Menuju konten utama

Menjaga Industri Pariwisata dari Marabahaya Digital

Industri pariwisata tengah menghadapi tantangan besar di era digital, terutama yang berkaitan dengan cyber security.

Menjaga Industri Pariwisata dari Marabahaya Digital
ilustrasi menjaga data pribadi dalam dunia digital. foto/istockphoto

tirto.id - Kejahatan terjadi karena ada kesempatan.

Itu adalah adagium yang pernah dipopulerkan oleh sebuah acara berita kriminal di stasiun televisi swasta beberapa tahun lalu. Pendapat itu kian lama terasa tidak relevan seiring perkembangan zaman. Kini, di era digital, penipu tak lagi mencari kesempatan, tapi membuat kesempatan. Tak terkecuali di sektor yang amat populer bagi anak muda: pariwisata.

Pada 2018, tiga lembaga pariwisata dan keamanan digital—The Travel Association, Action Fraud, dan Get Safe Online—membuat laporan tentang maraknya penipuan berkedok paket liburan di Inggris. Dalam laporannya itu, mereka menyebut ada lebih dari 5.000 laporan yang masuk dan menyebabkan kerugian lebih dari 7 juta Poundsterling karena penipuan ini. Diperkirakan angkanya lebih besar, mengingat banyak orang yang malas atau malu melaporkan penipuan digital ini.

Salah satu modus penipuan yang paling besar (53 persen) adalah penipuan penjualan tiket pesawat. Setelah pembeli membayar, mereka akan dapat tiket palsu, atau malah tidak mendapat tiket sama sekali.

Survei lain dari perusahaan sekuriti digital McAfee kepada 2.000 wisatawan asal Inggris, menyebut bahwa 1 dari 5 orang Inggris pernah ditipu atau hampir ditipu ketika akan memesan tiket liburan via online. Modusnya nyaris sama: situs palsu yang akan menggarong kartu kredit, dan menjual tiket palsu.

“McAfee juga menemukan bahwa 27 persen responden mereka tidak memeriksa keaslian situs sebelum melakukan pemesanan, dan 12 persennya mengaku mereka tidak tahu bagaimana cara mengetahui situs itu terpercaya atau tidak,” tulis Antonia Wilson di The Guardian.

Hal nyaris serupa juga terjadi di Indonesia. Traveloka pernah menulis tiga modus yang kerap dipakai penipu untuk menipu korban. Salah satunya adalah berpura-pura menjadi agen perjalanan, dan pelaku akan menawari tiket dengan harga amat murah dan jauh di bawah harga pasar. Misal tiket Jakarta-Bali PP yang dijual Rp500 ribu. Modus ini bisa dibilang amat licik, karena pelaku tetap mengarahkan pembeli mengirim dana ke rekening Traveloka.

Menurut keterangan Traveloka, uang itu bukan untuk produk yang dipesan oleh korban. Misal: pelaku membeli pulsa untuk dirinya sendiri seharga Rp500 ribu melalui Traveloka. Dari sana, pelaku akan meminta korban membayar Rp500 ribu yang seolah-olah untuk tiket pesawat, padahal itu adalah pesanan pulsa dari pelaku.

Kini, dengan motto Your Security is Our Top Priority, dan tagar #JagaData, Traveloka makin serius dalam menanggulangi kejahatan digital di akun mereka.

Infografik Kejahatan Digital Karena Ada Kesempatan

Infografik Kejahatan Digital Karena Ada Kesempatan. tirto.id

Traveloka Menjamin Keamanan Penggunanya

Pada 2016, Antonio Magliulo, profesor di Rome University of International Studies menulis paper berjudul “Cyber Security and Tourism Competitivenes”. Pengajar mata kuliah Economic of Tourism and Culture ini menyebut bahwa dunia pariwisata mengalami tantangan-tantangan baru seiring zaman yang terus bergerak maju.

Tantangan ini lahir karena perbedaan pola transaksi. Sebelum internet ada, transaksi dilakukan dengan pertemuan fisik. Saat itu, definisi keamanan, tulis Magliulo, adalah perlindungan manusia terhadap ancaman fisik, misal perampokan, atau penipuan.

“Tapi kini, pasar menjadi jagat digital, di mana penjual, pedagang, dan pembeli bisa bertransaksi tanpa harus ketemu secara fisik. Keamanan jadi bertambah luas, yakni untuk melindungi manusia dari ancaman digital, seperti penipuan di internet, atau pencurian identitas, dan sebagainya,” tulis Magliulo.

Menurutnya, hampir semua transaksi pariwisata di jagat internet rentan terhadap serangan digital. Dari mulai membeli tiket lewat aplikasi, memesan hotel, hingga mengakses internet nirkabel gratis yang tersedia di banyak titik wisata.

“Jadi, sekarang perlindungan fisik tidak lagi cukup,” kata Magliulo.

Tak heran kalau perusahaan perjalanan berbasis digital seperti Traveloka mengutamakan betul keamanan digital. Dengan kampanye #JagaData, mereka memastikan ada banyak lapisan perlindungan agar akun pengguna aman.

Misalkan ada yang mencoba meretas akunmu, Traveloka akan mengabarimu, lengkap dengan gawai yang dipakai untuk mengakses akun. Dan Traveloka akan bertanya: apa benar ini kamu? Bagaimana agar kamu bisa menerima pemberitahuan ini? Tinggal pilih Pengaturan, kemudian ketuk Notifikasi Push, dan ketuk Aktivitas Akun. Dengan ini, pengguna akan menerima pemberitahuan setiap ada login di gawai yang berbeda. Pemberitahuan akan muncul lewat tiga medium: push notification, pesan pendek, dan email.

Traveloka juga akan membuatmu memasukkan ulang password dan kode verifikasi unik setiap kamu login. Ini akan memastikan akunmu hanya bisa diakses oleh dirimu seorang. Selain itu, ada pula fitur Biometric Authentication yang lebih canggih. Dalam pengertian sederhana, autentikasi biometrik ini akan memakai sidik jari dan wajah untuk mengenali pengguna.

Wulandari, 33, adalah salah satu pengguna Traveloka yang merasa nyaman dengan teknologi biometrik ini. Setiap dia akan melakukan pembayaran menggunakan kartu kreditnya, aplikasi akan meminta pindai sidik jari untuk verifikasi bahwa memang dia yang melakukan transaksi.

“Dengan satu ketukan, transaksi selesai. Aman, dan cepat,” ujar karyawan swasta di bidang Teknologi Informasi ini.

Verifikasi dan autentikasi ini bisa kamu aktifkan dengan pilih menu Pengaturan di aplikasi Travelokamu, lalu pilih Password & Keamanan. Di sana ada berbagai pilihan cara untuk menjaga keamanan pengguna, mulai dari verifikasi KTP, kode verifikasi, aktifkan autentikasi biometrik, hingga percaya perangkat ini.

Tentu saja, semua usaha Traveloka untuk menjaga datamu bisa tidak berarti kalau kamu tidak ikut serta menjaga data pribadimu. Bagaimana caranya? Cara paling sederhana tapi seringkali diabaikan adalah: kamu harus turut aktif menjaga data pribadi. Misal dengan menjaga kerahasiaan password.

Selain itu, ingatlah selalu untuk tidak membagi data pribadi seperti nomor KTP, nomor telepon, user name, nama ibu kandung, dan one time password. Andai ada pemberitahuan aktivitas mencurigakan, segera hubungi customer service Traveloka yang tersedia 24 jam.

McAfee juga turut memberikan saran agar tidak menjadi korban kejahatan dunia digital. Misal dengan memeriksa situs pembelian tiket atau akomodasi. Pastikan situs yang kamu pakai memang terpercaya. Kemudian hati-hatilah jika kalian akan melakukan transaksi dan diarahkan ke situs lain dengan harga yang lebih murah.

Saran keamanan lain: lihatlah logo yang biasanya dipampang di situs perjalanan. Periksa apakah situs itu tergabung dengan lembaga terpercaya, semisal ABTA untuk perusahaan travel yang beroperasi di kawasan Inggris. Sedangkan Traveloka, tergabung dalam IATA (The International Air Transport Association).

Maka benar apa yang dibilang oleh Magliulo: industri pariwisata memang menghadapi tantangan besar di era digital, terutama yang berkaitan dengan cyber security alias keamanan digital. Namun segala ancaman itu bisa ditanggulangi jika kita menerapkan perlindungan berlapis, seperti apa yang dilakukan oleh Traveloka.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis