Menuju konten utama

Menilik Dinamika Gerakan Mahasiswa & Tuntutannya pada Aksi 11 April

Titik aksi mahasiswa pada 11 April bergeser dari Istana Negara ke DPR. Salah satu alasannya kunci menutup amandemen masa jabatan presiden di legislatif.

Menilik Dinamika Gerakan Mahasiswa & Tuntutannya pada Aksi 11 April
Massa aksi mengikuti aksi unjuk rasa di depan kompleks Parlemen di Jakarta, Senin (11/4/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.

tirto.id - Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta pada Seniin (11/4/2022). Lokasi aksi bergeser dari rencana sebelumnya yang diagendakan ke Istana Negara, Jakarta Pusat.

Koordinator BEM SI, Kaharuddin mengatakan, lokasi demonstrasi dipindah dari Istana Negara ke DPR dengan sejumlah pertimbangan. Salah satunya yakni karena kunci untuk menutup amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tentang masa jabatan presiden adalah melalui lembaga legislatif.

Tujuan Kaharuddin agar “wakil rakyat tidak mengkhianati konstitusi negara dengan tidak melakukan amandemen. Serta kawan-kawan daerah perlu disambut juga aspirasinya dari daerah.” Lagi pula mereka kadung pesimistis, Jokowi akan menemui mahasiswa.

Kaharuddin mengatakan ada empat tuntutan yang disampaikan mahasiswa dalam aksi tersebut, yakni: Pertama, mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.

Kedua, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022.

Ketiga, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan Pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.

Keempat, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab.

Perihal desas-desus perpanjangan masa presiden menjadi tiga periode, Presiden Jokowi sudah menegaskan bahwa pemilu dan pilkada serentak dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Pemilu pada 14 Februari 2024 dan pilkada pada November 2024.

“Ini perlu dijelaskan. Jangan sampai masyarakat berspekulasi, pemerintah tengah melakukan penundaan pemilu atau perpanjangan jabatan presiden dan yang berhubungan dengan tiga periode,” ujar Jokowi di hadapan para menteri dan jajarannya, Minggu (10/4/2022).

Perang Tagar Jelang Aksi 11 April

Menjelang aksi unjuk rasa, pendiri Drone Emprit sekaligus pakar media sosial, Ismail Fahmi menjelaskan telah terjadi perang tagar di Twitter. Ada dua tagar, yaitu #MahasiswaBergerak versus #SayaBersamaJokowi.

Kedua tagar mulai muncul dan trending sejak Sabtu (9/4/2022), dimulai dengan #MahasiswaBergerak mencapai top 10 pada pukul 10.50 WIB. Sementara #SayaBersamaJokowi pukul 14.00 WIB.

Pada saat analisis dibuat, Minggu (10/4/2022), tagar #SayaBersamaJokowi di posisi #1 trending topik di Indonesia sebanyak 136.000 mentions. Mengalahkan #MahasiswaBergerak di posisi #2 84,9.000 mentions.

Berdasarkan Peta SNA, kata Ismail, memperlihatkan kedua klaster hampir sama kuat. Klaster #MahasiswaBererak dengan 14.900 user dan #SayaBersamaJokowi dengan 11.700 user.

“Di antara kedua klaster hampir tidak ada bridge (jembatan). Mereka sangat diamentral terpisah," ucapnya.

Fahmi menuturkan kedua klaster aktif mengunggah postingan dengan disertai gambar dan video untuk menarik engagement. Top images di klaster #MahasiswaBergerak yang diunggah oleh akun @DonAdam68 sebanyak 21.7.000 RTs dan #SayaBersamaJokowi oleh @HusinShihab 3.600 RTs.

Emosi yang paling dominan ditampilkan klaster #MahasiswaBergerak adalah “anticipation” yang berisi harapan agar mahasiswa aman selama demo. Sedangkan #SayaBersamaJokowi adalah “anger” yang berisi kekesalan pada mahasiswa yang mau demo menurunkan Jokowi.

Rentang dan distribusi usia akun pada kedua klaster relatif sama. Namun, kata Ismail, #MahasiswaBergerak punya akun baru netas lebih banyak yakni sebanyak 309 akun pada 6 April 2022, dan #SayaBersamaJokowi hanya 183 akun baru pada 7 April 2022.

Lalu, klaster #MahasiswaBergerak punya akun dengan 0-3 follower lebih banyak yakni sebanyak 3.500 akun, sedangkan #SayaBersamaJokowi lebih sedikit yakni 1,9K akun.

Interaction rate kedua klaster sama, sekitar 6.6 interaksi per 1 postingan. Keduanya mengandalkan RTs [Kembali ke pengirim] untuk menaikkan percakapan," tuturnya.

Fahmi melihat, terdapat akun bot pada perang tagar tersebut. Analisis bot memperlihatkan, klaster #MahasiswaBergerak memiliki score 2.05, yang berarti postingan oleh akun terindikasi bot lebih besar dibandingkan dalam klaster #SayaBersamaJokowi dengan 1.74.

"Semakin tinggi score, semakin besar bot atau akun yang berperilaku seperti bot,” kata dia.

Pertemuan Wantimpres Wiranto dan BEM Nusantara

Sebelum aksi berlangsung Senin (11/4/2022), sebagian gerakan mahasiswa dari BEM Nusantara bertemu Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Wiranto pada 8 April 2022.

Sekretaris BEM Nusantara, Ridho Alamsyah mengatakan yang menemui Wiranto ialah BEM Nusantara kubu Eko Pratama—Ridho berada di kubu Dimas Prayoga. Ridho justru kaget dan tidak tahu soal agenda pertemuan tersebut. Ia juga mempertanyakan legalitas BEM Nusantara kubu Eko Pratama bertemu Wiranto.

“Kami lihat mereka tidak memakai almamater, mengatasnamakan mahasiswalah. Malah pakai batik, pakai kemeja biasa, malah perlu dipertanyakan,” ujar Ridho kepada wartawan, Minggu (10/4/2022).

Sementara itu, Koordinator Pulau Jawa BEM Nusantara, Ahmad Marzuki menjelaskan maksud pertemuan dengan Wiranto itu. Ia sebut membahas banyak hal: kelangkaan minyak goreng, kenaikan PPN, kenaikan BBM, termasuk isu perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode yang tidak sesuai UUD 1945.

“Kami tetap konsisten dalam garis perjuangan rakyat. Jangan libatkan pertemuan kemarin sebagai upaya pelemahan gerakan mahasiswa,” ujar Marzuki dalam keterangan tertulis.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin menilai, pertemuan Wiranto dan mahasiswa sebagai upaya menggembosi gerakan. “Itu bisa saja bagian dari untuk memecah, membelah, dan melemahkan gerakan mahasiswa,” kata Ujang saat dihubungi Tirto, Senin (11/4/2022).

Sementara Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati memunculkan dua anggapan. Pertama, untuk membentuk citra pemerintah yang tidak represif terhadap mahasiswa. Kedua, upaya melokalisasi tuntutan mahasiswa agar tidak ditunggangi kepentingan politik tertentu.

Perihal tudingan pertemuan tersebut sebagai upaya menggembosi, kata Wasisto, hal tersebut wajar saja. Mengingat gerakan demonstrasi mahasiswa telah menjadi sumbu resistensi baru untuk pemerintah.

“Persepsi itu saya pikir bagian dari upaya mengompori elemen mahasiswa lain untuk tetap berdemonstrasi,” ujarnya saat dihubungi reporter Tirto.

Dampak Gerakan Mahasiswa

Ujang menilai gerakan mahasiswa merupakan gerakan murni. Bertujuan untuk menjaga moral bangsa sekaligus sebagai pengingat pemerintah agar tak gelap kekuasaan. “Oleh karena itu, banyak pihak yang ingin menggembosi gerakan mahasiswa saat ini,” ujarnya.

Meskipun ia tak menampik, massa mahasiswa merupakan kelompok yang cair. Selalu ada kelompok yang memang berjuang untuk kepentingan bangsa dan ada juga yang berjuang untuk kepentingan sendiri dan kekuasaan.

Sementara Wasisto mengatakan, telah terjadi pergeseran orientasi dalam gerakan mahasiswa. Dulu gerakan mahasiswa merupakan gerakan moral, kini menjadi gerakan politiik. Kondisi tersebut turut mengubah metode gerakan mereka.

“Sebelumnya sangat idealis karena membawa nilai yang diperjuangkan. Saat ini lebih cenderung sangat pragmatis yakni menjadikan demonstrasi sebagai upaya untuk ‘memaksa’ elite agar mau mendengar mereka,” ujarnya.

Sehingga menutup juga potensi gerakan mahasiswa akan berdampak bagi politik nasional, kata Wasisto.

“Hanya saja karena sudah jadi gerakan politik. Maka belum tentu semua aspirasi mereka berdampak pada politik nasional karena bukan orang dalam kekuasaan,” kata Wasisto.

Baca juga artikel terkait AKSI MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz