Menuju konten utama

Mereka yang Membunuh Keluarganya Sendiri

Apa yang membuat orang-orang ini tega menghabisi nyawa keluarga sendiri?

Mereka yang Membunuh Keluarganya Sendiri
Ilustrasi pembunuhan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kasus pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka 2 RT 02/07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Selasa (13/11/2018) lalu menyisakan kengerian sekaligus tanda tanya.

Sejauh ini, berdasarkan laporan Tirto, polisi masih menduga-duga apa motif di balik pembunuhan yang menewaskan empat orang tersebut. Untuk memastikannya, polisi telah memeriksa 12 saksi. Langkah itu merupakan bagian dari metode induktif kepolisian. Artinya, tim mulai memeriksa lokasi, saksi, lalu mencari barang bukti dan menganalisis. Dalam penyelidikan tersebut nantinya akan mengetahui petunjuk lain, termasuk jumlah pelaku.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, pada Selasa (13/11/2018) lalu, menyebut pelaku pembunuhan tersebut belum tentu dilakukan oleh orang dekat, kendati ada juga kemungkinan bahwa pelaku sudah mengenal korban.

Pada Rabu (14/11/2018) kemarin, penyelidikan dari tim gabungan dari Polda Metro Jaya dan Polres Bekasi Kota telah berhasil menemukan satu unit mobil milik keluarga yang dibunuh. Polisi kemudian berhasil menangkap salah satu terduga pelaku pembunuhan tersebut.

HS, inisial pelaku, ditangkap di Garut, Jawa Barat, pada Kamis (15/11/2018). Namun, hingga tulisan ini dibuat, belum ada konfirmasi lanjutan dari pihak kepolisian mengenai hasil pemeriksaan terduga.

Kasus Ronald Gene Simmons , Pembunuh 14 Anggota Keluarganya

Pembunuhan keluarga yang paling membikin terhenyak barangkali yang dilakukan oleh keluarga sendiri. Salah satu kasus paling mengerikan dan membikin geger Amerika Serikat pernah ditulis oleh New York Times "Sheriff Reconstructs the Murders of 16".

Terjadi terjadi tiga hari sebelum Natal 1987, pembunuhan ini dilakukan oleh seorang pria bernama Ronald Gene Simmons, di Conway, Arkansas, AS. Ia memakan korban 14 anggota keluarga di rumahnya yang terdiri dari istri, tujuh anak, empat cucu, dan dua menantunya.

Pembunuhan yang dilakukan Simmons berlangsung pada dua sesi. Sesi pertama terjadi pada 22 Desember 1987. Tiga korban paling awal adalah istrinya Rebecca, putra tertuanya yang bernama Gene, lalu cucunya, Barbara, yang baru berusia tiga tahun. Rebecca dan Gene dibunuh dengan cara ditembak menggunakan pistol kaliber 22, sementara Barbara tewas dicekik.

Ketiga mayat korbannya tersebut kemudian ditumpuk menjadi satu dalam sebuah liang yang sudah dipersiapkan Simmons. Setelahnya, ia menunggu kedatangan empat anak lainnya: Loretta, Eddy, Marianne, dan Becky. Setelah mereka datang, dimulailah pembunuhan itu.

Pembunuhan sesi kedua yang dilakukan Simmons terjadi pada 26 Desember 1987, persis setelah malam Natal. Tiga korban awal adalah putranya yang lain, Billy, istrinya Renata, dan anak mereka yang baru berusia 20 bulan bernama Trae.

Korban selanjutnya adalah Sheila. Dia adalah putri tertua Simmons. Ketika masih remaja, Sheila juga pernah diperkosa hingga hamil oleh Simmons. Ia tiba di rumah Simmons kala itu juga bersama keluarganya: suaminya, Dennis McNulty, lalu dua putrinya, Sylvia Gail (6 tahun, anak Ronald dan Sheila) dan Michael (21 bulan).

Dua hari berikutnya, Simmons kembali membunuh, tapi kali ini bukan anggota keluarganya. Korban pertama bernama Kathy Kendrick, seorang kasir di sebuah firma hukum yang sejak dulu menjadi obsesi seksualnya. Sementara korban satunya adalah J.D. Chaffin, pria asing yang ia temui di suatu perusahaan minyak di Russellville.

