Menuju konten utama

Menteri Jonan Minta Lembaga Penanganan Bencana Tidak Egois

"Para geolog dan fulkanolog, sebagian membaca instrumen, sebagian gerakan tanah. Saya minta, tidak boleh ego," kata Jonan. 

Menteri Jonan Minta Lembaga Penanganan Bencana Tidak Egois
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan keterangan pers capaian kinerja Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (4/1/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Menteri Sumber Daya dan Energi Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, berbagai lembaga yang menangani soal mitigasi bencana harus berkoordinasi dengan baik.

Pasalnya, kata Jonan, bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi muncul tanpa peringatan dini. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari beberapa bencana alam seperti gempa Lombok, tsunami di Palu, hingga tsunami di Lebak Banten akibat adanya aktivitas Anak Gunung Krakatau.

Meski sulit ditebak, namun Jonan mengatakan bencana alam tetap bisa diprediksi melalui gejala dan getaran tanah yang bisa dibaca dengan teknologi yaitu dengan alat sesimometer.

"Para geolog dan fulkanolog, sebagian membaca instrumen, sebagian gerakan tanah. Saya minta, tidak boleh ego," kata dia di Geoseminar Strategi Mitigasi Gunungapi Anak Krakatau di Kawasan Selat Sunda di Kantor Kementerian ESDM Jakarta Pusat Senin (21/1/2019).

Ia menegaskan, perlu adanya kerja sama dengan berbagai institusi agar prediksi dan penelitian mengenai mitigasi bencana bisa lebih akurat.

"Pendapatnya secara resmi pemerintah ada sendiri di badan geologi, tapi hasilnya apa masukan kepada instansi lain, harus terbuka. Kita mengundang ahli dari instansi lain, lembaga ilmu pengetahuan, supaya bisa kaya. Hal disampaikan mendekati keakuratan yang tinggi. Tidak boleh ada ego institusi apalagi ego pribadi," kata Jonan.

Terkait dengan mitigasi bencana ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memasukkan pendidikan kebencanaan mulai tahun 2019 sebagai bagian dari mitigasi bencana, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Ahli Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mudrik Daryono mengatakan, apabila benar-benar ingin memasukkan pendidikan bencana, maka Indonesia harus belajar dari Jepang.

"Iya, saya pikir begitu, jadi untuk pendidikan Indonesia masih belum. Karena saya dengar Jokowi itu minta untuk dimasukkan dalam kurikulum. Itu satu hal yang baik," ujarnya kepada Tirto pada Desember lalu.

Mudrik menambahkan, anak-anak di Jepang sudah rutin dilatih untuk memahami adanya potensi ancaman bencana alam. Menurut dia, Indonesia juga bisa mengadopsi cara-cara tersebut agar mereka dapat mengurangi risiko yang tidak diinginkan.

"Bagaimana mereka harus melakukan evakuasi terhadap diri sendiri. Itu yang menurut saya yang harus dilakukan di pendidikan kita, sehingga mereka mengetahui mana daerah yang rawan bencana tsunami. Sehingga bisa memahami bagaimana cara mitigasi bencana," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait MITIGASI BENCANA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto