Menuju konten utama
Ramadan 2023

Meraup Cuan dari Bisnis Parsel Menjelang Hari Raya Idulfitri

Ardi sudah hampir 17 tahun menggeluti bisnis parsel. Idulfitri tahun ini menjadi momentum usai pandemi sejak Maret 2020.

Meraup Cuan dari Bisnis Parsel Menjelang Hari Raya Idulfitri
Pedagang parsel di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat . tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Sepuluh hari terakhir puasa menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Orang-orang biasanya memanfaatkan untuk berkirim parsel –bingkisan yang berisi berbagai hadiah—serta mempersiapkan keperluan hari kemenangan atau Idulfitri.

Tradisi jelang lebaran tersebut tentu menjadi peluang bagi sebagian orang untuk meraup cuan. Para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) biasanya menyulap dagangan mereka menjadi kebutuhan lebaran seperti parsel atau hampers.

Salah satunya adalah Ardi (41), pedagang parsel di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Ia termasuk pedagang yang sukses menjalani bisnis parselnya, apalagi saat menjelang Hari raya Idulfitri dan tidak ada lagi pembatasan seperti awal-awal pandemi Covid-19.

‘Station Orange’ toko parsel milik Ardi yang terletak di lantai satu gedung Gold Center tersebut, bisa meraup keuntungan lebih dari Rp20 juta per bulan. Ia juga memasarkan jualannya melalui WA dan e-commerce.

Ardi sudah hampir 17 tahun menggeluti bisnis parsel ini. Ia mengaku, bisnis parsel ini merupakan turunan atau warisan dari orangtuanya. Menurut dia, orangtuanya menginginkan Ardi melanjutkan bisnis keluarga tersebut.

Awalnya, orangtua Ardi menggeluti usaha parsel ini sejak Ardi berumur tiga tahun. Kini, Ardi menjalankan usaha orangtuanya sebagai generasi kedua.

Menurut Ardi, orangtuanya sempat memberikan pesan untuk membuka cabang bisnis parsel di tempat-tempat lain. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan karena untuk membuka cabang di tempat lain sangat sulit serta membutuhkan biaya yang banyak.

Persoalan jarak juga menjadi faktor penghalang keinginan Ardi untuk membuka cabang di tempat lain. Ia mengaku sudah nyaman berjualan di Gedung Gold Center Cikini ini.

Pedagang parsel

Pedagang parsel di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat . tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari

Dalam bisnis parsel ini, kata Ardi, butuh menggelontorkan modal cukup besar. Kisaran yang ia sebutkan adalah Rp100 juta ke atas. Hal ini, kata dia, karena parsel yang Ardi buat premium, banyak, serta beragam produknya.

“Kalau modal cukup besar, dan juga tergantung kita mengelolanya. Untuk modal mungkin angkanya belum bisa saya sebut pastinya, tetapi kalau kisaran bisa Rp100 juta ke atas untuk modal bisnis parsel ini,” kata dia saat ditemui reporter Tirto, di toko miliknya pada Minggu (9/4/2023).

Modal besar yang disebutkan Ardi, tidak terlepas dari penjualan parselnya dengan kategori premium dan bermerek. Ia menjual beragam paket parsel, mulai dari satu set cangkir di kisaran harga Rp200.000 hingga yang paling mahal di harga Rp3 juta pada lebaran tahun ini.

Menurut Ardi, produk parsel termahal tersebut berisi bingkai kaligrafi, microwave, oven, dan juga dinner set berupa piring, cangkir, gelas, dan alat makan lainnya.

Selain itu, kata Ardi, para konsumen yang ingin meng-custom atau mengisi parsel tersebut dengan produk lainnya, bisa dan akan dilakukan sesuai pesanan dan keinginan pembeli.

Ardi bercerita menjelang lebaran Idulfitri 2023 ini, omzet yang ia dapatkan semakin meningkat tajam. Ia mengaku, saat ini tengah kelabakan dalam mengontrol pesanan yang datang. Sebab, lebaran kali ini pesanan parsel sedang membludak.

“Untuk saat ini, omzet saya naik drastis di 70%, karena permintaan akan parsel ini kebanyakan seminggu sebelum para konsumen memesan dan menyerbu toko saya,” ungkap Ardi sambil tersenyum.

Meski demikian, bisnis yang Ardi geluti kadang mengalami kendala. Misalnya, produk isian parsel yang ia pesan kosong. Padahal Ardi sudah jauh-jauh hari memesan stok agar ketika ada konsumen yang mencari, barang tersebut selalu ada.

“Waktu itu saya pesan isian buat parsel sempat kosong. Saya mau tidak mau harus kejar-kejaran dengan waktu supaya pesanan parsel ini saat di tangan konsumen harus lengkap dan ada,” curhat Ardi.

Lalu, kesulitan kedua pada saat COVID-19 melanda Indonesia. Bisnis parsel Ardi saat itu sempat luntang-lantung tidak terarah. Gedung Gold Center yang tadinya dibuat untuk para pedagang parsel membuka lapak, ditutup pemerintah imbas pandemi.

Satu-satunya jalan yang Ardi tempuh saat itu ialah berjualan online, dan juga untuk jualan offline-nya ia mengandalkan garasi rumahnya. Ardi masih bersyukur pendapatan dari jualan parsel kala itu masih mencukupi kebutuhan keluarganya.

Menurut dia, omzet bisnis parsel miliknya saat pandemi turun hingga 50% atau bahkan lebih. Saat itu, ia pun terus memutar otak agar penjualan parselnya tetap hidup dan menguntungkan meski semua semua pergerakan sosial dibatasi.

Tahun ini adalah momentum baik bagi Ardi. Kasus COVID-19 sudah melandai dan pemerintah tidak lagi membuat pembatasan seperti tiga tahun sebelumnya. Ardi bersyukur bisnis parselnya saat ini kembali bangkit.

Pedagang parsel

Pedagang parsel di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat . tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari

Berawal dari Kecintaannya dalam Mendekorasi

Beralih ke cerita salah satu jasa perakit parsel di Rawabelong, Jakarta Barat, Ari Widyawati (50). Ia mengaku sudah menjalankan bisnis jasa perakit parsel ini mulai dari 2009 atau sejak 14 tahun yang lalu.

Dalam memulai bisnis ini, ia sedari dulu sudah mempunyai kecintaan terhadap dunia dekorasi. Dekorasi yang dimaksud seperti, mendekor pelaminan, dekorasi rotan untuk kebutuhan suatu acara, dan juga dekorasi parsel atau hampers.

Berbekal kesenangan itu, ia memutuskan membuka sebuah toko dengan jasa perakit parsel bernama ‘Melati Jaya Giri’ di daerah pasar bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Ari mengaku menggelontorkan modal awal sekitar Rp10 juta untuk memulai usahanya dalam kios berukuran 3x3 meter.

“Kurang lebih saya memulai usaha ini dari angka Rp10 juta ya, itu juga saat kios saya masih kecil dan barang-barang yang lain belum terlalu banyak,” kata Ari mengingat perjuangannya.

Ari mengatakan, dari toko Melati Jaya Giri ini ia bisa meraup keuntungan yang cukup besar. Apalagi saat mendekat lebaran Idulfitri, kata dia, cuan yang bisa dia peroleh bisa mencapai jutaan rupiah per harinya.

“Lumayan untungnya kalau sudah mau lebaran nanti, pendapatannya cukup untuk membayar pegawai, buat bayar THR dan lainnya,” kata Ari.

Ari mengatakan, untuk perakitan parsel pun beragam harga yang ia patok. Misal, harga Rp75.000 untuk kategori keranjang besi dan aksesoris lainnya. Sedangkan untuk yang termurah mulai dari keranjang parsel berbahan kayu hingga rotan berukuran kecil, ia banderol Rp25.000.

Sementara untuk isi parselnya, kata Ari, biasanya sudah disediakan konsumen. Ia hanya menjual jasa merakit dan mendekor parsel tersebut hingga terlihat cantik dan istimewa.

“Biasanya kalau isi, konsumen sudah kasih ke kami dan kebanyakan mereka biasanya kasih cangkir berbahan keramik, boneka, dan juga makanan, setelah itu kami rakit sebagus mungkin,” kata dia.

Ari bercerita, tidak mudah dalam merintis usaha jasa perakit parsel ini. Sebab, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keuntungannya, salah satunya adalah rotan. Ia bilang, harga kebutuhan pokok dari waktu ke waktu terus naik, dan hal tersebut juga berlaku untuk rotan yang ia jadikan bahan keranjang parsel.

“Saya juga menggunakan jasa para pembuat rotan yang standar, jadi harga sudah selalu pasti naik. Makanya, saya mau tidak mau ketika harga rotan naik, saya juga harus menaikkan harga jasa saya, sebab rugi dong kalau saya tidak menaikkan juga harga jasa saya,” jelasnya.

Ari menambahkan, walaupun tidak terlalu banyak mengambil laba, tapi ia tetap bersyukur dengan apa yang ia punya saat ini. Sebab, dari keuntungan yang ia dapat masih bisa membiayai para karyawannya.

Pedagang parsel

Pedagang parsel di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat . tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari

Kontribusi UMKM untuk Perkonomian RI

Sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia, di mana memiliki jumlah lebih dari 64,2 juta unit usaha, menyumbang 61,9 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97 persen terhadap tenaga kerja.

Namun demikian, UMKM masih menghadapi berbagai tantangan seperti akses pembiayaan, pemasaran, dan daya saing serta produktivitas.

“Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong kinerja UMKM salah satunya melalui akses pembiayaan seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR),” ujar Plt Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (9/4/2023).

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas UMKM melalui pembangunan sektor digital dan fintech.

Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, UMKM memiliki peran penting dalam menumbuhkan perekonomian ASEAN. Menkeu menyatakan, UMKM di kawasan ASEAN menyerap 35-97% tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 35-69% GDP pada masing-masing negara.

Karena itu, kata Sri Mulyani, UMKM harus dapat beradaptasi dan mengintegrasikan dirinya ke dalam ekonomi digital. “Ekonomi digital bahkan menjadi game changer bagi perekonomian sejumlah negara,” kata Sri Mulyani dalam keterangan tertulis, Rabu (29/3/2023).

Meski demikian, sejumlah negara ASEAN tercatat masih memiliki indeks inklusi finansial yang masih rendah. Oleh karenanya, Sri Mulyani menekankan pentingnya mengambil langkah strategis dengan menggencarkan inklusi serta literasi finansial sekaligus mengakselerasi keuangan digital bagi UMKM.

Sri Mulyani menjelaskan, inklusi dan literasi finansial bagi UMKM bermanfaat dalam pengembangan kapasitas bisnis dan perluasan akses pasar. Salah satu bentuk digitalisasi yang sangat berpengaruh bagi UMKM adalah sistem pembayaran secara elektronik.

Akan tetapi, Sri Mulyani menekankan, digitalisasi tidak bisa lepas dari risiko yang menyertai. Sehingga, diperlukan kerangka bauran kebijakan agar ekosistem digital dapat berjalan secara optimal, menguntungkan, mudah diakses, murah, dan aman.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2023 atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Abdul Aziz