Menuju konten utama

Merek-merek Paling Mahal di Indonesia

Di Indonesia, 10 besar merek paling mahal dikuasai oleh bank dan perusahaan rokok. Berbeda dengan global, yang dikuasai oleh perusahaan teknologi. Bagaimanapun, rokok masih mendapat tempat penting di hati masyarakat Indonesia.

Merek-merek Paling Mahal di Indonesia
Orang-orang mengambil uang di ajungan tunai BCA. [Tirto/TF Subarkah]

tirto.id - Rokok boleh jadi dibenci. Namun, rokok ternyata sangat berharga bagi orang Indonesia. Dalam 10 besar “Brandz 50 Most Valuable Indonesian Brands”, rokok masih mendominasi. Ini karena sekitar 74 persen orang dewasa Indonesia adalah perokok.

Total nilai 50 merek paling berharga mencapai 66,17 miliar dolar, naik 2 persen dibandingkan tahun lalu. Secara global, 100 Most Valuable Brands tumbuh 3 persen antara 2015 ke 2016.

Brand-brand mahal ini didominasi oleh sektor jasa keuangan, properti, perusahaan manajemen, dan rokok. Sektor ini menguasai 22 dari 50 merek paling berharga.

Lima besar brand paling mahal menguasai 55 persen dari total nilai brand dalam Top 50. Kombinasinya mencapai 36,27 miliar dolar. Lima besar: BCA, BRI, A Mild, Telkomsel, dan Mandiri.

Berdasarkan daftar ini, Bank Central Asia (BCA) keluar sebagai juaranya. Nilai brand-nya mencapai 9,345 miliar dolar, turun 6 persen jika dibandingkan dengan nilai brand-nya di tahun lalu. Dari 10 besar, 5 di antaranya dikuasai oleh merek rokok.

Brand mahal BCA itu diperoleh melalui sebuah proses yang panjang, hampir 60 tahun. Melalui upaya masif baik iklan di televisi ataupun menjalin keterikatan dengan konsumen, BCA pada tahun ini berhasil menjadi bank terbesar di Asia Tenggara dari sisi kapitalisasi pasar hingga 24,5 miliar dolar. Tahun lalu, BCA berhasil menggeser DBS Singapura. Pada 2015, BCA mencatat laba hingga Rp18 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp16,5 triliun.

Saat ini, sebanyak 47 persen saham BCA dikuasai oleh keluarga Hartono, yang merupakan pemilik Grup Djarum. BCA cukup agresif berekspansi. ATM-nya ada hampir di seluruh pelosok negeri, jumlahnya total mencapai 17.000 ATM. Sementara cabangnya berjumlah 1.200. BCA juga menggencarkan branchless banking untuk menjangkau konsumen yang lebih luas lagi.

Iklan dan Keterikatan Konsumen

Meningkatnya nilai brand memang belum bisa lepas dari promosi besar-besaran. Iklan di televisi masih cukup efektif untuk meningkatkan jangkauan terhadap konsumen. Saat ini, belanja iklan televisi masih menguasai 65 persen dari total pasar iklan. Para pengiklan masih melirik karena televisi mampu menjangkau konsumen secara nasional dengan cepat dan efektif.

Namun, BrandZ mencatat, iklan televisi bukan lagi cara yang efektif untuk berkompetisi. Saat ini, membangun brand bukan sekadar beriklan secara jor-joran, melainkan dengan membuat sebuah keterikatan secara emosional dengan konsumen.

Sebagai merek paling mahal, BCA cukup gencar beriklan dan menggelar promosi. Pada 2015, BCA menghabiskan Rp1,087 triliun untuk biaya promosi. Biaya promosi itu hanya naik 8,7 persen. Namun, nilai itu lebih besar jika dibandingkan Bank Mandiri yang hanya Rp841,7 miliar .

Sementara perusahaan rokok cukup jor-joran beriklan. PT HM Sampoerna Tbk misalnya, mengeluarkan biaya iklan hingga Rp2,877 triliun selama 2015. Angka itu berarti naik hingga 13,6 persen. HM Sampoerna menempatkan tiga wakilnya dalam daftar 10 besar merek paling mahal. Ada A Mild, Dji Sam Soe, dan Marlboro.

Sementara pesaingnya, PT Gudang Garam Tbk mencatat belanja iklan dan promosi hingga Rp1,825 triliun. Ini berarti kenaikan hingga 34,7 persen. Gudang Garam menempatkan 2 wakilnya dalam 10 besar yakni untuk Surya dan Gudang Garam sendiri.

Brand-brand di Indonesia tetap tumbuh kuat di tengah kelesuan ekonomi Indonesia. Pada 2015, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,79 persen atau merupakan yang terendah dalam enam tahun terakhir. Melemahnya perekonomian Indonesia terutama disebabkan oleh lesunya perekonomian dunia.

“Kami melihat bukti-bukti yang jelas bahwa brand-brand yang kuat terlindungi dari kondisi eksternal yang sedang lesu. Dan selama 10 tahun valuasi Global BrandZ, kami melihat bahwa brand yang terkuat adalah mereka yang pulih dengan cepat,” kata David Roth, CEO The Store WPP, EMEA dan Asia.

Brand Global

Jika di Indonesia rokok masih menjadi penguasan merek termahal, tidak demikian secara global. Dalam daftar “Most Valuable Brand” dunia, BrandZ mencatat perusahaan-perusahaan teknologi sebagai penguasanya.

Secara global, nilai brand terus meningkat. Dalam “Top 100 Most Valuable Global Brands” mengalami kenaikan 3 persen menjadi 3,4 triliun dolar. Secara total selama 11 tahun penghitungan, nilai “Top 100 Most Valuable Global Brand” sudah mengalami kenaikan hingga 133 persen untuk periode 2006 dan 2016.

Berdasarkan daftar 2016, perusahaan teknologi menguasai 10 besar..

1. Google : $229,198 miliar

2. Apple : $228,460 miliar

3. Microsoft : $121,824 miliar

4. AT&T : $107,387 miliar

5. Facebook : $102,551 miliar

6. Visa : $100,800 miliar

7. Amazon : $98,988 miliar

8. Verizon: $93,220 miliar

9. McDonald’s : $88,654 miliar

10. IBM: $86,206 miliar.

Secara global, tidak ada perusahaan rokok yang masuk dalam daftar 10 besar merek paling mahal. Mungkin karena rokok bukan lagi hal yang populer di dunia. Berbeda dengan Indonesia yang masih “dikuasai” oleh perokok.

Baca juga artikel terkait ROKOK atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Marketing
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Suhendra