Menuju konten utama

Menyukseskan Program Menyusui dengan Menjadi Ayah ASI

Ayah ASI bisa berperan besar dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif.

Menyukseskan Program Menyusui dengan Menjadi Ayah ASI
Ilustrasi Ibu menyusui anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Lewat sebuah perhelatan maraton di Bali tahun 2015, Ashobru Dhia (37) tergugah bergabung menjadi Ayah Air Susu Ibu (ASI). Singkat cerita, ketika tengah menyelesaikan garis finish, di kilometer 35 Dhia disusul oleh seorang pelari yang menggunakan kaos bertuliskan: "Menyusui lebih dari sekadar memberi ASI”.

"Saya langsung cari tahu tentang komunitas ini dan gabung dengan Ayah ASI Runners yang merupakan unit dari Komunitas Ayah ASI," katanya, berkisah kepada Tirto, Jumat, (2/8/2019).

Di dalam komunitas itu, Dhia belajar banyak hal soal menjadi suami siaga dalam periode menyusui istri. Ia merasa, suami harus ikut bertanggung jawab memastikan istri nyaman saat menyusui dan anak mendapat hak ASI eksklusif. Pernah suatu kali mesin pendingin di rumahnya rusak, dan semua cadangan ASI harus dibuang.

Isterinya sempat sedih karena takut tak bisa mencukupi kebutuhan ASI anak mereka. Dengan sigap Dhia langsung turun tangan membantu mencari donor ASI, sembari membesarkan hati dan meyakinkan sang istri bahwa dia mampu mencukupi kebutuhan ASI untuk sang anak. Hal-hal lain yang dilakukan Dhia sebagai Ayah ASI termasuk membantu mencarikan ruang menyusui saat di luar rumah, dan membersihkan alat pemerah susu usai digunakan. Atas kerjasama apik itu, istri Dhia mampu memberikan ASI ekslusif hingga usia 12 bulan penuh.

"Hal-hal sesederhana itu bisa menyejukkan hati ibu dari anakku. Klise, but trust me it works!" ujarnya.

Bahagia Adalah Kunci

Memberikan ASI pada anak memang bukan hanya tanggung jawab sang ibu. Pasangan juga sebaiknya berperan dalam mendukung proses ini. Peran pasangan bisa memengaruhi kualitas menyusui.

Di dalam ASI, terdapat nutrisi ideal yang diciptakan khusus sesuai kebutuhan tiap bayi. Karenanya, bayi hanya butuh ASI sebagai satu-satunya asupan makanan di bulan pertama kehidupan mereka. Masalahnya, jumlah dan kualitas ASI juga bisa berubah-ubah. ASI macet, puting lecet, bahkan kekhawatiran soal kecukupan ASI dapat menurunkan rasa percaya diri yang berakibat pada turunnya kualitas maupun kuantitas ASI.

Siklus yang jamak terjadi: ibu cenderung stres karena ASI macet atau putingnya lecet. Rasa tertekan itu memengaruhi jumlah ASI. Ketika melihat ASI makin sedikit, dia makin stres. Dan situasi ini akan terus berulang, seperti lingkaran tiada akhir.

Kunci utama menyusui adalah perasaan tenang, rileks, dan sabar. Bayi sangat menyukai kondisi ibu yang bahagia dan memiliki afirmasi positif karena mereka bisa ikut merasakannya. Berbagai penelitian menunjukkan dukungan dari suami dan keluarga bisa memengaruhi keberhasilan menyusui. Studi yang terbit di International Breastfeeding Journal (2013) contohnya.

Studi ini dilakukan pada 76 ibu di sebuah klinik kesehatan di Kanada. Dari hasil wawancara, para peneliti menyimpulkan bahwa dukungan aktif dari pasangan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan menyusui. Sedangkan bagi ibu yang memiliki pasangan cuek atau memberi respons negatif soal menyusui, kepercayaan diri dan kemampuan menyusui mereka jadi lebih rendah.

“Hubungan harmonis (suami) dengan istri pada masa menyusui mampu meningkatkan kerja hormon oksitosin,” ujar Jeanne Roos, dokter spesialis anak dan konselor laktasi di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan

Hormon oksitosin ini akan memengaruhi konstraksi otot di saluran ASI sehingga payudara mampu mengeluarkan ASI.

“Suami bisa membantu menciptakan suasana tenang dan aman bagi istri, memberikan pijatan, atau membantu merawat si kecil,” kata Jeanne.

Cara Menjadi Ayah ASI

Para suami bisa ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program menyusui dengan menjadi ayah ASI, sama seperti yang dilakukan Dhia.

Peran itu bisa dimulai dengan memberi motivasi, dukungan, dan pujian kepada ibu guna meningkatkan rasa percaya diri mereka. Suami juga harus siap menjadi pendengar yang baik, siapkan waktu khusus untuk bicara jujur tentang perasaan masing-masing soal hadirnya anggota keluarga baru dan cara mengasuhnya.

Para ayah ASI ini juga bisa berperan dalam pengasuhan. Misalkan bergantian menggendong bayi, sekaligus memberikan waktu istirahat bagi ibu. Cara lain: membantu pekerjaan rumah sehingga ibu bisa sering-sering menyusui bayi. Ingatkan juga agar ibu makan dan minum secara cukup dan teratur agar kesehatannya terjaga serta pasokan ASI-nya mencukupi.

“Jika ibu punya masalah dalam menyusui, dorong untuk mendapatkan bantuan spesialis,” demikian saran yang dinukil dari laman NCT.

Infografik Ayah Asi

Infografik Ayah Asi. tirto.id/Quita

Meski menyusui berlangsung secara alami, tapi bukan berarti semua ibu bisa lancar menyusui. Perlu pengetahuan dan strategi khusus agar proses menyusui selama enam bulan berjalan lancar. Masih dari International Breastfeeding Journal (2013), peneliti mengungkapkan bahwa informasi penting soal menyusui kebanyakan diterima dari konsultan laktasi, perawat, dan anggota keluarga.

“Kelas prenatal memberikan pemahaman soal posisi dan pelekatan bayi 25 persen, interaksi suportif 29 persen, dan bersabar ketika menyusui sebanyak 17 persen.”

Penelitian lain yang terbit di Journal of Human Lactation (2013) juga menuliskan: keterlibatan suami membuat proses menyusui jadi optimal. Pengetahuan suami seputar laktasi juga terbukti membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang berkaitan dengan persalinan serta menyusui.

Sedangkan untuk para ibu, disarankan bertemu dengan tenaga kesehatan atau konselor laktasi, setidaknya tujuh kali selama masa kehamilan dan setelah persalinan.

Pada pertemuan pertama dan kedua yang dilakukan ketika hamil, ibu dan tenaga kesehatan bisa berdiskusi tentang manfaat, manajemen, proses, dan kendala yang mungkin dihadapi ketika menyusui.

Pertemuan ketiga dilakukan setelah persalinan, dan isinya adalah bimbingan kontak kulit dini antara ibu dengan bayi saat Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Lalu dilanjut dengan kontak keempat, yang dilakukan 24 jam setelah persalinan. Di momen ini, ada bimbingan posisi menyusui yang baik dan bantuan pelekatan mulut bayi pada payudara.

Kontak kelima akan membahas kendala yang dihadapi selama menyusui dalam seminggu pertama. Sementara kontak keenam dan ketujuh dilakukan pada satu dan dua bulan usai melahirkan, dan membahas persiapan bekerja, cara memerah, penyimpanan, dan pemberian ASI perah.

Baca juga artikel terkait ASI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nuran Wibisono