Menuju konten utama

Menilik Calon Kuat Kepala Eksekutif IKNB OJK

Dari 14 nama, posisi IKNB mendapat sorotan setelah kasus gagal bayar di Jiwasraya dan Asabri yang mencapai puluhan triliun rupiah.

Menilik Calon Kuat Kepala Eksekutif IKNB OJK
Sejumlah peserta menyimak paparan Direktur Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tris Yulianta sosialisasi layanan sistem elektronik pencatatan inovasi keuangan digital di ruangan OJK 'Innovation Center for Digital Financial Technology' (Infinity), Jakarta, Selasa (29/10/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

tirto.id - Presiden Joko Widodo telah menyerahkan kandidat calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2022-2027 ke Komisi XI DPR RI. Selanjutnya Komisi XI akan menjadwalkan fit and proper test bagi kandidat yang diusulkan.

Terdapat 14 calon yang akan disaring menjadi tujuh anggota dewan komisioner. Mereka yang bertarung untuk posisi ketua yakni Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar dengan pengawas SWF Indonesia Darwin Cyril Noerhadi.

Sementara untuk pos Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (Industri Keuangan Non-Bank/ IKNB) terdapat nama Pantro Pander Silitonga bersama Hoesen.

Dari 14 nama tersebut, posisi IKNB mendapat banyak sorotan setelah kasus gagal bayar di PT Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri yang mencapai puluhan triliun rupiah. Lainnya gagal bayar di Kresna Life dan WanaArta Life. Sedangkan sebelumnya, kasus Dana Pensiun Pertamina juga mengguncang industri.

Sorotan juga terkait permasalahan di industri fintech atau lebih dikenal dengan pinjol. Mulai dari sengketa hingga kerugian konsumen. Nama Pantro mencuat sebagai kandidat kuat karena aktif dan berkecimpung dalam industri IKNB, selain itu dia memiliki posisi strategis dengan tanggung jawab krusial di industri asuransi dan penjaminan.

Komisioner terpilih yang akan mengisi IKNB dipastikan akan mengemban tugas dan tanggung jawab berat dalam menuntaskan berbagai permasalahan, sengketa dan kerugian konsumen terkait bisnis asuransi termasuk pinjol illegal serta tantangan untuk meningkatkan fungsi pengawasan, pengaturan dan penindakan dalam kompartemen ini.

Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE), Piter Abdullah melihat, dua nama calon kandidat IKNB masing-masing memiliki latar belakang berbeda. Namun, jika dilihat lebih jauh, Pantro Pander Silitonga dinilai paling pas mengisi posisi tersebut dibandingkan Hoesen.

"Secara kompetensi lebih tepat karena memiliki latar belakang industri asuransi," kata Piter saat dihubungi Tirto, Selasa (5/4/2022).

Terkait IKNB, lanjut Piter, yang paling mendesak dilakukan adalah membangun kembali kepercayaan masyarakat atas industri asuransi. Caranya dengan menyelesaikan semua kasus asuransi mulai dari Jiwasraya, Asabri, Bumiputera hingga kasus-kasus kecil lainnya termasuk permasalahan asuransi unit link.

Berdasarkan data yang dihimpun, Pantro menjabat sebagai Direktur Bisnis Indonesia Financial Group (IFG). Lulusan Indiana University, Bloomington dengan gelar Bachelor of Science in Process Re-Engineering, Operations & Accounting ini juga masih aktif sebagai Komisaris di Bahana Artha Ventura setelah sebelumnya menjadi Komisaris Utama di IFG Life dan Komisaris Utama di Mandiri Capital, perusahaan modal ventura milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menjadi investor di berbagai startup Indonesia

Indonesia Financial Group (IFG) sebagai BUMN Holding Asuransi dan Penjaminan adalah Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). IFG beranggotakan antara lain PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Jasa Raharja), PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) dan PT Bahana Sekuritas.

Selain berkutat dengan seluk beluk usaha asuransi dan penjaminan, Pantro juga bertanggung jawab atas perencanaan strategi dan implementasi digitalisasi bisnis perusahaan yang relevan dalam peningkatan pertumbuhan usaha dan revenue yang berkelanjutan.

Kepemimpinan dan pengalaman Pantro membuatnya dipercaya penuh atas tugas koordinasi terhadap pengembangan serta pertumbuhan bisnis seluruh anak usaha dan afiliasi IFG lainnya dalam sektor asuransi dan penjaminan secara konsolidatif.

Salah satu prestasi lulusan MBA di University of Chicago ini adalah peran aktifnya sebagai Komisaris Utama di IFG Life dalam mengawal dan mengawasi proses migrasi atau transfer polis eks nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ke IFG Life. Ini sebagai hasil restrukturisasi Jiwasraya yang hingga saat ini masih terus berjalan lancar dan telah mencapai 67,84 persen.

Selama menjadi Komisaris Utama IFG Life, Pantro mengawasi program restrukturisasi Jiwasraya oleh IFG Life dalam upaya penyelamatan polis oleh pemerintah selaku pemegang saham Jiwasraya. Tujuannya untuk meminimalisir kerugian yang akan dialami oleh pemegang polis dan negara.

Di ranah fintech, Pantro telah memiliki pengalaman ekstensif dan pemahaman mendalam terkait fintech ketika dirinya menjabat sebagai Komisaris Utama Mandiri Capital. Saat itu, dia bertanggung jawab mengawasi kinerja direksi dalam asesmen dan proses penempatan investasi Mandiri Capital ke beragam portfolio di perusahaan digital, e-commerce dan fintech, antara lain Privy.id, Crowde, Amartha, Bukalapak dan LinkAja.

Sementara Hoesen, pernah menyandang gelar Master Manajemen Keuangan, Universitas Pelita Harapan, pria kelahiran Jakarta, 21 Februari 1966 ini pernah memimpin PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia selama tiga tahun sebagai direktur utama sebelum ditunjuk sebagai Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia hingga 2015.

Semasa kariernya, Sarjana Pertanian Universitas Padjajaran 1990 ini pernah menuju Washington D.C., Amerika Serikat untuk acara The Development and Regulation of Securities Markets International Institute pada 2007 dan mampir ke Jepang untuk mengikuti Clearing and Settlement, Ministry of Finance Republik Indonesia, JICA Tokyo Stock Exchange pada 1997.

Tak hanya itu, Hoesen juga terlibat dalam Global Custody and Portofolio Administration, State Street KDEI pada 1996, Managing Change di PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia pada 2005 dan turut serta dalam gelaran bertema Permasalahan Saham Transaksi Saham di Pasar Modal “Gadai Saham-saham Transaksi Repo Pinjam Meminjam Saham,” Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia pada 2007.

Sebelum menjadi Anggota Dewan Komisioner OJK, Hoesen memimpin PT Danareksa sebagai direktur selama dua tahun terakhir.

Baca juga artikel terkait PEMILIHAN KOMISIONER OJK atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz