Menuju konten utama

Menjaga Gusi, Menjaga Seluruh Tubuh Kita

Gusi yang sakit dapat membikin gigi rusak dan inflamasi pada organ lain.

Menjaga Gusi, Menjaga Seluruh Tubuh Kita
Ilustrasi gigi dan gusi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Layar presentasi di depan menampilkan gambar-gambar gigi yang terlepas dari gusi. Tak berapa lama gambar berganti gusi-gusi bengkak berwarna merah terang, membikin bergidik. Gambar-gambar itu adalah contoh akibat kuman yang nyaman bercokol di gusi.

Kuman adalah organisme paling purba di muka bumi. Ia ada menghuni setiap titik tempat, termasuk juga di tubuh dan mulut. Namun, selama ini kita lebih banyak diajarkan cara menjaga gigi supaya terhindar dari kuman, tapi melupakan menjaga gusinya. Padahal, gusi merupakan pondasi gigi. Jika gusi rusak, kesehatan gigi dipastikan ikut terganggu.

“Kuman ketika menjadi plak di gigi membuat gigi bolong. Penanganannya mudah, tinggal ditambal. Tapi akan susah ketika sampai di gusi,” jelas drg. Dedy Yudha Rismanto, Sp. Perio, dokter gigi spesialis perodonsia dari RSPI.

Gusi merupakan bagian jaringan kulit, tapi ia berbeda dengan kulit luar yang menyelubungi seluruh tubuh. Kulit luar terdiri dari banyak sel dan tebal, sedangkan gusi hanya berupa selapis sel tipis sehingga perlu ada perlakuan khusus untuk menjaganya. Warna merah muda gusi menunjukkan pembuluh darah di baliknya. Ia merupakan salah satu bagian jaringan penyangga gigi terluar, selain semen, serabut, dan tulang gigi.

Gusi dapat dikategorikan sehat ketika memiliki beberapa ciri seperti berwarna merah muda/pink. Jika gusi berwarna merah terang, berarti terjadi peradangan. Gusi sehat mesti stabil, tidak goyah saat disentuh, memiliki tekstur tonjolan-tonjolan (seperti kulit jeruk). Gusi juga tidak boleh berdarah, karena tanda gusi meradang adalah mudah berdarah, semisal ketika Anda sedang menyikat gigi atau saat menggigit makanan, termasuk makanan lunak. Terakhir, tidak sakit dan berbentuk bungkuk.

“Di luar tanda itu, bisa dikategorikan gusi tak sehat. Bayangkan gigi sebagai rumah dan gusi fondasinya, sebagus apa pun rumah kalau fondasinya jelek akan sia-sia,” ujar dr. Yudha.

Ia pun memberi tips untuk menjaga gusi agar tetap sehat, yakni dengan menggosok gigi setiap 8-12 jam sekali. Tujuannya untuk mencegah pematangan kuman pada gigi, karena masa maturasi (pematangan) kuman berkisar antara 8-12 jam.

Kuman yang matang akan berkoloni membentuk plak dan menghasilkan toksin/racun yang merusak gigi atau gusi. Sebanyak 95-99 persen kerusakan gigi/gusi datang dari plak. Bau mulut adalah contoh akibat dari toksin yang dikeluarkan kuman, bercampur dengan sisa makanan dan darah dari peradangan.

Jangan lupa untuk makan sayur dan buah guna menyeimbangkan pH dalam mulut. Semakin asam pH mulut, maka semakin mudah kuman berkembang biak. Berkumur dengan air putih juga merupakan salah satu cara menetralkan pH mulut. Jika menggunakan obat kumur, pastikan ia tergenang 30-60 detik dalam mulut.

“Berkumur adalah salah satu cara mencegah kuman menempel, tapi tidak membersihkan, karena kuman menempelnya cekat. Jadi tetap harus sikat gigi,” ungkapnya.

Infografik Gusi Sehat

Gusi-Gusi Sakit

Jika Anda pernah menggosok gigi dan menemukan gusi mudah berdarah, segeralah perbaiki kondisi tersebut. Terapkan tips-tips yang diberikan dr. Yudha. Namun, bila keluhan berlangsung hingga 4-7 hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter gigi. Peradangan yang berkelanjutan dapat memicu terjadinya periodontitis.

Kuman yang berkoloni dan teraktivasi di gigi akan membuat gigi bolong. Jika berada di gusi, ia akan merusak jaringan penopang gigi. Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai. Selain mudah berdarah, kuman yang terakumulasi akan menjadi plak serta membikin gusi gendut. Jika semua ciri tersebut ada pada gusi, dipastikan gusi telah berada pada tahap pertama gingivitis (peradangan), cikal bakal dari periodontitis.

Yudha menyatakan, jika kuman sudah menginvasi hingga ke area gusi, penanganan akan lebih sulit dilakukan. Sebab, letak kerusakan harus dideteksi dari empat jaringan penopang gigi. Sementara itu, kerusakan pada gigi, penanganannya cukup dengan ditambal.

“Ketika racun kuman masuk ke gusi dan parah, pilihannya hanya pencabutan gigi,” imbuhnya.

Ada beberapa kelompok yang lebih rentan mengalami peradangan gusi. Pertama, anak kecil karena faktor gula dalam susu. Kedua, ibu hamil karena faktor hormonal. Ketiga, perempuan secara umum. Perempuan lebih rentan terhadap stres, sedangkan stres termasuk salah satu pemicu peradangan gusi.

Gaya hidup seperti konsumsi gula berlebih juga dianggap memegang peranan sebagai penyumbang gusi tak sehat. Juga faktor lingkungan seperti polusi yang membikin kuman lebih cepat berevolusi dan membuat tameng untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

“Dulu, periodontitis banyak diidap oleh individu di atas umur 40 tahun, tapi sekarang turun ke 30-an,” ungkap dr. Yudha.

Yang paling penting dan perlu digarisbawahi: gusi bermasalah bukan sekadar mengganggu penampilan dan merusak gigi. Ia juga dapat membikin kuman menyebar ke organ lain karena dibawa oleh aliran darah. Maka, peradangan bisa juga menyasar jantung, usus. Ia juga bisa menembus plasenta dan membuat janin kelak lahir dengan berat badan rendah, bahkan mengalami gangguan atau cacat fisik.

Jadi, jangan pernah remehkan kesehatan gusi, sebab jika rusak, ia akan menjadi cikal bakal penyakit yang lebih sulit ditangani.

Baca juga artikel terkait GIGI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani