Menuju konten utama

Menyembunyikan Kali Item dari Mata dan Hidung Atlet

Beberapa upaya sudah dilakukan Pemprov DKI untuk memperbaiki Kali Item, tapi gagal. Akhirnya jalan cepat dilakukan: menutupnya.

Menyembunyikan Kali Item dari Mata dan Hidung Atlet
Petugas UPK badan Air menutup Kali Adem yang terletak di depan Wisma Atlet dengan menggunakan jaring hitam, Jakarta, Jumat (20/7/2018). Sungai dengan air berwarna hitam tersebut ditutupi jaring untuk mengurangi bau tak sedap dari Kali Adem sekaligus mensiasati estetika tata kota jelang gelaran Asian Games 2018. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Dalam balutan jersey tim nasional sepakbola Inggris medio 2000an, dengan santai Sukino mengaduk kopi dari atas motornya untuk disajikan ke seorang pembeli. Ia tak peduli dengan bau busuk yang sesekali muncul dari Kali Item, Sunter Jaya, Jakarta Utara, yang tepat ada di seberangnya.

"Kalau dulu malah lebih menyengat," kata Sukino yang duduk di sebelah saya sembari melihat kali yang tepat ada di seberang.

Sudah 35 tahun Sukino tinggal di kawasan Sunter Jaya. Sembilan tahun terakhir, dia mendapat amanah jadi Ketua RT di tempat tinggalnya. Seharusnya tak ada lagi yang membuatnya bisa merasa heran atas apa saja yang terjadi di sana.

Namun, ia tetap saja terkejut ketika ada petugas yang memasang jaring berwarna hitam berbahan nilon (disebut kain waring) di sepanjang Kali Item minggu lalu. Ia mengaku baru pertama kali itulah melihat sebuah kali ditutupi penuh, setidaknya sejak pertama kali tinggal di kawasan itu 1983 silam.

Menjelang penyelenggaraan Asian Games 2018, pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mempercantik ibu kota. Salah satunya dengan berusaha menjernihkan Kali Item yang berada tepat di belakang Wisma Atlet, tempat tinggal para olahragawan dan staf resmi yang berasal dari 45 negara peserta.

Seperti namanya, air di sana memang hitam pekat dan menyebarkan bau busuk. Nama asli Kali Item adalah Kali Sentiong.

Berbagai cara sudah dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk membuat Kali Item tidak hitam dan berbau lagi, salah satunya ialah dengan memasang aerator (mesin penghasil gelembung udara) dan nano bubble (mesin penginjeksi gas ke dalam cairan) di sekitar kali.

Selain itu, dua mesin aerator pun dipasang pula di Waduk Sunter yang merupakan salah satu sumber air Kali Item. Walau begitu, rupanya upaya itu tak berhasil.

Diburu waktu yang tinggal sebulan lagi, akhirnya Pemprov DKI Jakarta menggunakan jalan pintas: alih-alih membersihkan, kali malah ditutupi agar tak terlihat. Kain waring ini memiliki lebar 20 meter, dan terbentang sejauh 689 meter dari Jembatan Mato hingga Jembatan Jubilee School.

Tujuannya jelas, untuk menutupi keruhnya Kali Item sekaligus berharap bau busuk akan berkurang, meski menurut Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno pada Juli lalu itu sudah tidak tercium. Hal ini tampaknya berhasil, setidaknya menurut Sukino.

Meski begitu, masalah tak serta merta selesai. Jika matahari sudah lingsir, daerah ini biasa jadi tempat muda-mudi berkumpul. Biasanya mereka meninggalkan banyak sampah. Apa saja, dari puntung rokok sampai plastik minuman.

"Takutnya nanti sampahnya dibuang ke tengah [kain]. Kan makin susah mengambilnya," katanya.

Masih Ada Ikan

Sukino masih duduk di samping saya. Ia mengenang ketika ia baru datang ke Jakarta. Katanya, air di Kali Item ini masih cukup jernih, bahkan masih dengan gampang buat siapa saja melihat ikan di dalamnya. Selain itu, kawasan sekitar Kali Item juga belum banyak diisi bangunan.

"Dulu, di belakang [kampung] itu ada kebun kangkung," katanya.

Keadaan berubah saat memasuki dekade 1990an. Kaum urban mulai memadati Jakarta, kebun-kebun kangkung tergusur dan digantikan dengan rumah.

Awalnya, pemukiman penduduk hanya memenuhi daerah yang jauh dari sungai. Lama-kelamaan mulai meluas hingga ke bibir sungai.

Asep Syaifudin datang ke kawasan Sunter Jaya dari Kuningan, Jawa Barat, sejak tahun 1998. Di Jakarta, ia memiliki satu warung rokok yang lokasinya bertepatan di bibir Kali Item. Laki-laki 45 tahun ini mengakui kalau Kali Item sudah keruh sejak ia pertama datang.

"[Di] pinggir [kali] semua itu banyak yang bangun rumah," kata Asep sambil menunjuk sungai.

Akibatnya, badan sungai menyempit. Warga pinggir kali pun membuang semua limbah rumah tangga ke Kali Item. Mulai dari limbah dapur hingga limbah kamar mandi. Warga di kawasan hulu pun melakukan hal yang sama.

Keadaan makin buruk kala limbah dan sampah bercampur dengan endapan yang berasal dari hulu. Akibatnya, air jadi keruh dan akhirnya menghitam.

"Kalau lagi musim panas, menyengat baunya. Bau jamban emang, bukan bau got lagi. Bau jamban!" Katanya dengan nada meninggi.

Keadaan mulai berubah kala Wisma Atlet hendak dibangun pada awal 2016 lalu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur permukiman di pinggir kali dan memindahkan warga ke rusun Cakung dan rusun Marunda.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya mulai menata Kali Item. Bantarannya dipasangi beton dan diperlebar hingga 20 meter. Selain itu, lokasi yang dulunya permukiman warga kini jadikan jalan raya dua lajur. Pasukan oranye juga siaga membersihkan kali setiap hari, walau ternyata masih belum berhasil.

Asep mengapresiasi langkah Pemprov DKI Jakarta memasang kain waring hitam. Menurutnya, langkah itu bagus sebagai kamuflase, mengingat waktu penyelenggaraan Asian Games yang makin mepet.

"Ibaratnya kan ini cuman ditutup-tutupi, tapi langkah ke depannya harusnya dibersihkan beneran juga," kata Asep.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino