Menuju konten utama

Menkes Luncurkan BGSi, Apa Fungsinya?

BGSi merupakan program inisiatif nasional untuk mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat Indonesia.

Menkes Luncurkan BGSi, Apa Fungsinya?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) didampingi Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin (kanan) dan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soetta Darmawali Handoko (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan peninjauan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pekerja bandara di Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (24/3/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal /aww.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) di Gedung Eijkman Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Minggu (14/8/2022). BGSi merupakan program inisiatif nasional pertama yang dibuat oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin untuk mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat Indonesia.

Caranya, yaitu dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan whole genome sequencing (WGS). Budi menuturkan, pengembangan WGS ini sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas biosurveillance dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen, serta memperbaiki pengobatan. Metode WGS telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia.

"Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,”ujar Budi dilansir dari rilis Kemenkes pada Minggu (14/8/2022).

Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama. Mulai dari kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.

"Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan treatment-nya. Contohnya sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati," lanjut Budi.

Tujuh Rumah Sakit Terapkan BGSi

Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianto Saroso, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah. Sementara, saat ini hanya terdapat 12 mesin WGS di Indonesia.

Untuk mendukung berjalannya BGSi, Kemenkes menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi serta dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput, yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu. Target dalam dua tahun kedepan yaitu ada 10 ribu genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia, di mana memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.

"Mudah-mudahan melalui inisiatif yang futuristik ini akan mempercepat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita," harap Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi.

Berdirinya BGSi ini juga tak lepas dari peran dan dukungan para donatur, seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures. Serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan pun mendorong agar inisiatif baik ini terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.

“Ini merupakan hasil kunjungan kita ke Tiongkok 7 bulan lalu hasil kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kita implementasikan di Indonesia. Tapi kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” tutup Luhut.

Baca juga artikel terkait CEK KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Intan Umbari Prihatin