan bahasa, antara lain Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, dan Jepang.

Hiperpoliglot kembali ramai diperbincangkan ketika Gayatri Wailissa muncul. Wanita asal Ambon itu mampu berbicara dan menulis kurang lebih dalam 14 bahasa antara lain, bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, India, Rusia, dan Tagalog. Ketertarikannya dimulainya sejak berusia 7 tahun. Ia sudah bisa menguasai 6 bahasa secara otodidak.

Menurut pengakuan sang ayah, Deddy Darwis Wailissa, dalam wawancaranya di Kick Andy, ia kerap mendengar anaknya berbicara sendiri dalam bahasa Jepang, kemudian secara tiba-tiba kembali dengan dialek lain bahasa Cina. Karena keahliannya itu, Gayatri pun sering mendapat tawaran sebagai juru bicara dari lembaga tingkat internasional seperti PBB, Unicef, Unesco, WTO, dan juga terpilih sebagai Duta Anak Tingkat ASEAN. Menurut pengakuan sang ayah, Gayatri pun sempat direkrut oleh Badan Intelejen Negara (BIN).

Tetapi sayang, wanita jenius itu tutup usia pada 23 Oktober 2014, tepat saat usianya masih 19 tahun. Dokter menemukan telah terjadi pecah pembuluh darah di otak akibat kelelahan berolahraga.

Penelitian Tentang Poliglot

Fenomena poliglot membuat banyak peneliti tertarik mengkaji hal ini. Berbagai pertanyaan muncul, mengapa seseorang begitu mudah menguasai banyak bahasa, sementara yang lainnya begitu susah untuk memperlajari bahasa asing? Faktor apa yang menyebabkan?

Dilaporkan oleh medicaldaily.com, Michael Erard, seorang jurnalis sekaligus penulis Babel No More: The Search for the World's Most Extraordinary Language Learners, mengatakan seorang hiperpoliglot tidak lahir dengan bakat khusus. Tetapi, kebanyakan dari mereka mendedikasikan hidupnya untuk belajar secara aktif guna menguasai berbagai bahasa.

Untuk mencari tahu lebih lanjut, pada 2004, para ilmuwan memiliki kesempatan untuk membedah otak Emil Krebs. Hasilnya, mereka menemukan struktur otak yang unik, tepatnya diwilayah Broca. Area Broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Area Broca terletak berdampingan dengan area Wernicke. Keduanya ditemukan hanya pada salah satu belahan otak saja, yakni pada bagian kiri.

Pertanyaannya, apakah seorang hiperpoliglot memiliki perbedaan otak sejak lahir atau karena berubah setelah sang hiperpoliglot memperlajari bahasa baru ?

Mereka pun sampai pada kesimpulan bahwa setiap jenis aktivitas yang melibatkan kognitif, seperti mengisi teka-teki silang, memainkan alat musik atau memperlajari bahasa, dapat membangun jalur saraf baru. Pembelajaran bahasa khususnya, tidak hanya menciptakan jalur saraf baru, tetapi juga memfasilitasi pembelajaran bahasa selanjutnya.

Meskipun memiliki struktur otak yang berbeda, Alex Rawlings, seorang hiperpoliglot asal Inggris yang menguasai 15 bahasa asing mengatakan, seorang poliglot tidak benar-benar berbeda dengan kebanyakan orang lainnya. Ia mengatakan, ketrampilan yang ia dapatkan justru dari ketekunan dan latihan, yang pada akhirnya memperkuat kinerja otaknya.

Pernyataan Rawlings diamini oleh para peneliti dari Lund University di Swedia. Mereka mengambil scan otak para angkatan bersenjata dari Interpreter Academy, mahasiswa jurusan kedokteran, dan mahasiswa bahasa.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan, para mahasiswa bahasa lebih unggul dalam menerima pelajaran bahasa. Otak mereka menunjukkan beberapa perubahan, terutama pada bagian yang memfasilitasi bahasa. Para peneliti menyimpulkan pertumbuhan otak menyebabkan seseorang siswa mudah untuk mempelajari bahasa asing.

Hal tersebut disadari oleh Rawlings, selama mengikuti proses belajar bahasa. Ia menjelaskan, meskipun berasal dari tingkat yang sama, ia jauh lebih mudah mencerna dan menguasai bahasa asing ketimbang teman-teman sekelasnya. Meskipun demikian, Rawlings percaya, siapa pun dapat menjadi hiperpoliglot dan mereka hanya membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar.

Bagaimana seorang hiperpoliglot mendapatkan kemampuannya?

Dikutip dari The Guardian, Susanna Zaraysky, seorang hiperpoliglot yang dapat berbicara tujuh bahasa mengatakan, kemampuannya dalam berbagai bahasanya itu tidak didapatkannya di sekolah, melainkan belajar melalui buku, mendengarkan lagu, film, TV dan radio.

Hal tersebut juga diamini oleh Dr. Kara Morgan, seorang profesor di University of Illinois, yang juga seorang pengajar bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan Yunani. Ia mengatakan kemampuan berbahasa bukan hanya persoalan pengajaran di sekolah, tetapi juga motivasi atau keinginan siswa tersebut memperlajari bahasa.

Pendapat Morgan dibenarkan oleh Dr. Viorica Marian, seorang peneliti bilingual atau multibahasa, ia mengatakan tidak ada kata terlambat dalam mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor kesuksesan tersebut justru ditentukan oleh motivasi dan ketekunan.

Sementara Gayatri mengatakan, untuk mengasah kemampuan tersebut ia menerapkan dua metode, yakni belajar melalui buku, menghapal kata dan tata bahasa. Yang kedua, mengulang percakapan di depan kaca, mendengarkan lagu, menonton film, dan mempelajari pronunciation yang mereka ucapkan. Seperti senada dengan Susanna Zaraysky, ia pun mengatakan, kemampuan hiperpoliglot tersebut justru didapatinya secara otodidak.

Baca juga artikel terkait POLIGLOT atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti