Menuju konten utama

Mentan Tegaskan 4 Juta Hektare Lahan Tidur Harus Digarap

Mentan menjelaskan, selain untuk tanaman pangan, lahan tadah hujan itu bisa juga digunakan untuk menanam komoditas perkebunan, seperti tebu sebagai bahan baku gula pasir.

Mentan Tegaskan 4 Juta Hektare Lahan Tidur Harus Digarap
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (tengah) meninjau tanaman bawang putih di perladangan lereng gunung Sumbing Desa Petarangan, Kledung, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (12/4). ANTARA FOTO/Anis Efizudin.

tirto.id - Empat juta hektare lahan "tidur" atau tadah hujan harus digarap secara maksimal demi mewujudkan lumbung pangan dunia. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat mengadakan kunjungan kerja empat menteri dalam rangka membangun kejayaan Sembalun, di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Lebih lanjut Amran menjelaskan bahwa cita-cita mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia adalah mimpi besar. "Itu mimpi besar kita. Kita bangunkan raksasa tidur di Indonesia, berupa empat juta hektare lahan tadah hujan," kata Amran, Rabu (24/5/2017).

Lebih lanjut dia menjelaskan, selain untuk tanaman pangan, lahan tadah hujan tersebut bisa juga digunakan untuk menanam komoditas perkebunan, seperti tebu sebagai bahan baku gula pasir. Menurutnya, dengan begitu Indonesia tidak lagi bergantung dari impor, bahkan bisa mengekspor.

Ia menjelaskan, salah satu langkah untuk memaksimalkan potensi jutaan hektare lahan tadah hujan itu adalah membuat embung dengan memanfaatkan dana desa yang nilainya mencapai Rp750 juta hingga Rp1,2 miliar per desa.

Amran bahkan memberi saran kepada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk memberikan sanksi berupa tidak ada penambahan hingga penghentian anggaran bagi desa yang tidak membangun embung.

"Kami juga lakukan tindakan tegas. Bupati yang tidak meningkat produksi pertaniannya, anggarannya kami nolkan. Ada 10 bupati yang kami beri sanksi," ujarnya.

Menurut Amran, dengan memberikan sanksi itu, desa diharapkan memiliki kesadaran membangun embung yang bisa menampung air hujan untuk mendukung pengairan lahan tadah hujan. Dengan adanya embung di desa-desa, kata dia, diharapkan ada peningkatan indeks pertanaman dua hingga tiga kali tanam di lahan tadah hujan tersebut.

"Kalau itu dilakukan di lahan tidur seluas empat juta hektare bisa menghasilkan Rp200 hingga Rp300 triliun," kata dia.

Ia mengatakan jika produksi tanaman pangan Indonesia meningkat, maka akan bisa menyelamatkan devisa negara karena tidak perlu lagi melakukan impor. Hal itu bisa terjadi pada komoditas bawang merah. Nilai devisa yang bisa diselamatkan sebesar Rp20 triliun. Demikian juga pada tanaman padi karena pada 2017 Indonesia tidak lagi mengimpor beras.

Amran mengatakan apabila desa mampu meningkatkan produksi pertanian dan harganya relatif stabil, maka ketahanan pangan semakin kuat. "Kalau desa bangkit dan pangan kuat, maka ketahanan negara juga kuat. Pasti rakyat gak mikir macam-macam. Tapi kalau miskin apa pun dilakukan termasuk demo karena tidak ada kerjaan," kata Mentan.

Baca juga artikel terkait KETAHANAN PANGAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto