Menuju konten utama

Menimbang Produk Saniter yang Tepat saat Menstruasi

Produk saniter seperti tampon dan pembalut dapat membahayakan kesehatan perempuan jika tidak dipilih secara cermat dan tak digunakan dengan hati-hati.

Menimbang Produk Saniter yang Tepat saat Menstruasi
Ilustrasi pembalut wanita, Softex. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kebersihan menstruasi kerap diabaikan perempuan, termasuk ketika memilih produk saniter yang tepat. Padahal jika diabaikan, masalah kebersihan menstruasi bisa berkembang menjadi ancaman terhadap kesehatan genital bahkan tubuh perempuan.

Dalam opininya di Huffington Post, Dr. Joseph Mercola, seorang dokter yang mendedikasikan diri untuk pengobatan osteopathic, menyatakan bahwa kulit adalah organ yang terbentang luas melapisi seluruh tubuh. Namun kulit adalah organ paling tipis, dengan tebal hanya kurang dari sepersepuluh inci. Ia memiliki sifat sangat mudah ditembus, terutama kulit di sekitar area vagina. Zat kimia yang menempel di kulit bisa jadi lebih berbahaya ketimbang jika tertelan.

Setidaknya ketika melewati mulut, ada enzim dalam air liur dan lambung yang membantu memecah zat kimia. Tapi ketika menempel di kulit, ia langsung terserap ke aliran darah dan menuju organ-organ vital di seluruh tubuh. Akumulasi zat-zat kimia ini bisa menjelma bom waktu yang siap meledak ketika mekanisme perlindungan tubuh tak lagi bisa menghalaunya.

Kisah yang dituturkan Lauren Wasser kepada Washington Post adalah contoh betapa pentingnya memilih produk saniter. Pada 2012, perempuan Amerika itu terbangun di tempat tidur rumah sakit. Ia berusaha menggerakkan tubuh, tetapi malah merasakan sensasi terbakar. Wasser belum mengetahui seberapa buruk kondisi dirinya sampai ia mencuri dengar seorang perawat bercakap-cakap soal amputasi pada bagian bawah lutut kaki kanannya.

“Saya berteriak dan menangis, saya seorang atlet, dan kaki adalah segalanya. Rasanya seperti ingin mati saja,” tutur Wasser yang kala itu berusia 24 tahun.

Kaki Wasser terpaksa diamputasi akibat racun yang berasal dari pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, atau Staph akibat menggunakan tampon. Kondisi yang dialaminya dinamakan toxic shock syndrome (TSS). Wasser masih menggunakan tampon saat dilarikan ke ruang gawat darurat karena mengalami demam tinggi, serangan jantung, dan akhirnya koma. Menurut laman Naturally Savvy, beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai dari TSS adalah muntah, diare, tekanan darah rendah, ruam di telapak tangan atau kaki, nyeri otot, dan radang/kemerahan di area mata, mulut, dan tenggorokan.

Dilansir dari Healthy Women, tampon adalah salah satu produk saniter berbentuk peluru yang telah ada sejak tahun 1930-an. Produk ini terbuat dari bahan yang sama seperti pembalut dan dipakai dengan cara dimasukkan dalam vagina. Dibandingkan pembalut, tampon menjadi pilihan produk saniter karena memberikan keleluasaan lebih dalam bergerak.

Aktivitas seperti berenang atau mengenakan pakaian minim dan ketat lebih mudah dilakukan ketika mengenakan tampon. Sayangnya, selain darah menstruasi, Urban Health mengungkapkan bahwa produk ini juga menyerap cairan vagina sehingga dapat mengganggu pH dan keseimbangan bakteri vagina. Perempuan yang menggunakan tampon juga berisiko tinggi terkena infeksi saluran kemih.

Jika dibiarkan terlalu lama, tampon dapat menjadi media pertumbuhan bakteri yang akhirnya memasuki tubuh melalui aliran darah. Racun yang dilepaskan bakteri dapat mengancam hidup perempuan. Pada tahun 1980an, tampon juga pernah menyebabkan wabah TTS di Amerika. Untuk mengantisipasi dampak yang mungkin diakibatkan dari penggunaan tampon, produk saniter ini harus diganti setiap empat jam sekali.

Apakah Pembalut Lebih Higienis?

Selain tampon, produk saniter yang jamak dipakai, terutama oleh perempuan Indonesia adalah pembalut. Produk saniter sekali pakai berbentuk seperti popok memanjang ini terbuat dari kapas. Pembalut memiliki beberapa keunggulan seperti harga terjangkau dan mudah ditemukan di berbagai supermarket maupun warung kelontong.

Namun bentuknya yang seperti bantalan tebal membuat produk saniter ini kurang nyaman digunakan. Pembalut juga membatasi berbagai kegiatan fisik (termasuk aktivitas dalam air seperti berenang) dan sering membuat iritasi vagina. Faktanya, banyak produk pembalut dicurigai menyandung zat berbahaya.

Dalam sebuah video, pendiri Naturally Savvy Andrea Donsky menunjukkan residu hasil pembakaran dua pembalut. Pembalut pertama yang terbuat dari 100 persen bahan organik terbakar lambat dan bersih, tanpa meninggalkan residu apapun. Sementara pembalut kedua yang sebagian besar bahannya tidak diungkap produsen secara transparan, menghasilkan asap hitam dan residu tebal. Hal ini mengindikasikan bahwa pembalut kedua mengandung dioksin, serat sintetis, dan aditif petrokimia.

Komposisi pembalut konvensional (bukan organik) disetarakan dengan empat kantong plastik. Padahal, bahan plastik memberi dampak buruk bagi tubuh, misalnya BPA dan BPS yang berpotensi mengganggu perkembangan embrio. Kedua zat ini juga menjadi penyebab penyakit jantung dan kanker.

Plastik pada pembalut dapat membatasi aliran udara, menjebak panas, dan lembab, serta berpotensi merangsang pertumbuhan jamur dan bakteri di area vagina. Selain itu, bahan pemutih yang digunakan pada pembalut dan tampon menciptakan dioxin yang mengancam kesehatan karena tak memiliki tingkat paparan aman. Jika ingin memilih pembalut sebagai produk saniter, usahakan berbahan dasar kapas. Lebih baik lagi, jika menggunakan kapas organik, jangan lupa menggantinya maksimal setiap 3-4 jam sekali.

infografik produk menstruasi

Yang Belum Lazim : Cangkir Menstruasi

Produk saniter satu ini belum jamak dikenal di Indonesia. Tapi, dibanding tampon dan pembalut, cangkir menstruasi dianggap sebagai produk saniter yang paling aman digunakan. Dilansir dari Webmd, terdapat dua jenis cangkir menstruasi beredar di pasaran, yakni produk sekali pakai yang bentuknya menyerupai diafragma, dan produk berbentuk lonceng yang terbuat dari lateks atau silikon dan bisa digunakan berulang kali.

Cara memakai cangkir menstruasi sama seperti tampon, yakni dilesakkan ke dalam vagina. Kelebihannya, jelas bisa digunakan dalam berbagai aktivitas dan menyerap cairan hingga 12 jam. Namun ada yang berbeda dari cara kerja cangkir menstruasi. Jika kedua produk saniter lainnya menyerap darah, maka produk ini hanya mengumpulkannya.

Darah yang terkumpul dalam corong nantinya harus dibuang, sementara corongnya dibersihkan dengan air mendidih agar steril saat kembali digunakan. Karena mengumpulkan darah dan tidak terkena udara seperti pembalut, cangkir menstruasi meminimalisir bau tak sedap selama menstruasi. Selain itu, ia juga menampung darah dua kali lebih banyak dibanding tampon atau pembalut dengan penyerap super.

Cangkir menstruasi sedikit lebih mahal dibanding dua produk lainnya. Selain itu, perlu beberapa kali percobaan untuk mendapat ukuran cangkir menstruasi yang tepat karena cangkir menstruasi diproduksi sesuai usia, bentuk serviks, dan uterus.

Tampon, pembalut, dan cangkir menstruasi perlu dipilih dengan cermat. Yang pasti, apapun produk yang Anda pakai, jangan mengabaikan kebersihan menstruasi. Gunakanlah produk saniter sesuai anjuran kesehatan. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti produk saniter untuk mencegah infeksi.

Baca juga artikel terkait MENSTRUASI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Windu Jusuf