Menuju konten utama

Mentan Sebut Butuh Waktu 6 Bulan Selesaikan Krisis Kedelai

Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan butuh waktu sekitar enam bulan tanam untuk memenuhi suplai kedelai demi kebutuhan produksi pabrik tahu dan tempe.

Mentan Sebut Butuh Waktu 6 Bulan Selesaikan Krisis Kedelai
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (ketiga kanan) berbincang dengan petani kacang di Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho.

tirto.id - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan butuh waktu sekitar enam bulan tanam untuk memenuhi suplai kedelai demi menutupi kebutuhan produksi pabrik tahu dan tempe.

Syahrul menjelaskan, pihaknya akan mengoptimalkan proses tanam melalui kerja sama dengan pengembang kedelai.

“Kita coba melipatgandakan kekuatan yang ada sehingga tentu saja dengan hitungan sekian hari, ini kan membutuhkan 100 hari minimal kalau pertanaman. Dua kali 100 hari [6 bulan] bisa kita sikapi secara bertahap sambil ada agenda seperti apa mempersiapkan ketersediaannya. Paling penting ketersediaannya, bukan cuman harga,” jelas dia, usai rapat menyiapkan ketersediaan kedelai dalam negeri untuk kebutuhan bahan baku tempe dan tahu, di Kementerian Pertanian, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Senin (4/1/2021).

Ia menjelaskan, kenaikan kedelai impor menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk lebih mempercepat ketahanan pangan. “Ini menjadi pelajaran untuk kita semua sehingga kekuatan lokal dan nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan itu,” jelas dia.

Rencana program ketahanan pangan terutama kedelai, kata Syahrul, baru bisa bertahap terpenuhi minimal 100 hari tanam. Mengenai kebijakan yang akan dilakukan dalam waktu dekat untuk memenuhi kebutuhan pabrik tahu dan tempe, pihaknya baru akan melakukan koordinasi dengan kementerian lain yang terkait.

“Saya akan sikapi di lapangan. Saya tidak mau janji dulu karena saya lagi kerja. Sampai lapangan, bukan cuman koordinasi, implementasi yang paling penting. Makanya bukan cuman pernyataan pernyataan aja, tapi bagaimana agenda aksi itu bisa kita lakukan di lapangan,” kata dia.

Sebelumnya, para pengrajin tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) memutuskan untuk mogok produksi sebagai langkah protes dari kenaikan harga kedelai impor yang mencapai 50 persen. Pada Desember 2020, harga kedelai dunia tercatat sebesar 12,95 dolar AS/bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 11,92 dolar AS/bushels.

Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 dolar AS/ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 dolar AS/ton.

Pada Desember 2020, permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Baca juga artikel terkait KEDELAI IMPOR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri