Menuju konten utama

Menkeu Putuskan Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kontraksi 2,2 persen

Pertumbuhan ekonomi diprediksi terkontraksi 2,2 persen-1,7 persen per Desember 2020.

Menkeu Putuskan Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kontraksi 2,2 persen
Pekerja melayani pengunjung di UMKM "Recovery Center" atau pusat pemulihan UMKM di Bandung, Jawa Barat, Senin (30/11/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2020 menjadi kontraksi 2,2 persen-1,7 persen per Desember 2020. Kontraksi ini lebih dalam dari prediksi September-Oktober 2020 yang terkontraksi 1,7 sampai 0,6 persen.

“Desember ini kami merevisi proyeksi di minus 2,2 sampai minus 1,7 persen,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KITA, Senin (21/12/2020).

Pemangkasan target ini disebabkan karena pertumbuhan Q4 2020 diperkirakan akan lebih buruk dari prediksi Oktober 2020 lalu. Dari kontraksi 1,6-0,6 persen menjadi kontraksi 2,9-0,9 persen.

Salah satu sebab utamanya karena konsumsi rumah tangga belum menunjukan pemulihan signifikan karena terhambat kenaikan kasus COVID-19 di akhir tahun 2020.

Secara lebih rinci, konsumsi rumah tangga keseluruhan 2020 diprediksi masih kontraksi 2,7-2,4 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan masih kontraksi 4,5-4,4 persen. Ekspor masih terkontraksi 6,2-5,7 persen dan impor masih terkontraksi 15-14,3 persen.

Pada akhir 2020, diprediksi hanya konsumsi pemerintah yang diprediksi berpeluang positif di kisaran 0,3 persen. Namun ada potensi juga konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 0,3 persen selama 2020.

“Kami terus memantau pelaksanaan APBN. Belanja pemerintah tumbuh tinggi yaitu 20 persen. Belanja sosial tumbuh 80 persen tapi ini tidak bisa mengangkat keseluruhan karena faktor agregat demand yaitu konsumsi, investasi belum menunjukan pemulihan,” ucap Sri Mulyani.

Di sisi lain lembaga dunia juga kompak memangkas prediksi mereka atas Indonesia untuk keseluruhan tahun 2020. Asian Development Bank (ADB) awalnya memprediksi kontraksi 1 persen (September-Oktober) kemudian dipangkas menjadi kontraksi 2,2 persen pada Desember 2020.

Bank Dunia juga sama dari kontraksi 2 sampai 1,6 persen di September-Oktober menjadi kontraksi 2,2 persen per Desember 2020.

International Monetary Fund (IMF) masih mempertahankan angka kontraksi 1,5 persen di Desember 2020 sesuai prediksi September-Oktober lalu. Namun Sri Mulyani yakin pada Februari 2021 nanti, IMF masih akan melakukan koreksi ke bawah pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali