Menuju konten utama

Menkeu Sebut Perusahaan Keuangan Dominasi Kapitalisasi Pasar BEI

Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi nilai ekonomi industri digital di Indonesia meningkat mencapai 145 miliar dolar AS pada 2025.

Menkeu Sebut Perusahaan Keuangan Dominasi Kapitalisasi Pasar BEI
Warga mengamati aplikasi-aplikasi 'start up' yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/AWW.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menuturkan, perusahaan-perusahaan keuangan saat ini telah mendominasi kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Beberapa diantaranya seperti sektor perbankan, telekomunikasi, dan e-commerce.

"Lima terbaik dari perusahaan-perusahaan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teknologi dan dunia digital," katanya Sri Mulyani dalam Pembukaan Profesi Keuangan Expo 2022, di Jakarta, Senin (10/10/2022).

Lebih lanjut, dia menuturkan ekonomi digital tidak hanya identik dengan perusahaan rintisan alias startup dan e-commerce. Tetapi juga mencakup berbagai entitas yang sebelumnya sudah mapan dengan cara kerja konvensional dan kini beralih ke digital.

Perbankan misalnya, meskipun sudah lama memberikan layanan berbasis internet, saat ini perusahaan keuangan tersebut tetap harus melakukan inovasi dalam memberikan pelayanan melalui platform digital.

Menurut Sri Mulyani ekonomi digital adalah salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sendiri telah mencatat nilai ekonomi industri digital di Indonesia pada 2021 bisa mencapai 70 miliar dolar AS.

"Angka ini bahkan akan diperkirakan meningkat mencapai 145 miliar dolar AS pada 2025," ungkapnya.

Walaupun digitalisasi menghadirkan peluang dan membantu meningkatkan efisiensi serta kualitas, Sri Mulyani tidak menampik digitalisasi dan teknologi juga berpotensi menimbulkan risiko besar, distorsi, serta disrupsi.

Seperti risiko terkait penggunaan big data yang memiliki syarat adanya perlindungan yang memadai dan kuat terhadap privasi, machine learning yang bisa menciptakan overheating. Di mana kata Sri Mulyani, komputer mengambil keanehan dalam data yang tidak mewakili pola di dunia nyata, serta underheating di mana model tidak cukup kompleks menangkap pola yang ada dalam data dan realitas.

Baca juga artikel terkait PERUSAHAAN KEUANGAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin