Menuju konten utama

Menikmati Mahakarya Mengaburkan Kekayaan

Koleksi lukisan bukan semata-mata karena mencintai karya seni. Ada pula motif untuk menyembunyikan kekayaan. Itulah yang dilakukan para borjuis. Namun sejumlah lukisan penting dibiarkan pemiliknya teronggok di gudang, dengan bea perawatan besar, tanpa pernah dipamerkan, sekadar menunggu waktu dijual kembali.

Menikmati Mahakarya Mengaburkan Kekayaan
Lukisan “Le Grand Canal” karya Claude Monet di Rumah Lelang Sotheby, London, Inggris. Lukisan tersebut terjual dengan harga 36 juta USD dalam acara Lelang Malam Seni Modern dan Impresionisme di London. ANTARA FOTO/REUTERS/Stefan Wermuth.

tirto.id - Berkas Panama menyingkapkan bagaimana salah seorang pesepakbola terbaik dan paling makmur di planet ini menghindari terkaman pajak di negara tempatnya bekerja. Berkas Panama juga mengungkap trik yang dipakai oleh seorang pejabat tinggi negara untuk memindahkan gunung uang, dan bagaimana seorang hartawan menghindarkan diri dari keharusan membagi separuh aset kepada bekas istrinya. Tak hanya itu, Berkas Panama juga menyingkirkan tabir yang melingkupi kesenangan mewah orang-orang super kaya, yaitu belanja karya seni, terutama lukisan, seharga jutaan hingga miliaran dolar Amerika Serikat.

Itu tak melulu berarti apresiasi. Setelah dibeli, sejumlah lukisan penting dibiarkan para pemiliknya teronggok di gudang, dengan bea perawatan yang besar, tanpa pernah dipamerkan, sekadar menunggu waktu dijual kembali. Meski bernilai tinggi, lukisan-lukisan para maestro—Gauguin, Chagall, Picasso, Modigliani—itu belum tentu dapat memperanakkan kekayaan, atau dengan kata lain: bukan tempat terbaik untuk memanamkan modal. Namun, alasan pembelian lukisan memang berbeda dari pembelian tambang potas. Felix Salmon dan Unit Investigasi Fusion menyatakan, lukisan dapat dicairkan menjadi uang berjumlah besar kapan saja pemiliknya menghendaki, dengan kerahasiaan terjamin.

Kenyataan itu mungkin tak akan mengundang terlampau banyak pertanyaan andai jual-beli lukisan hanya terselenggara di rumah-rumah lelang. Rumah lelang terkenal transparan. Rentang harga lukisan jelas, orang dapat menyaksikan transaksi, dan aturan mainnya tak misterius: rumah lelang umumnya mendapat komisi di atas 30 persen dari harga lukisan, dengan rincian 12 persen dari pihak penjual dan 20 persen dari pembeli.

Di sisi yang lebih gelap, ada jalur privat. Peran rumah lelang digantikan oleh makelar atau salah satu pihak yang bertransaksi. Di jalur ini, tak jarang sebuah lukisan jadi berkali-kali lipat lebih mahal atau lebih murah dibandingkan nilai pasaran. Pihak yang tahu lebih banyak soal nilai lukisan di atas meja tak punya kewajiban membagikan pengetahuan itu kepada pihak yang duduk di seberangnya.

Pada 2002, Anthony Marshall—eks duta besar Amerika Serikat untuk Malagasi, Trinidad dan Tobago, Kenya, dan Seychelles—menjual lukisan Flags Fifth Avenue karya Childe Hassam secara privat kepada galeri Gerald Peters dengan harga 10 juta dolar. Tak lama, lukisan itu berpindah ke tangan George Soros dengan harga dua kali lipat. Itu kerugian yang bisa dihindari andai si penjual tak punya alasan untuk bergelap-gelap. Pemilik sah Flags Fifth Avenue, Astor Brooke—ibu kandung Anthony Marshall, berwasiat agar lukisan itu dihibahkan kepada Metropolitan Museum of Art setelah kematiannya. Marshall melanggar hukum dengan sadar, maka urusan itu ia jalankan di luar jangkauan perhatian publik.

Contoh lainnya adalah serangkaian jual-beli antara Yves Bouvier, makelar seni tersohor dan presiden Natural Le Coultre—perusahaan pengiriman, penyimpanan, dan perawatan karya-karya seni terbesar di dunia—dan Dmitry Rybolovlev, orang terkaya ke-156 sejagat menurut Forbes dan pemilik kelab sepakbola AS Monaco. Menurut laporan The New Yorker, Bouvier membeli sebuah lukisan Picasso seharga 4,8 juta dolar Amerika Serikat, lalu menjualnya kepada Rybolovlev senilai 34,4 juta; mengambil untung 24,5 juta dari sebuah karya Amedeo Modigliani; 60 juta dari lukisan Gustav Klimt; dan menerima 189 juta untuk karya Mark Rothko yang sebelumnya ia beli senilai 80 juta dolar. Secara keseluruhan, para penasihat hukum Rybolovlev memperkirakan Bouvier telah menggondol 1,05 miliar dolar Amerika Serikat dari klien mereka.

Rybolovlev mungkin tidak menyangka akan terkena selisih harga sebesar itu. Tapi pilihannya untuk tak membeli lukisan di pasar yang transparan mengisyaratkan bahwa ia pun tak mengharapkan jual-beli yang sepenuhnya adil. Pada 2008, Dmitry Rybolovlev digugat cerai oleh istrinya, Elena. Urusan itu terseret-seret selama enam tahun karena ketidakjelasan jumlah aset sang suami, termasuk sejumlah mahakarya seni lukis, yang terhimpun di bawah nama sejumlah perusahaan cangkang.

Meski berisiko, jual-beli karya seni jalur privat tak kehilangan peminat. Menurut laporan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), pertumbuhan jumlah orang superkaya baru berpengaruh pada pertumbuhan transaksi. Tawaran khas jalur privat adalah kerahasiaan. Di titik itulah jalan para pemain pasar seni dan Mossack Fonseca atau firma-firma sejenisnya bersilang. Pihak terakhir memastikan kerahasiaan terjaga dengan cara mendirikan serta mengelola perusahaan-perusahaan cangkang untuk pihak pertama, ditambah keistimewaan bebas pajak apabila transaksi dilakukan dan hasil pembelian disimpan di wilayah-wilayah tertentu.

Jake Bernstein, wartawan ICIJ, menulis: "Kerahasiaan, di samping dapat dimanfaatkan secara legal untuk menghindari publisitas atau memudahkan pekerjaan yang melampaui batas-batas negara, bisa pula diterapkan untuk tujuan-tujuan keji, antara lain menghindari pajak dan menyembunyikan riwayat kepemilikan. Karena karya seni gampang dipindahkan, mahal, dan diregulasi secara buruk, otoritas khawatir ia seringkali dipakai untuk pencucian uang."

Mossack Fonseca mengelola dua perusahaan cangkang milik Rybolovlev dan lima milik Bouvier. Di dunia perdagangan seni, perusahaan cangkang adalah wahana yang ideal untuk menyelubungi identitas para pelaku sekaligus detail transaksi. Pembeli dan penjual yang diwakili oleh perusahaan cangkang masing-masing dimungkinkan tak saling mengenal. Pembeli tidak tahu berapa yang diterima si penjual, dan penjual tidak tahu berapa yang dibayarkan oleh pembeli. Kerahasiaan itu bisa menguntungkan pihak perantara, sebagaimana ditunjukkan oleh Bouvier, dan bisa pula menguntungkan pembeli atau penjual yang tidak ingin orang menyelidiki asal-usul uang atau lukisan yang diperdagangkan.

TEFAF Art Market Report menyatakan bahwa nilai keseluruhan penjualan karya seni pada 2015 melebihi 63,8 miliar dolar Amerika Serikat. Sementara Art of Economics yang penghitungannya terbatas di pasar lelang mencatatkan 29,9 miliar dolar. Ini artinya, sepanjang tahun lalu perdagangan karya seni dengan nilai mencapai 33,9 miliar dolar Amerika Serikat telah dilangsungkan di jalur-jalur privat.

Baca juga artikel terkait BERKAS PANAMA atau tulisan lainnya

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Dea Anugrah