Setelahnya, Simmons menuju ke sebuah gedung bernama Woodline Motor Freight Company, melukai seorang wanita, lalu menunggu dengan santai hingga polisi datang menjemputnya. Simmons didakwa hukuman mati karena melakukan 16 kali pembunuhan. Pada 25 Juni 1990, ia menjalani eksekusinya dengan cara disuntik mati.

Mengapa Membunuh Keluarga Sendiri?

Simmons hanyalah satu dari sekian pembunuh yang tega menghabisi anggota keluarganya sendiri.

Pada 9 November 1971, ada seorang pria bernama John List yang membunuh istri, ibu, serta tiga anaknya: Patricia, Frederick, dan John Jr. Namun, berbeda dengan Simmons yang tidak jelas motifnya, List melakukan hal tersebut karena frustrasi usai dipecat dari kantornya.

List baru tertangkap 18 tahun usai pembunuhan tersebut, ketika usianya sudah 82. Ia dihukum lima kali penjara seumur hidup dan meninggal pada 2008.

Sementara salah satu kasus pembunuhan keluarga yang terhitung mencengangkan juga pernah terjadi pada Juni 2007. Pelakunya adalah seorang pegulat ternama WWE: Chris Benoit. Ia membunuh istri dan anaknya sebelum ia akhirnya gantung diri.

Hingga kini, tak pernah jelas apa motif Benoit melakukannya. Beberapa spekulasi menyebutkan, hal itu terjadi karena kerusakan syaraf yang ia derita setelah puluhan tahun menjadi pegulat. Ada juga yang menyebut bahwa keluarga itu sebetulnya dibunuh oleh musuh Benoit.

Dalam bahasa Inggris, ada istilah kriminal bagi seseorang yang membantai keluarganya: “family annihilators”. Dan kebanyakan dari pelakunya adalah laki-laki.

Sebuah studi berjudul "Characteristics of Family Killers Revealed By First Taxonomy Study" (Howard Journal of Criminal Justice, 15 Agustus 2013), yang menganalisis berbagai kasus pembunuhan di Britania Raya melalui berita di surat kabar sepanjang periode 1980-2012, menunjukkan: dari 71 pelaku pembunuhan keluarga, 59 di antaranya adalah laki-laki dan 55 persen dari mereka melakukannya di usia 30-an.

Infografik Membunuh keluarga sendiri

Menurut salah seorang agen FBI yang juga kontributor berita kriminal untuk ABC News, Brad Garrett, ada banyak alasan yang melatarbelakangi para pembunuh tersebut.

“Seringnya masalah ekonomi. Si laki-laki akan membunuh seluruh keluarganya karena mereka sudah kehilangan kemampuan untuk menyokong keluarganya. Ego laki-laki mereka terlukai,” ujar Garrett.

Namun demikian, Garrett tidak menganggap bahwa para “family annihilators” tersebut adalah orang-orang yang spontan. Sebab dalam banyak kasus yang ia tangani, biasanya pembunuhan dilakukan setelah persiapan selama berminggu atau berbulan-bulan. Seusai melakukan aksinya, mereka akan selalu menempuh dua hal berikut: menyerahkan diri ke polisi atau bunuh diri.

Faktor lain yang menyebabkan seseorang membunuh keluarganya juga dapat bermula dari pertengkaran suami-istri. Ketika keadaan kian parah dan berlanjut dengan permintaan istri untuk berpisah, muncullah kekerasan domestik. Menurut Dr Marilyn Gregory dari Sheffield University, inilah gejala serius yang amat mungkin berakhir dengan pembunuhan.

"Ketika sang perempuan mengatakan ingin bercerai, ketika itu pula si pria hancur. Dia merasa telah kehilangan kendali atas segalanya dalam hidupnya,” ujar Gregory kepada BBC. Yang mengejutkan, hal ini justru lebih sering terjadi pada laki-laki atau suami yang rutinitasnya justru normal belaka atau berada dalam kondisi “monotonous regularity”.

Hal mencengangkan lainnya turut diungkap oleh Jack Levin, profesor sosiologi dan kriminologi dari Northeastern University yang juga penulis buku Serial Killers and Sadistic Murderers: Up Close and Personal. Ketika ditanya apakah para pembunuh keluarga tersebut menyesali perbuatannya, Levin menjawab:

“Dari apa yang telah saya lihat, kebanyakan dari mereka tidak merasa sebagai penjahat. Sebaliknya, mereka justru merasa sebagai korban.”

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Maulida Sri Handayani