Menuju konten utama

Menko Ekonomi Jelaskan Alasan di Balik Turunnya Harga Karet

Produksi karet di Shanghai, Cina dan Singapura berbeda dengan Indonesia. 

Menko Ekonomi Jelaskan Alasan di Balik Turunnya Harga Karet
Pekerja menderes getah karet di kawasan kebun karet Desa Alue Garut, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Aceh, Kamis (25/1/2018). ANTARA FOTO/Rahmad

tirto.id - Berdasarkan data Index Mundi, pergerakan harga karet di Asia hari ini sekitar 1,58 dolar AS per kilogram. Padahal, harga karet sempat menyentuh angka tertingginya pada Maret lalu sekitar 1,76 dolar AS per kilogram.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, saat ini memang tengah terjadi keanehan atau anomali pada harga karet di pasar ekspor terutama di Asia.

Keanehan yang dimaksud, harga turun padahal tidak terjadi kelebihan pasokan atau over supply yang biasanya jadi pemicu harga komoditas turun.

"Hasil evaluasi kita bersama menunjukkan pergerakan harga karet alam belakangan semakin tidak sesuai dengan supply demand-nya. Artinya, kelebihan supply terhadap demand-nya kecil, tapi harga karetnya terus turun. Artinya tidak sesuai dengan fundamental," kata Darmin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (25/2/2019).

Darmin menjelaskan, pemicu utama jatuhnya harga karet ternyata adalah pembentukan harga di future market atau pasar berjangka yang memperjualbelikan nilai kontrak dari sejumlah komoditas seperti emas, minyak bumi, sawit hingga karet.

Adapun future market yang dimaksud Darmin adalah Shanghai, Cina dan Singapura. Karena, di negara-negara tersebut terdapat produksi karet dengan jenis berbeda dari biasanya digunakan sebagai bahan campuran peralatan kesehatan.

Kondisi tersebut, kata Darmin, mempengaruhi harga karet alam di Indonesia termasuk sejumlah negara produsen karet lain di Asia seperti Malaysia dan Thailand.

"Pembentukan harga karet alam langsung atau tidak langsung dipengaruhi bursa-bursa future market terutama di Shanghai, China, Jepang, di Singapura juga,” kata dia.

Di negara tersebut, jenis karet yang diperdagangkan biasanya digunakan sebagai bahan baku peralatan medis seperti sarung tangan karet.

“Karena bursa di Shanghai itu menyangkut karet yang bukan karet alam yang tidak kita kenal. Itu karet lain yang digunakan untuk keperluan alat-alat kesehatan yang kualitasnya tinggi daripada karet alam dipakai untuk industri ban mobil,” jelas Darmin.

Pernyataan Darmin diamini oleh Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo. Sehingga, ia mendukung kebijakan yang diputuskan tersebut.

“Ini yang menyebabkan harga karet jatuh karena bursa Shanghai sangat likuid dan tinggi sekali permainan spekulasinya. Dengan upaya ini (lima keputusan kebijakan) kita coba mencubit pasar global mengembalikkan harga ke level yang remunerative,” jelas dia.

Baca juga artikel terkait HARGA KARET atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto