Menuju konten utama

Menjajal Angkot OK Otrip Usai Berubah Nama Jadi Jak Lingko

Sebagian besar angkot masih menggunakan stiker lama OK Otrip.

Menjajal Angkot OK Otrip Usai Berubah Nama Jadi Jak Lingko
Penumpang menempelkan kartu Ok Otrip saat menaiki angkutan umum jurusan Kampung Melayu-Duren Sawit di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Senin (15/1/2018). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Layanan angkutan umum terintegrasi OK Otrip sudah diresmikan Gubernur Jakarta pada awal Oktober lalu. Brand OK Otrip pun diubah menjadi Jak Lingko setelah sembilan bulan masa uji coba. Terkait perubahan desain stiker di angkutan umum atau kartu juga masih belum jelas kapan dilakukan.

Angkot-angkot yang ngetem di tempat pemberhentian ujung OK Otrip seperti di Lebak Bulus, Pondok Labu, dan Blok M masih terlihat menggunakan stiker lama. Stiker bertuliskan OK Otrip, nomor trayek, dan tujuan terpasang di badan, kaca depan, dan kaca belakang mobil.

Menurut Jasmin (49), supir OK Otrip dengan trayek Lebak Bulus–Pondok Labu, ihwal perubahan nama memang sudah didengar. Namun ia belum dapat informasi lebih lanjut tentang kapan perubahan stiker dan lainnya. Menurutnya hanya nama saja yang berubah, kalau sistem sepertinya tetap sama saja.

Jasmin akui bahwa pengguna OK Otrip sepertinya semakin banyak, ada beberapa penumpang yang bertanya perlukah mengganti kartu dengan yang baru.

“Saya enggak tahu pasti, tapi yang jelas sampai sekarang kartu lama bisa dipakai. Mungkin ke depannya juga bakal tetap bisa,” kata Jasmin, Selasa (13/11/2018).

Ia beri tips, jika harga kartu baru dirasa mahal, bisa beli kartu yang belum ada saldonya. Harganya Cuma Rp10 ribu saja.

“Meski saldonya enggak ada, kalau naik OK Otrip juga bisa keliling-keliling.”

Meskipun mesin tap OK Otrip sudah digunakan selama sebelas bulan, namun kerusakan mesin tap masih saja kerap terjadi. Awalnya reporter Tirto bisa melakukan tap kartu ke mesin yang terletak di dasbor kiri mobil, namun begitu mesin dimatikan dan dinyalakan kembali jadi tidak bisa digunakan. Hanya proses koneksi yang tertulis di layar mesin tap, namun tak jua selesai melakukan koneksi.

“Sering seperti itu mesinnya, kadang bisa kadang juga enggak. Kalau lagi enggak bisa ya, warga gak perlu tap.”

Jasmin cerita, ketika mesin rusak ada operator yang memperbaikinya. Tapi tidak tentu juga setiap kapan dilakukan perbaikan.

“Saya enggak ambil pusinglah. Mau bisa atau enggak mesinnya, banyak atau tidak penumpangnya, tidak terlalu berpengaruh, yang penting target kilometer per harinya terpenuhi,” ujar Jasmin.

Baca juga artikel terkait OK OTRIP atau tulisan lainnya dari Rizky Ramadhan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rizky Ramadhan
Penulis: Rizky Ramadhan
Editor: Dipna Videlia Putsanra