Menuju konten utama

Menjajal Bisnis SPBU, Mengapa Tidak?

Ada banyak keuntungan berbisnis dengan menggandeng merek yang sudah punya nama ketimbang merintisnya dari awal.

Ilustrasi SPBU Shell. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Tahun 1883, Aelko Janszoon Zijlker, inspektur perkebunan tembakau di Langkat, Sumatera Utara, menemukan emas hitam alias minyak bumi lewat sebuah peristiwa kebetulan. Serendipity. Alkisah, saat hari mulai gelap, di tempatnya berteduh, salah seorang pembantu Zijlker menyalakan obor. Uniknya, sebelum dinyalakan obor itu dicelupkan lebih dulu pada genangan cairan hitam di sebuah kolam lumpur. Penasaran, sampel kolam lumpur itu pun dikirim Zijlker ke Batavia. Hasilnya: 59%-62% kerosin terkandung di dalamnya. Eureka! Itulah peristiwa yang menandai berdirinya perusahaan minyak bumi pertama di Hindia Belanda (1890): Royal Dutch Company.

Pada 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan perusahaan Inggris Shell Transport and Trading. Dari sinilah sejarah perusahaan multinasional Shell bermula.

Kini, Shell tercatat sebagai salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Dengan portofolio mentereng: salah satunya bermitra dengan Ferrari lebih dari 60 tahun; perusahaan dengan lebih dari 80 ribu karyawan ini (2018) dikenal punya produk-produk berkualitas global yang sudah teruji lebih dari satu abad.

Pada 2006, Shell menjajaki pasar ritel SPBU di Indonesia. Hanya, lebih dari sekadar menawarkan produk-produk berkualitas global, perusahaan ini juga memberikan pelayanan prima di seluruh jaringannya.

Anda yang pernah mengisi bahan bakar di Shell pasti ingat: saat menunggu pengisian, petugas Shell biasanya menawarkan pembersihan kaca. Meski terlihat sepele, tujuan dari layanan ini tak bisa dipandang sebelah mata: keselamatan pengemudi itu penting maka tak seharusnya perhatian mereka selama mengemudi terganggu hal-hal non-teknis, seperti kotornya kaca depan dan belakang.

Selain itu, Shell juga punya komitmen penuh terhadap kebersihan area. Terbukti, upaya Shell menjaga dan membersihkan lingkungan SPBU 1x24 jam—toilet, kafe, musala—telah menjadi acuan bagi SPBU-SPBU seluruh Indonesia. Pendeknya, hadirnya Shell di Indonesia—negeri tempat perusahaan awalnya bermula—tidak hanya membawa produk-produk berkualitas global, tapi juga menawarkan pelayanan-pelayanan nan optimal.

Berbekal kelebihan-kelebihan semacam itulah Shell menawarkan skema bisnis SPBU Dealer Owned Dealer Operated (DODO).

“Kami beri kesempatan bagi pengusaha lokal untuk memiliki dan mengoperasikan bisnis Shell,” kata Agung Saputra, Head of Dealer-Owned Network Shell Indonesia.

Transaparan

Dilansir dari Bisnis.com, Agung mengatakan, strategi bisnis SPBU Shell tidak membedakan DODO dengan CODO (Company Owned, Dealer Operated) sehingga konsumen akan mendapatkan pelayanan yang sama. Untuk berinvestasi di SPBU Shell, perusahaan juga memberi gambaran mengenai keuntungan yang bakal didapat agar mitra tahu seberapa lama uangnya akan kembali (revenue).

“Yang paling penting adalah kemitraan ini transparan, dan tidak ada joining fee,” kata Agung.

Syarat utama untuk menjadi mitra dalam bisnis SPBU Shell adalah memiliki lahan seluas 1.000 meter² dengan lebar minimal 25 meter dan sudah memiliki badan usaha berbentuk perusahaan terbuka. Selain SPBU, keuntungan juga bisa didapat para mitra dari outlet pendamping SPBU.

Nilai investasi untuk DODO berkisar di angka Rp4 miliar hingga Rp7 miliar. Namun demikian, Agung menjelaskan bahwa hitung-hitungan di atas tergantung pemilihan lokasi, serta fasilitas yang disediakan.

“Jadi revenue tergantung pada investasi, berapa luas yang dibangun, berapa besar dan ada outlet apa saja di SPBU tersebut. Mungkin dia mau buka kafe, bengkel dan sebagainya,” sambung Agung.

Setelah syarat-syarat terpenuhi, pihak Shell akan menganalisis kelayakan bisnis dan lahan, melakukan perjanjian kerja sama antara mitra dan Shell untuk proses pembangunan dan desain, melakukan pengurusan izin serta pembangunan SPBU, dan training karyawan untuk proses pembukaan SPBU. Adapun karyawan yang dibutuhkan antara 10-15 orang atau lebih, tergantung besar atau kecilnya SPBU.

Kontrak kerja sama antara para mitra dan Shell berlangsung selama 20 tahun dan diperkirakan akan revenue dalam kurun 4-5 tahun. Sedangkan untuk target penjualan, volume tergantung lokasi pembukaan SPBU.

“Balik lagi semua tergantung lokasinya, mungkin kalau di luar kota tidak perlu volume sales yang besar per harinya,” sambung Agung.

Infografik Advertorial Shell

Infografik Advertorial Bisnis Berkelas Ala Sang Perintis. tirto.id/Mojo

Mengapa Harus Shell?

Erenn Pratama, pegawai swasta, menyebut dirinya lebih nyaman menggunakan Shell karena kualitas produknya lebih unggul dibanding BBM yang ia gunakan sebelumnya. “Saat motorku diservis, montirnya heran kok mesinku bersih banget. Kubilang aja karena aku pakai Shell.”

Selain itu, pria berkacamata ini menambahkan, selama 8 tahun menggunakan Shell (dan tercatat sebagai anggota Shell ClubSmart) banyak benefit yang ia dapatkan: mulai dari kenyamanan berkendara—“Tarikan gas motorku terasa lebih akseleratif,” katanya; mendapatkan poin tiap kali mengisi bahan bakar (pengumpulan poin ini bisa langsung digunakan saat pengisian berikutnya); hingga metode pembayaran yang lebih beragam (bisa menggunakan kartu debit dan kartu kredit).

“Kami juga selalu ditawari isi angin gratis,” pungkas Erenn.

Kualitas produk dan pelayanan yang optimal terang saja membuat bisnis bersama Shell terlihat menjanjikan. Terlebih, dalam soal investasi, pihak Shell juga berkomitmen membantu para mitra.

Untuk diketahui, Shell Indonesia menawarkan skema bisnis ritel yang tidak 100% dibayar mitra. Dengan kata lain, pihak Shell juga sama-sama berinvestasi dalam bentuk teknis seperti pompa, jenis SPBU—modular atau regular—dispenser SPBU, IT system, dan pelatihan. Dengan demikian, setiap mitra dapat mengoperasikan bisnisnya dengan standar yang telah ditetapkan secara global.

Adapun uang investasi mitra akan dialokasikan untuk hal-hal non teknis, seperti membangun musala, kamar mandi, supermarket, kafe, toko, kantor, dan lain sebagainya.

Selain mudah dan transparan, nilai sekaligus benefit lain yang ditawarkan pihak Shell kepada para mitra adalah fleksibel dan terencana serta—hal paling penting dalam bisnis—berkesinambungan.

Sejauh ini, dalam pengembangan bisnis SPBU, Shell Indonesia masih fokus menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar di Pulau Jawa—khususnya di Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur—dan Sumatera Utara. Di seluruh wilayah tersebut, SPBU Shell tercatat ada 101 per Agustus 2019.

Dan seiring masifnya pembangunan jalan tol, Agung menambahkan, Shell Indonesia tertarik untuk membangun SPBU di jalan tol yang terbentang dari Jakarta ke Surabaya, baik dengan konsep DODO maupun CODO. "Kami tebuka akan peluang kerja sama pengembangan bisnis SPBU di Rest Area," ujarnya.

Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari bisnis dengan menggandeng merek yang sudah punya nama ketimbang merintis bisnis dari awal. Terlebih, seperti pengakuan Erenn, Shell sendiri unggul dalam produk dan pelayanan.

Dulu, bisnis yang dirintis Royal Dutch Company boleh dibilang lahir dari penemuan tak sengaja seorang Aelko Janszoon Zijlker. Sekarang, berbekal pengalaman yang sudah teruji lebih dari 100 tahun, bisnis ini terlihat lebih menjanjikan dan dapat dimiliki oleh siapa pun yang berminat akan investasi jangka panjang.

Demi masa depan, Shell DODO adalah peluang yang terlalu manis untuk dilewatkan.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis